Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Review The Smashing Machine, Kisah Legenda UFC dengan Hati Hello Kitty

The Smashing Machine
The Smashing Machine (dok. A24/The Smashing Machine)
Intinya sih...
  • Film The Smashing Machine mengangkat kisah nyata legenda UFC Mark Kerr, menyoroti lapisan emosional terdalam dari sosok legendaris ini. Dwayne Johnson tampil luar biasa sebagai pria lembut yang tidak tahu cara menghadapi dirinya sendiri.
  • Keberanian Safdie untuk memperlihatkan bahwa kekerasan fisik hanyalah permukaan dari penderitaan emosional. Emily Blunt berperan sebagai Dawn Staples, kekasih Kerr yang menjadi cermin bagi kehancuran dan kesepian Kerr sendiri.
  • Gunakan pendekatan sinematografi dan soundtrack yang unik. Sinematografer Maceo Bishop menggunakan kamera bergaya VHS 16mm.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setelah bertahun-tahun dikenal sebagai ikon film aksi tak terkalahkan, Dwayne "The Rock" Johnson akhirnya berhasil menunjukkan sisi paling rapuh dari dirinya lewat The Smashing Machine (2025). Disutradarai oleh Benny Safdie, film ini bukan sekadar drama olahraga, tetapi sebuah potret menyayat hati tentang pria yang kehilangan arah; tentang mesin besar yang perlahan rusak dari dalam.

Mengangkat kisah nyata legenda UFC Mark Kerr, film ini menelanjangi sisi kelam dunia olahraga keras yang jarang tersentuh kamera. Di tangan Safdie, kisah petarung bukan lagi tentang adrenalin dan kemenangan, melainkan tentang rasa sakit, kesepian, dan pencarian makna di tengah kehancuran diri. Lalu, apa saja kelebihan dan kekurangannya? Mari simak review di bawah ini!

1. The Smashing Machine: kisah tentang kesempatan kedua

The Smashing Machine
The Smashing Machine (dok. A24/The Smashing Machine)

The Smashing Machine merupakan adaptasi dari dokumenter John Hyams tahun 2002 yang menyoroti perjalanan Mark Kerr, petarung tangguh yang berjaya di era awal UFC dan Pride. Namun, Safdie menolak membuat film biopik biasa. Ia justru menyingkap lapisan emosional terdalam dari sosok legendaris ini. Bukan tentang laga brutal di ring, tapi pergulatan batin yang tak terlihat dalam diri petarung tersebut.

Dwayne Johnson tampil luar biasa. Ia benar-benar menanggalkan citra "The Rock" dan bertransformasi menjadi Mark Kerr: seorang pria lembut yang tidak tahu cara menghadapi dirinya sendiri. Ada satu adegan wawancara ikonik saat Kerr ditanya apa yang akan dia lakukan jika kalah. Saat itu, Kerr menjawab "tidak tahu", karena ia belum pernah kalah sebelumnya. Jika ia kalah, Kerr tidak tahu bagaimana memprosesnya.

Di dalam ring, Kerr tampak buas dan tak kenal ampun. Namun di luar ring, ia hanyalah manusia rapuh yang berjuang melawan ketergantungan obat, tekanan sponsor, dan bayang-bayang kegagalan. Film ini sukses menyoroti bagaimana Kerr dapat bangkit dari titik terendah dalam hidupnya. Pada akhirnya, The Smashing Machine adalah kisah tentang kesempatan kedua.

2. Soroti sisi lain dari seorang petarung UFC

The Smashing Machine
The Smashing Machine (dok. A24/The Smashing Machine)

Satu hal yang membuat film ini menggigit adalah keberanian Safdie untuk memperlihatkan bahwa kekerasan fisik hanyalah permukaan dari penderitaan emosional. Di film ini, Emily Blunt berperan sebagai Dawn Staples, kekasih Kerr yang sekaligus menjadi sumber ketegangan terbesar dalam hidupnya. Hubungan mereka begitu intens. Mereka saling mencintai, tapi juga perlahan saling menghancurkan.

Blunt menampilkan performa yang luar biasa sepanjang film. Ia bukan sekadar "wanita pendamping" dalam narasi pria yang jatuh, melainkan cermin bagi kehancuran dan kesepian Kerr sendiri. Dinamika mereka berdua menciptakan drama paling kuat dalam film ini. Cinta, ketergantungan, dan rasa bersalah di antara keduanya seolah menembus layar.

Safdie dengan tegas menolak glorifikasi dunia MMA. Tidak ada sorak kemenangan atau montase pelatihan heroik. Yang ada hanyalah manusia yang mencoba tetap berdiri di tengah kelelahan dan tekanan. Hasilnya, film yang jauh lebih jujur dan menggugah daripada film biopik olahraga konvensional.

3. Gunakan pendekatan sinematografi dan soundtrack yang unik

The Smashing Machine
The Smashing Machine (dok. A24/The Smashing Machine)

Ciri khas Safdie terasa kuat sejak awal. Sinematografer Maceo Bishop menggunakan kamera bergaya VHS 16mm, menghadirkan nuansa dokumenter yang mentah dan intim. Kamera kerap berada di luar ring, seolah mengajak penonton menjadi pengamat, bukan peserta. Sudut pandang ini menjauhkan kita dari heroisme, tapi justru mendekatkan pada sisi kemanusiaan.

Sementara itu, musik jazz dari Nala Sinephro menjadi latar yang tak biasa untuk film olahraga. Alunan ritme drum dan dentingan lembutnya terasa seperti denyut nadi Kerr—kadang kacau, kadang menenangkan. Safdie tahu bagaimana membangun atmosfer yang menekan, tetapi tetap puitis. Tak lupa, lagu "My Way" yang monumental, sukses membuat hati bergetar dan ikut merayakan kebangkitan Kerr.

Pendekatan ini membuat The Smashing Machine terasa seperti "anti-biografi", film yang menolak formula kemenangan dan memilih jalan reflektif. Tidak ada klimaks bombastis, yang tersisa hanyalah keheningan dan manusia yang mencoba berdamai dengan dirinya sendiri.

4. Apakah The Smashing Machine recommended untuk ditonton?

The Smashing Machine
The Smashing Machine (dok. A24/The Smashing Machine)

Jawabannya iya, tapi dengan catatan. The Smashing Machine bukanlah film olahraga untuk mereka yang mencari aksi atau inspirasi cepat saji. The Smashing Machine adalah film yang perlahan menghancurkan pertahanan emosimu, serta menuntut kesabaran dan empati selama 2 jam 3 menit.

Dwayne Johnson memberikan penampilan paling berani dan membumi sepanjang kariernya. Emily Blunt menambah kedalaman emosional yang membuat film ini begitu menyayat. Bersama, mereka menciptakan kisah yang tidak hanya tentang pertarungan di dalam ring, tetapi tentang bertarung melawan "setan" dalam diri sendiri.

Bagi sebagian penonton, film ini mungkin terasa lambat dan suram. Namun bagi yang siap merenungkan makna "kekuatan" dan "kerapuhan" dalam satu tarikan napas, The Smashing Machine adalah salah satu karya terbaik tahun ini. The Smashing Machine tayang di bioskop Indonesia mulai 10 Oktober 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Indra Zakaria
EditorIndra Zakaria
Follow Us

Latest in Hype

See More

5 Rekomendasi Film Thriller Supernatural di Netflix, Mencekam!

10 Okt 2025, 16:31 WIBHype