Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Blue Ruin (dok. Tribeca Film Festival/Blue Ruin)

Intinya sih...

  • Film Blue Ruin (2013) memiliki potensi menjadi cult-classic berkat kecerdasan cerita dan pesan antikekerasan yang diselipkan oleh sutradara Jeremy Saulnier.
  • Saulnier tidak menggunakan kilas balik dan backstory dalam film ini, melainkan langsung memperkenalkan Dwight sebagai pria tunawisma yang akan membalas dendam atas kematian orangtuanya.
  • Pesan antikekerasan yang diselipkan Saulnier sukses mendemonstrasikan bahwa balas dendam hanya akan menimbulkan rantai kekerasan tanpa ujung, dengan kedalaman cerita dan akting ciamik Macon Blair membuat Blue Ruin layak dapat skor 5/5.

Pernahkah kamu menemukan film lawas yang tiba-tiba punya banyak penggemar? Cult-classic istilahnya, yakni sejenis karya yang saat perilisan perdananya tak sukses, tetapi justru mencuri perhatian beberapa bahkan puluhan tahun setelah perilisannya. Itu yang sedang terjadi pada beberapa film, seperti Paris, Texas (1984), Reservoir Dogs
(1992), dan Juno (2007). 

Jumlah cult-classic jelas akan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Nah, kalau boleh menyarankan dan menebak, rasanya film berjudul Blue Ruin (2013) punya potensi tersebut. Film revenge garapan Jeremy Saulnier (Green Room, Rebel Ridge) ini belakangan dapat perhatian karena kecerdasannya. 

Tidak seperti film revenge biasa, ada pesan antikekerasan yang diselipkan Saulnier. Seperti apa pesan yang dimaksud dan sekrusial apa film ini untuk ditonton? Ini review film Blue Ruin buatmu. 

1. Film revenge tanpa flashback dan backstory

Blue Ruin (dok. Tribeca Film Festival/Blue Ruin)

Untuk menggarap film revenge (bertema balas dendam), penulis naskah dan sutradara biasanya akan menyelipkan kilas balik dan backstory. Tujuannya memberi konteks dan mempermudah penonton untuk bisa bersimpati pada lakon utama. Namun, Saulnier tidak melakukannya dalam Blue Ruin.

Film dibuka dengan memperkenalkan penonton kepada Dwight (Macon Blair), pria tunawisma yang hanya punya mobil lawas sebagai tempatnya berteduh. Tak jelas apa yang ia cari dan kerjakan, tetapi Saulnier tak bertele-tele. Beberapa waktu setelah mengikuti kesehariannya, kita diberi petunjuk kalau orangtua Dwight meninggal terbunuh secara tragis dan pelakunya akan dibebaskan hari itu. 

Dari situ, keseharian Dwight yang monoton berubah. Ia mencukur habis jenggotnya, merapikan rambutnya yang gondrong dan membersihkan mobilnya dari barang-barang tak berguna. Tak berlama-lama pula, Dwight langsung melaju membuntuti mobil si pelaku yang baru bebas dan akan merayakan kebebasan itu bersama kerabat yang menjemputnya dengan gembira.

2. Mata balas mata yang tak sesuai rencana

Blue Ruin (dok. The Weinstein Company/Blue Ruin)

Saat sang target lengah dan sendirian, Dwight menemukan peluang untuk membunuhnya. Namun, di sinilah semua berubah. Penonton mungkin akan mengira itu akan jadi momen kemenangan, tetapi justru sebaliknya. Dwight dengan jantung berdebar dan badan bergetar justru merasa terkhianati oleh rasa benci dan amarahnya sendiri. 

Parahnya, saat tak menemukan laporan dan berita kematian keesokan harinya, Dwight sadar kalau keluarga pelaku tak mau melibatkan polisi. Tidak sesuai rencananya, konflik berdarah antara dirinya dan pelaku pembunuhan orangtuanya ternyata belum berakhir dan justru semakin runyam. Di sinilah Saulnier mulai menyelipkan pesan antikekerasan dan antibalas dendam yang dimaksud. Ia sukses mendemonstrasikan bagaimana kekerasan yang dibalas kekerasan hanya akan jadi rantai yang tak ada ujungnya. 

3. Ending yang penuh pesan tersirat

Blue Ruin (dok. The Weinstein Company/Blue Ruin)

Bukannya lega, Dwight justru menemukan dirinya terdesak dan justru melakukan kesalahan demi kesalahan fatal. Semua dilakukannya untuk membela diri dan menyelamatkan saudari yang sejak awal menentang rencananya. Di sisi lain, kita pun diajak memahami posisi keluarga pelaku yang tak bisa pula menerima kematian anggota keluarga mereka. 

Beberapa rahasia dan twist dibongkar jelang akhir film. Termasuk beberapa detail soal mengapa orangtua Dwight dibunuh. Saulnier juga menyelipkan beberapa adegan yang mengandung pesan tersirat.

Seperti sekuens adegan ketika satu-satunya penyintas dari tragedi itu melangkah meninggalkan lokasi kejadian dan membuang senjatanya. Ini dilihat pentonton sebagai bentuk komitmen si karakter untuk memutus rantai kekerasan yang menghantui keluarganya. 

Menariknya, setelah menonton kita dibikin sadar kalau sejak awal Saulnier konsisten dengan pesan antikekerasannya. Memperkenalkan Dwight sebagai sosok awut-awutan adalah cara Saulnier menunjukkan bahwa lakon utamanya sudah kalah sejak awal. Ia gagal mengalahkan rasa bencinya dan perkiraannya kalau balas dendam akan menuntaskannya pun salah total. Kedalaman cerita garapan Jeremy Saulnier dan akting ciamik Macon Blair bikin Blue Ruin layak dapat skor 5/5!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team