Saw X, Rajanya Film Horor Gore Tahun Ini!

Setelah 2 tahun lalu menelurkan Spiral: From the Book of Saw (2021), tahun ini Lionsgate bersama Twisted Pictures kembali dengan Saw X (2023) yang menjadi film kesepuluh dari seri film Saw. Tayang di bioskop Indonesia sejak Rabu (11/10/2023), film arahan Kevin Greutert (Saw VI, Jessabelle) ini kembali menampilkan Tobin Bell sebagai sang serial killer ikonik, John Kramer alias Jigsaw.
Di luar dugaan, Saw X mendapat sambutan luar biasa dari para kritikus. Banyak yang menyebut kalau film ini merupakan film terbaik dari seri film Saw, karena menyajikan naskah yang lebih berbobot dan akting yang memukau dari Bell. Bahkan, Saw X berhasil menjadi satu-satunya film Saw yang mendapat predikat certified fresh alias tomat segar di Rotten Tomatoes dengan skor 80 persen.
Benarkah Saw X sebagus yang dikatakan kritikus? Meski terdapat satu kekurangan minor, menurut penulis, film yang mengambil latar antara Saw (2004) dan Saw II (2005) ini memang merupakan salah satu film Saw yang paling unik. Penasaran seunik apa? Yuk, langsung pantengin review film Saw X berikut ini.
1. Soroti kehidupan John Kramer alias Jigsaw setelah kejadian dalam Saw (2004)

Selama ini, seri film Saw begitu disukai oleh penonton karena menyuguhkan adegan sadis yang sanggup membikin ngilu dan mual. Namun, salah satu hal yang kerap dikeluhkan oleh para kritikus adalah alur ceritanya yang setipis kertas dan tak memberikan kedalaman apa pun pada karakternya. Seakan menyadari hal tersebut, Peter Goldfinger dan Josh Stolberg (Jigsaw, Spiral: From the Book of Saw), selaku penulis naskah, memulai film ini dengan mengajak penonton menyelami sisi lain dari kehidupan John Kramer alias Jigsaw.
Alkisah, setelah peristiwa dalam film pertama, John harus menghadapi kenyataan bahwa penyakit kanker otaknya semakin ganas. Berbagai pengobatan telah ia tempuh, termasuk menghadiri pertemuan dukungan. Namun, semua dokter yang didatanginya selalu mengatakan hal yang sama: umur John hanya tinggal beberapa bulan lagi.
Di tengah penderitaannya tersebut, John menemukan secercah harapan dari Henry Kessler (Michael Beach), salah satu teman kelompok dukungannya, yang menyarankan agar ia pergi menemui dokter bernama Cecilia Pederson (Synnøve Macody Lund). Menurut Henry, Cecilia adalah seorang dokter visioner yang metode pengobatannya telah menyembuhkan banyak penderita kanker, termasuk dirinya.
Keinginan hidup John yang begitu besar membawanya ke Meksiko, tempat Cecilia menjalankan fasilitas rahasianya yang, konon, ditentang oleh pemerintah. Awalnya, semua berjalan lancar dan operasi John dinyatakan berhasil. Namun, ketika kembali untuk mengucapkan terima kasih, John menemukan tempat tersebut telah kosong dan menyadari kalau seluruh rangkaian pengobatan yang dijalaninya adalah kebohongan.
Mengutus salah satu muridnya, Amanda Young (Shawnee Smith), John mulai memburu Cecilia dan komplotannya untuk dikumpulkan dalam sebuah "permainan" yang dirancangnya. Sebagai penggemar seri film Saw, kamu pasti sudah paham, kan, permainan apa yang dimaksud?
2. Hadirkan berbagai perangkap yang sadis, Saw X adalah "surga" bagi para pencinta gore

Tak bisa dimungkiri, hal yang paling dinanti oleh para fans adalah kehadiran beragam jebakan baru yang siap membuat para korbannya memperjuangkan nyawa. Setelah "The Subway Trap" dan "The Hot Wax Trap" yang membuat penonton gelisah dalam Spiral: From the Book of Saw (2021), kali ini Saw X memilih menampilkan jebakan yang lebih simpel, namun tak kalah mematikan.
Dari "Pipe Bomb Trap" yang memaksa korbannya mencongkel tangannya sendiri sampai "Brain Surgery Trap" yang mengharuskan korbannya mengambil jaringan otaknya untuk ditimbang, semuanya dijamin bakal bikin kamu bergidik ngeri. Bahkan, Saw X tak segan-segan melibatkan karakter anak kecil dalam salah satu permainan berdarahnya menjelang ending.
Segala kengerian tersebut didukung oleh sinematografi garapan Nick Matthews (Spoonful of Sugar) yang mampu menggambarkan luka, darah, dan potongan tubuh secara detail. Tambahkan semua itu dengan tata suara ciamik yang sukses menangkap teriakan menyayat dari para karakternya, maka Saw X dengan mudah menjadi pengalaman sinematik paling disturbing tahun ini.
3. Chemistry Tobin Bell dan Shawnee Smith yang ciamik

Seperti yang telah disinggung di atas, kemauan Saw X untuk "bercerita" ketimbang langsung meneror penonton dengan adegan gore membuat para karakternya mempunyai kedalaman. Cecilia, misalnya. Jika para korban di seri film Saw lainnya hadir bak hewan yang menunggu giliran untuk disembelih, maka Cecilia diberikan latar belakang memadai yang membuat karakternya pantas untuk dibenci oleh penonton.
Uniknya, hal tersebut membuat karakter John Kramer alias Jigsaw hadir sebagai protagonis dalam Saw X setelah sebelumnya sering digambarkan sebagai antagonis berdarah dingin. Performa apik Tobin Bell memfasilitasi karakter ikonik tersebut untuk tampil lebih humanis—khususnya pada paruh pertama ketika John merasakan dilema akibat penyakitnya—dan berprinsip di balik moralnya yang penuh ambiguitas.
Bertemu kembali dengan Bell setelah Saw VI (2009), yakni Shawnee Smith yang memerankan Amanda Young. Tak hanya mencuri atensi lewat humor bernuansa gelap yang dilontarkannya, sang aktris juga membentuk chemistry anak-ayah yang hangat dengan Bell. Yap, di balik kemasan horornya, siapa yang menyangka kalau Saw X bakal menyuguhkan momen emosional?
4. Alur ceritanya gak bisa ditebak, dibikin penasaran terus!

Selain adegan gore yang eksplisit, Saw X juga memiliki alur cerita yang bakal membuatmu menebak-nebak bagaimana ending-nya. Padahal, plot twist yang disuguhkan oleh Peter Goldfinger dan Josh Stolberg tergolong biasa kalau tak mau disebut klise. Namun, berkat kepiawaian Kevin Greutert dalam memacu dan menahan intensitas teror, plot twist tersebut jadi terasa mengejutkan dan—yang terpenting—tak membodohi penonton.
Mungkin, satu-satunya kekurangan Saw X adalah klimaksnya. Andaikan "Burning Gas Chamber Trap" yang diatur sebagai jebakan terakhir dibuat lebih rumit, ending yang melibatkan dua karakter villain tersebut pasti akan menjadi salah satu konklusi paling brutal dalam sejarah seri film Saw. Namun tenang saja, kekurangan kecil tersebut tak memengaruhi kualitas Saw X secara keseluruhan, kok!
Overall, Saw X adalah bukti kalau seri film Saw masih mempunyai masa depan yang cerah di industri perfilman Hollywood. Keberaniannya dalam mengolah cerita sembari tetap mempertahankan unsur kesadisan yang menjadi ciri khasnya, membuat film ini tak hanya layak menjadi entry terbaik dalam waralaba Saw, tapi juga pantas dinobatkan sebagai salah satu film horor gore terbaik tahun ini.
Oh iya, sebelum melangkahkan kakimu keluar bioskop, ada satu post-credit scene dalam Saw X yang sayang kalau dilewatkan. Selain menampilkan petunjuk untuk film selanjutnya, cuplikan tersebut juga menampilkan salah satu karakter penting dalam seri film Saw, lho!