Review Film Qorin 2, Lebih Gore dari Film pertamanya

Jika film pertama fokus pada isu pelecehan seksual dan ketakutan perempuan sebagai korban, Qorin 2 menggeser arah ceritanya ke isu bullying di lingkungan sekolah.

Kisahnya berpusat pada Makmur, seorang ayah yang murka setelah mengetahui putranya, Jaya, menjadi korban perundungan. Ketika Makmur meminta pertolongan pada pihak sekolah, suaranya justru diabaikan. Saat jalur hukum dan otoritas tak lagi memberi harapan, ia memilih memanggil sesuatu yang seharusnya tidak pernah dihadirkan.

Di sisi lain, Fitri, guru BP muda, berusaha mengusut kasus perundungan terhadap Jaya dengan mencari bukti dan saksi. Penyelidikan itu justru menyeretnya ke misteri kelam desa, di mana banyak warganya terhubung dengan sosok jin yang merasuki dan menuntut balas dendam.

Cuplikan film Qorin 2 (2025)

Berbeda dari film pertama yang lebih condong ke horor konvensional, Qorin 2 tampil lebih nekat dengan pendekatan horor slasher yang brutal. Jika Qorin terasa "nanggung" dalam urusan gore dan suspense, film kedua ini justru memulai segalanya tanpa basa-basi.

Adegan berdarah disajikan sejak awal, membuat penonton langsung paham bahwa ini bukan horor yang mengandalkan jumpscare semata. Nuansanya mengingatkan pada I Know What You Did Last Summer (1997), tetapi dengan latar pedesaan Jawa Barat yang kental dengan sentuhan mistik lokal. Suara karinding yang terdengar sepanjang film pun sukses menambah kengerian.

Fedi Nuril tampil menonjol sebagai Makmur. Ia berhasil memadukan kemarahan, keputusasaan, dan kerentanan seorang single father yang kehilangan pijakan moral. Untuk film horor keduanya setelah Sukma (2025), sepertinya Fedi terlihat semakin nyaman bermain di spektrum emosi yang gelap. Penampilannya menjadi jangkar kuat bagi film ini.

Kekuatan lain Qorin 2 terletak pada keberaniannya mengangkat isu bullying dan ketidakadilan sistemik. Bukan sekadar teror jin, tetapi potret dendam yang tumbuh dari pembiaran, penyalahgunaan kekuasaan, serta abainya institusi pendidikan untuk melindungi korban perundungan.

Di sini, qorin menjadi simbol kemarahan kolektif dan luka yang tak pernah disembuhkan. Film ini juga menyinggung relasi kuasa antara pejabat, pemuka agama, dan masyarakat kecil, memperkaya lapisan horornya dengan kritik sosial yang cukup tajam dan relevan.

Meski demikian, paruh kedua film bisa terasa melelahkan bagi sebagian penonton. Setelah satu per satu rahasia terungkap, tensinya sedikit menurun dan narasinya cenderung berputar di tempat. Namun, akhir film yang menggantung justru menjadi daya tarik tersendiri, menyisakan rasa tak nyaman sekaligus membuat kita penasaran dengan kelanjutan kisahnya.

Qorin 2 layak ditonton, terutama jika kamu menyukai horor berdarah-darah yang tidak keberatan dengan tema berat dan visual yang cukup ekstrem. Film ini mungkin tidak sempurna secara struktur, tetapi keberaniannya menggabungkan horor slasher, isu sosial, dan kritik terhadap sistem menjadikannya salah satu film horor Indonesia yang cukup berani di tahun ini.

Jika kamu mencari film horor yang bukan hanya menakutkan, tetapi juga menyulut rasa marah dan gelisah, Qorin 2 patut masuk daftar tontonan. Perlu diingat kalau film ini memiliki rating D17, karena adegan gore dan kata-kata kasar. Qorin 2 tayang di bioskop mulai 11 Desember 2025.