8 Sutradara Palestina yang Bisa Kamu Dukung, Tonton Filmnya yuk!

Di tengah berbagai keterbatasan dan bayang-bayang trauma antargenerasi yang harus mereka rasakan, sutradara Palestina tidak berhenti berkarya. Film mereka jadi bukti eksistensi sekaligus legasi mereka.
Berkarya berdasar pengalaman pribadi maupun orang-orang di sekitar mereka yang sama-sama harus tercerabut hak dasarnya karena konflik yang tak kunjung usai, film-film sutradara Palestina berikut bisa jadi jalanmu memperkaya wawasan dan mengasah empati. Sebagian film mereka masih dan sedang tayang di layanan OTT, lho.
1. Elia Suleiman

Elia Suleiman adalah salah satu sutradara Palestina paling dekoratif yang beberapa kali berhasil menembus ketatnya persaingan Cannes Film Festival. Ia sudah aktif sejak 1990-an dan akhirnya dikenal luas secara global ketika film fitur debutnya Chronicle of a Disappearance memenangkan Best First Film Prize di Venice Film Festival 1996.
Dilanjut dengan Divine Intervention yang merengkuh Jury Prize di Cannes Film Festival 2002. Sejak itu, ia tak pernah melewatkan penayangan perdana di Cannes lewat dua filmnya, The Time that Remains dan It Must Be Heaven.
Suleiman sering mengaburkan kenyataan dan fiksi dalam filmnya. Hampir semua filmnya berdasarkan pengalaman pribadinya sendiri sebagai seorang pria yang besar di tengah keluarga Arab Palestina di kota Nazareth kemudian bermigrasi ke Amerika Serikat.
2. Annemarie Jacir

Annemarie Jacir sudah merilis belasan film pendek dan fitur yang berkenaan dengan tanah kelahirannya, Palestina. Beberapa karyanya yang paling terkenal adalah Like Twenty Impossibles (2003), Salt of this Sea (2008), When I Saw You (2012), dan Wajib (2017). Like Twenty Impossibles bahkan jadi film pendek Arab pertama yang berhasil tayang di Cannes Film Festival kala itu.
Selain seorang sutradara, Jacir juga bekerja sebagai produser untuk beberapa film garapan sineas Arab lain. Ia salah satu dari beberapa sutradara Palestina yang dapat kesempatan menggarap satu episode serial Ramy musim kedua.
3. Mai Masri

Meski sama-sama meneropong perjuangan hidup orang Arab Palestina dan Timur Tengah secara umum, Mai Masri fokus menitikberatkan sudut pandang perempuan dan anak-anak dalam filmnya. Ia juga lebih sering membuat film dalam format dokumenter seperti Frontiers of Dreams and Fears (2001), Children of Fire (1991), Suspended Dreams (1992). Di sisi lain, film fiturnya yang berjudul 3000 Nights (2015) tak kalah powerful.
4. Hany Abu Assad

Bicara sutradara prolifik, Hany Abu Assad tak layak kamu lewatkan. Ia bahkan sudah meraih dua nominasi Oscar sepanjang kariernya sebagai sutradara. Pertama lewat film Paradise Now (2005), kemudian Omar (2013). Ia pula sosok di balik film-film brilian asal Palestina seperti The Idol (2015), Rana's Wedding (2002), dan Huda's Salon (2021). Ia lebih sering menggunakan protagonis pria dalam filmnya.
5. Cherien Dabis

Cherien Dabis pertama kali muncul lewat film fitur independen berjudul Amreeka (2009) yang mengikuti perjalanan seorang ibu tunggal dan putranya yang mengungsi dari Palestina ke Amerika Serikat. Dibesarkan di Amerika Serikat oleh orangtua asal Palestina dan Jordania, Dabis lebih sering berkarier sebagai sutradara serial televisi di negeri adidaya itu.
Ia tercatat pernah menggarap beberapa serial pemenang Emmy Primetime Awards seperti Ozark, The Sinner, Ramy, dan Only Murders in the Building. Dabis juga pernah jadi aktris dan tampil di serial Mo rilisan Netflix yang juga mengangkat kisah keluarga imigran Palestina di Amerika Serikat.
6. Farah Nabulsi

Farah Nabulsi memang belum punya filmografi yang berderet. Ia lebih sering membuat film pendek seperti Today They Took My Son (2016) dan Oceans of Injustice (2017). Namun, ia dikenal luas tatkala film pendeknya yang berjudul The Present (2020) berhasil merengkuh nominasi Oscar.
Pada 2023 ini, Nabulsi akan merilis film fitur pertamanya yang berjudul The Teacher dan akan jadi kerja sama keduanya dengan aktor Saleh Bakri. Film itu masih akan berkutat pada perjuangan hidup orang-orang Palestina di bawah okupasi.
7. Ameen Nayfeh

Nayfeh adalah sutradara muda Palestina yang paling dikenal lewat film 200 Meters (2020) dan The Crossing (2017). Sama dengan Nabulsi, ia belum punya daftar filmografi yang panjang.
Namun, film fitur perdananya 200 Meters berhasil tayang di Venice Film Festival dan masuk dalam daftar film Palestina yang bisa ditonton di Netflix (region tertentu). Film itu kembali menyoroti betapa absurd dan tak nyamannya jadi orang Palestina yang harus tinggal di antara sekat-sekat yang dibangun Israel.
8. Tarzan & Arab Nasser

Sutradara kembar asal Palestina, Arab dan Tarzan Nasser adalah sosok di balik film Gaza Mon Amour (2020), Dégradé (2015), dan film pendek Condom Lead (2013). Tiga film mereka berhasil tayang di beberapa festival bergengsi seperti Cannes dan TIFF.
Selain Saleh Bakri yang langganan film Palestina, duo Nasser bakal memperkenalkanmu pada aktris Palestina, Hiam Abbass yang beberapa kali nampang di film mereka. Abbass sebenarnya sudah sering tampil di banyak proyek film transnasional seperti serial Ramy, Oussekine, dan Succession.
Beberapa judul film karya delapan sutradara di atas bisa kamu saksikan di Netflix (region tertentu), KlikFilm, MUBI, Prime Video, dan berbagai layanan OTT lain. Silakan dukung mereka dengan menontonnya secara legal.



















