5 Sutradara Hebat yang Jarang Bikin Film Bagus, Mengecewakan!

- Michael Bay dikenal sebagai "raja ledakan" dengan gaya visual khas, tapi film-filmnya sering dikritik karena alur membingungkan dan naskah buruk.
- Robert Zemeckis pernah jadi legenda lewat film ikonik seperti Back to the Future, tapi proyek terbarunya terasa aneh dan kurang gereget.
- Eli Roth dikenal sebagai pembuat film horor sadis, namun karyanya kehilangan arah dan dinilai gagal oleh kritikus.
Tidak semua sutradara hebat selalu menghasilkan karya yang sepadan dengan reputasinya. Beberapa nama besar di industri film justru dikenal lebih karena potensi atau keberhasilan masa lalu mereka, sementara karya-karya terbarunya terus menuai kritik.
Dalam dunia perfilman yang terus berkembang, tak jarang gaya yang dulu dianggap inovatif kini terasa basi atau terlalu repetitif. Akibatnya, para sutradara ini malah dicap membosankan atau mengecewakan, meski pernah dipuja-puja. Ironisnya, sebagian dari mereka tetap mendapat kesempatan menyutradarai film besar berbiaya tinggi meski rekam jejaknya kerap mengecewakan.
Siapa saja sutradara yang punya reputasi besar tapi hasil karyanya sering tidak memuaskan? Berikut ini sutradara hebat yang kini jarang bikin film bagus. Apakah salah satunya ada sutradara favoritmu?
1. Michael Bay

Michael Bay adalah nama besar di Hollywood, tapi juga sering jadi bahan ejekan. Ia dikenal sebagai "raja ledakan" berkat gaya penyutradaraannya yang penuh efek visual, kamera berputar-putar, dan adegan aksi bombastis. Sayangnya, dari franchise Transformers hingga Armageddon, film-film Bay lebih banyak dikritik karena alur membingungkan dan naskah buruk.
Entah bagaimana ia tetap jadi salah satu sutradara dengan pendapatan tertinggi sepanjang masa. Meski film-filmnya sering dianggap kosong, harus diakui Bay punya gaya visual yang khas. Dalam arti tertentu, ia adalah auteur atau sutradara dengan identitas kuat. Namun, jika saja naskah-naskah filmnya bisa sebaik tampilan luarnya, mungkin reputasinya akan jauh lebih positif. Bay tahu cara memikat penonton dengan aksi, tapi belum pernah benar-benar menyentuh mereka secara emosional atau naratif.
2. Robert Zemeckis

Robert Zemeckis pernah jadi legenda. Ia menyutradarai Back to the Future, Forrest Gump, dan Cast Away yang ikonik dan dicintai. Namun, sejak era 2010-an, film-filmnya terasa makin aneh dan kurang gereget. Remake Pinocchio dan The Witches dibantai kritikus, dan proyek ambisius, seperti Here (2024) dengan Tom Hanks versi digital gagal menarik perhatian publik.
Masalah Zemeckis tampaknya terletak pada obsesi terhadap teknologi canggih tanpa diimbangi cerita kuat. Film seperti The Polar Express atau Beowulf menunjukkan bahwa animasi dan efek visual saja tidak cukup. Ia adalah sutradara yang berani bereksperimen, tapi ide-ide besar tidak selalu berarti hasil akhir yang berhasil.
3. Eli Roth

Eli Roth dikenal sebagai pembuat film horor sadis, seperti Cabin Fever dan Hostel. Ia punya reputasi sebagai sineas yang berani dan tak takut menunjukkan kekerasan ekstrem. Namun, seiring waktu, karyanya kehilangan arah. The House with a Clock in Its Walls dan Borderlands malah membuatnya dianggap gagal, bahkan dinilai sebagai salah satu adaptasi video game terburuk.
Roth tampaknya kesulitan menggabungkan ketegangan horor dengan narasi yang kuat. Ia punya ide-ide menarik, tapi eksekusinya sering tidak matang. Kariernya menunjukkan bahwa kesuksesan awal tidak menjamin kesinambungan kualitas. Sampai hari ini, banyak penggemar masih berharap Roth kembali ke akar horor independennya dan menghasilkan karya seperti di masa awal.
4. Tarsem Singh

Tarsem Singh dikenal sebagai sutradara dengan gaya visual memukau. Debutnya lewat The Cell (2000) langsung menuai pro dan kontra. Film-film berikutnya, seperti Immortals dan Mirror Mirror, memperkuat reputasi bahwa Singh lebih peduli tampilan dibanding substansi. Karyanya terlihat indah, tapi sering kali kosong makna.
Singh tampaknya belum menemukan keseimbangan antara gaya dan isi. Bahkan, ketika ia kembali ke konsep serupa lewat Self/less (2015), hasilnya tetap hambar. Ia butuh naskah yang solid untuk mendukung visinya yang ambisius. Jika hal itu bisa terjadi, mungkin Singh bisa menebus semua potensi yang selama ini hanya tampak di permukaan.
5. Paul WS Anderson

Paul WS Anderson mungkin sering dikira Paul Thomas Anderson oleh orang awam, padahal keduanya seperti bumi dan langit. Ia dikenal karena membuat Resident Evil yang dibintangi istrinya, Milla Jovovich, Alien vs. Predator, dan Pompeii, semuanya film dengan budget besar, tapi hasilnya mengecewakan.
Film-film Anderson sering terasa dangkal, berisik, dan seperti dibuat asal jadi demi aksi semata. Yang bikin frustrasi, Anderson sebenarnya pernah menunjukkan potensi besar lewat Event Horizon (1997), sebuah film sci-fi horor yang kelam dan efektif.
Namun setelah itu, ia malah tenggelam dalam proyek-proyek penuh efek visual tanpa cerita yang berarti. Kalau saja ia mau kembali ke cerita yang lebih sederhana dan fokus, mungkin namanya bisa kembali diperhitungkan secara serius di industri film.
Jika nama-nama sutradara di atas terdengar besar, tapi hasil karyanya sering membuat kecewa, itu menunjukkan bahwa bakat dan nama besar saja tidak cukup. Film tetap harus bicara dengan cerita dan hati. Dari lima sutradara ini, menurutmu siapa yang paling layak diberi kesempatan kedua?