Review Captain America: Brave New World, Aksi Seru tapi Plot Datar

Captain America: Brave New World (2025) akhirnya tayang di bioskop Indonesia. Sebagai debut Sam Wilson (Anthony Mackie) sebagai Captain America baru, film ini pun mendulang ekspektasi besar dari penggemar Marvel Cinematic Universe (MCU)
Banyak yang berharap film ini dapat mengangkat kembali kejayaan Captain America di MCU setelah film-film sebelumnya kurang memuaskan. Lalu, apakah Brave New World berhasil memenuhinya? Mari simak ulasan lengkapnya di bawah ini!
1. Penampilan memukau Harrison Ford sebagai Thunderbolt Ross

Salah satu highlight terbesar dari film ini justru tidak datang dari karakter Sam Wilson, melainkan Presiden Thunderbolt Ross yang diperankan oleh Harrison Ford. Ia tampak menikmati perannya di sini, mengingatkan kita pada aksi heroiknya di Air Force One (1997).
Namun sayang, sosok presiden yang tegas dan berwibawa harus berbenturan dengan naskah yang kurang solid. Karakter Ross memiliki potensi lebih, baik sebagai anti-hero maupun villain, tapi plotnya tidak memberikan ruang bagi pengembangan karakternya.
2. Bertabur aksi tapi sedikit membosankan

Sebagai film superhero, sudah jelas kalau Brave New World menyajikan banyak adegan aksi di dalamnya. Durasinya pun hanya 2 jam, lebih pendek dibandingkan dua film Captain America sebelumnya. Namun anehnya, film ini justru terasa lambat dan melelahkan.
Beberapa adegan aksi memang menghibur, tapi dialog yang terlalu panjang dan beberapa adegan CGI yang kurang rapi membuat film ini kehilangan geregetnya. Dengan durasi yang lebih ringkas, film ini bisa lebih padat, tapi justru malah terasa bertele-tele.
3. Plot datar, ending anti klimaks

Dengan judul Brave New World, ada ekspektasi kalau film ini akan membawa cerita yang kuat dan penuh intrik politik. Sayangnya, alur yang disajikan terasa datar dan tidak memberikan dampak berarti. Hanya untuk kepentingan drama dan humor selewat.
Menjelang penghujung film, konflik yang dibangun pun seakan tidak mencapai klimaks yang memuaskan. Akhir film terasa seperti anti-klimaks yang membuat kita bertanya-tanya, "Apakah semua konflik ini benar-benar ada artinya?"
Secara keseluruhan, Brave New World adalah tontonan renyah, penuh aksi, tapi kurang bisa memberikan rasa yang mengenyangkan. Jangan harap kalau film ini dapat menyamai pendahulunya: The Winter Soldier (2014) dan Civil War (2016).