Review Angry Squad: Civil Servants & Seven Swindlers, Tayang di JFF 2025

Jakarta, IDN Times - Penulis mendapat kesempatan untuk menonton Angry Squad: Civil Servants & Seven Swindlers setelah konferensi pers Jakarta Film Festival (JFF) 2025 di CGV FX Sudirman, Jakarta Selatan, Kamis (30/10/2025). Karya terbaru Shin'ichirô Ueda, sutradara yang melejit lewat One Cut of the Dead (2017), ini adalah perpaduan cerdas antara komedi kriminal, drama, dan satire sosial.
Berdurasi dua jam, Angry Squad diisi oleh ensembel aktor seperti Seiyô Uchino, Masaki Okada, Rina Kawaei, Aoi Morikawa, dan Yukiyoshi Ozawa. Lalu, bagaimana dengan kelebihan dan kekurangannya? Yuk, simak ulasannya di bawah ini!
1. Sajikan kisah caper klasik ala Ocean's Eleven

Bisa dibilang kalau film ini adalah "versi Jepang" dari Ocean’s Eleven (2001). Ueda menyajikannya dengan sentuhan humor absurd, ritme cepat, dan karakter-karakter eksentrik yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Angry Squad juga tidak didasarkan pada naskah asli, melainkan hasil adaptasi dari serial TV Korea Squad 38 (2016) yang dibintangi aktor kekar Ma Dong Seok.
Ceritanya mengikuti Kumazawa Jiro (Uchino), seorang PNS pajak biasa yang hidupnya jungkir balik setelah tertipu saat membeli mobil bekas. Ketika melacak sang penipu, ia justru direkrut oleh Makoto Himuro (Okada), si penipu itu sendiri, untuk melakukan operasi besar-besaran. Tujuannya adalah menjatuhkan pengusaha korup Tachibana (Ozawa) yang menunggak pajak hingga 1 miliar Yen Jepang.
Rencana mereka pun berkembang menjadi caper klasik penuh tipu-menipu, kerja tim disfungsional, dan jebakan-jebakan cerdas dari awal hingga akhir. Ueda berhasil menjaga tempo agar tidak kehilangan momentum, sementara sentuhan komedinya tetap mengalir secara alami di tengah tensi tinggi.
2. Akting para pemain yang memikat

Salah satu kekuatan utama Angry Squad adalah performa para aktornya. Uchino tampil sangat meyakinkan sebagai pria paruh baya yang awalnya culun tapi perlahan menemukan kepercayaan diri sebagai kriminal. Okada, meski terlalu bersih dan tampan untuk penipu profesional, berhasil menghidupkan karisma licik Himuro dengan percikan satire yang kuat.
Sementara itu, Ozawa memberi warna berbeda lewat perannya sebagai Tachibana, seorang pengusaha arogan dengan aura Don Juan tanpa kompas moral. Dinamika ketiganya menciptakan ketegangan sekaligus kehangatan yang anehnya menenangkan. Tak sekali dua kali interaksi mereka membuat penonton tertawa.
Layaknya film caper, beberapa momen terasa mudah ditebak. Namun, Ueda tetap menyelipkan twist-twist kecil. Ada keseimbangan yang pas antara momen mencurigakan dan lucu. Dan benar, film ini punya ritme yang stabil serta humor di waktu yang tepat.
3. Apakah film Angry Squad recommended untuk ditonton?

Meski bukan karya terbaik Shin'ichirô Ueda, Angry Squad: Civil Servants & Seven Swindlers membuktikan bahwa sutradara 41 tahun ini mampu membuat film konvensional tanpa kehilangan sentuhan humanis dan kecerdasan komedinya. Film ini menawarkan kritik sosial terhadap sistem yang korup dan absurditas birokrasi, tapi berhasil mengemasnya dalam bentuk hiburan yang mudah dicerna.
Dengan naskah yang kabarnya melalui 14 kali revisi dan pacing yang nyaris tanpa jeda, Angry Squad menjadi tontonan yang cerdas, jenaka, sekaligus emosional tahun ini. Jika kamu mencari film caper Jepang yang tak hanya menghibur tapi juga menyentuh sisi kemanusiaan, film ini wajib masuk daftar tontonanmu di JFF 2025. Segera cek jadwal rilisnya di bioskop kesayanganmu, ya!



















