Review The Mauritanian: Perjuangan Tersangka Terorisme Raih Keadilan

Mendekam di penjara seorang diri, tanpa ada pembelaan dan persidangan selama 14 tahun, membuat Slahi, seorang tahanan muslim, merasa sendiri dan ketakutan. Ia ditahan lantaran dituduh terlibat jaringan teroris Al Qaeda, karena pernah berlatih di kamp militer dan menerima telepon dari Osama bin Laden.

Kuasa hukumnya, yaitu Nancy harus membentuk strategi cerdas melawan pemerintah Amerika Serikat untuk membuktikan bahwa Slahi tidak bersalah. Beberapa adegan di film ini akan membuat penonton dilema harus berpihak kepada siapa. 

Akan ada momen saat penonton meyakini bahwa Slahi memang bersalah, namun di tengah proses penyelidikan bakal terlihat fakta-fakta lain yang bikin mikir dua kali. 

Film The Mauritanian bukanlah adaptasi kisah nyata yang biasa. Tragedi 9/11 World Trade Center bercampur dengan tema masalah hukum peradilan di Amerika, menjadi tantangan sendiri bagi sutradara untuk bersikap netral, antara teroris dan tentara. 

Film ini mengedepankan pesan moral dalam kehidupan manusia yang sering terabaikan, yaitu mengenai hak dan keadilan. Setiap manusia, entah dia memang bersalah ataupun tidak, tetap memiliki hak dalam kehidupannya masing-masing. 

Meskipun Slahi mendapat perlakuan keji, tetapi hidupnya selalu ia serahkan kepada Tuhan. Inilah salah satu pesan yang menonjol pada film The Mauritanian.

Film ini mampu menarik perhatian dan rasa penasaran penonton. Setiap kesaksian Slahi dituangkan dalam bentuk tulisan surat. 

Penonton bakal bisa menghayati setiap cerita dalam surat yang dibuat Slahi untuk pengacaranya Nancy. Selain itu, kamu juga diajak memikirkan antara kebenaran, kepalsuan, ataupun konspirasi yang mungkin terjadi. Setiap isi tulisan didukung dengan adegan masa lalu saat Slahi dicurigai, ditangkap, hingga tak bisa berbuat apa-apa. 

Surat yang diterima Nancy juga membuat ia yakin untuk melanjutkan perjuangannya dan terus memutar otak untuk mengungkap kasus Slahi. Ia bukan hanya membela tahanan, tetapi juga membela supremasi hukum.

Sementara Slahi menyetujui Nancy menjadi pengacaranya, pihak militer Amerika di bawah pimpinan Kolonel Bill Seidel memerintahkan Stuart Couch untuk mengajukan dakwaan teroris kepada Slahi di pengadilan.

Nancy pun menemui kesulitan dalam mengakses informasi dari pihak militer karena sebagian besar data yang ia terima sudah disensor. Cerita di film ini seolah menunjukkan kenyataan pedih saat suatu individu seringkali tak berdaya menghadapi kekuatan besar seperti negara. Meski begitu, The Mauritanian juga tunjukkan tak ada usaha yang sia-sia.

Seperti apa akhirnya kisah Slahi nantinya? Mampukah ia dan kuasa hukumnya membuktikan bahwa dirinya tak bersalah? Film ini cocok ditonton untuk kalian yang tertarik dengan topik hukum dan keadilan, terutama terhadap terduga pelaku terorisme di Amerika. 

Sampai sini dulu ya review filmnya. Kalian bisa langsung saksikan film ini di bioskop. Ingat, setiap manusia memiliki hak dan keadilan masing-masing!