Jakarta, IDN Times - Film terbaru Star Vision, Petaka Gunung Gede, menjadi salah satu film horor Indonesia yang paling dinantikan di tahun 2025. Diangkat dari kisah nyata Maya Azka yang sempat viral di YouTube, film ini menggabungkan elemen horor dan drama yang emosional.
Disutradarai oleh Azhar Kinoi Lubis, Petaka Gunung Gede menawarkan visual apik serta cerita yang cukup kompleks. Lalu, apa saja keunggulan dan kekurangan film ini? Berikut ulasannya.
Salah satu aspek yang paling menonjol dari film ini adalah sinematografinya. Dengan latar Gunung Gede yang megah, film ini mampu menghadirkan pengalaman visual yang luar biasa. Setiap adegan pendakian ditampilkan dengan pencahayaan yang natural.
Mengingat syuting film ini dilakukan Surya Kencana dan Telaga Biru, kita pun dapat melihat keindahan alam sekaligus merasa ikut mendaki bersama para karakter.
Sebagai sepasang sahabat di film ini, Arla Ailani (Maya) dan Adzana Ashel (Ita) berhasil menunjukkan chemistry yang kuat. Akting mereka terasa alami, terutama dalam adegan-adegan emosional baik sebelum maupun sesudah tragedi.
Arla mampu membawa karakter Maya dengan baik, memperlihatkan transisi dari sosok yang skeptis menjadi seseorang yang berjuang untuk menemukan kebenaran. Ashel juga totalitas sebagai Ita yang berkali-kali kesurupan sepanjang film.
Seperti kebanyakan film horor Indonesia, Petaka Gunung Gede tidak lepas dari kelemahan dalam penyajian plot twist mendekati penghujung film. Meski demikian, plot twist ini menjadi akhir yang pas untuk kisah Ita yang sempat menggantung di podcast Maya Azka.
Kesimpulannya, Petaka Gunung Gede adalah film horor yang berhasil menggabungkan teror dan drama dengan cukup baik. Siap menontonnya di bioskop kesayanganmu?