5 Trilogi Film Berdasar Liga Sepak Bola Top Dunia Favoritmu

Kamu seorang penggemar sepak bola yang butuh rekomendasi tontonan? Tenang, lewat liga sepak bola favoritmu, kita bisa menyusun trilogi sendiri. Caranya dengan memilah latar film, kemudian kaitkan dengan karakter liga tersebut. Umumnya, tiap liga sepak bola punya kekhasan sendiri yang mencerminkan tatanan masyarakat setempat.
English Premier League mencerminkan ketimpangan ekonomi antara Inggris bagian Selatan dan Utara, LaLiga bisa dipakai untuk menyingkap keragaman etnik di Spanyol, atau Bundesliga Jerman yang kebijakan ekonominya ketat gara-gara sejarah panjang sosialisme di sana. Tertarik? Coba pakai rekomendasi trilogi berdasar liga sepak bola top dunia di bawah ini untuk panduanmu, ya.
1. English Premier League: The Full Monty (1997), This is England (2006), dan High Hopes (1988)

Dikenal sebagai liga sepak bola paling populer dan elite di dunia, English Premier League sebenarnya bisa jadi cerminan ketimpangan ekonomi di negeri itu. Di satu sisi, kamu bisa menemukan klub kaya raya yang berorientasi pasar dan profit, sementara di sisi lain ada klub yang basis komunitasnya lebih solid. Untuk tahu mengapa ketimpangan ini bisa terjadi, coba tonton film satir-sosial The Full Monty (1997).
Film lawas itu mengikuti beberapa penambang batubara di Inggris Utara yang jadi korban PHK massal pada era Margaret Thatcher dan bermanuver jadi penari striptis untuk bertahan hidup. Lanjut dengan nonton This is England yang memotret eksistensi kelompok sayap kanan ekstrem yang eksistensinya sampai masih kentara dalam skena sepak bola Inggris. Tutup dengan High Hopes karya Mike Leigh yang menguak ketimpangan kelas di Inggris lewat kisah dua sejoli dengan kerabat mereka masing-masing.
2. Serie A Italia: Bicycle Thieves (1948), Gomorrah (2008), dan On My Skin (2018)

Serie A Italia tak kalah unik. Salah satu liga sepak bola top dunia itu mencerminkan keberagaman kelas, ideologi, dan kultur di Italia. Silakan mulai dengan Bicycle Thieves yang memotret krisis ekonomi di Italia setelah Perang Dunia II. Bahkan dalam salah satu adegan, kamu bisa melihat kontrasnya nasib sang lakon dengan selebrasi fans Modena FC yang baru memenangkan pertandingan.
Buat penggemar liga ini, jurang antara Italia Selatan dan Utara pun terpampang nyata lewat kultur rivalitas beberapa klubnya. Biar makin melek kenapa itu bisa terbentuk, film noir Gomorrah yang berlatar Napoli bisa jadi salah satu referensi menariknya. Coba juga tonton On My Skin yang membahas brutalitas polisi. Meski gak berhubungan langsung dengan sepak bola, film ini bisa menjelaskan beberapa insiden yang pernah terjadi dalam sepak bola Italia dan melibatkan polisi/carabinieri.
3. LaLiga Spanyol: Pan's Labyrinth (2006), Alcarras (2022), dan Sirat (2025)

Pernah terkoyak perang sipil, Spanyol pun punya banyak cerita kelam yang terpampang nyata lewat klub sepak bola mereka. Rivalitas Real Madrid dan Barcelona FC, misalnya, berakar dari perselisihan ideologi yang dimenangkan pemimpin fasis Fransisco Franco. Kalau mau tahu lebih jauh soal Franco dan rezimnya, Pan’s Labyrinth bisa jadi salah satu film wajib tonton.
Kalau tertarik dengan kultur dan identitas Catalan, coba tonton Alcarras yang memotret kehidupan satu keluarga beberapa generasi di sebuah kota kecil di region itu. Ada secercah referensi sejarah pula di dalamnya. Lengkapi pengalamanmu dengan film Sirat yang memotret koneksi erat Spanyol dengan Afrika.
4. Bundesliga Jerman: The Lives of Others (2006), Short Sharp Shock (1998), dan Toni Erdmann (2016)

Penasaran mengapa klub eks-Jerman Timur dan Jerman Barat bisa beda nasib dan karakter? Film The Lives of Others yang berlakon polisi rahasia era 1980-an bisa menjelaskan seberapa besar kontrol pemerintah dalam aspek kehidupan di Jerman Timur. Boleh juga tonton Short Sharp Shock karya Fatin Akin untuk tahu mengapa Bundesliga mencerminkan masyarakat Jerman yang makin majemuk.
Lewat film itu, Akin menyibak eksistensi imigran asal Eropa Timur dan Turki di Jerman dan proses mereka mengintegrasikan diri dalam tatanan masyarakat Jerman. Tutup dengan Toni Erdmann yang merupakan satire terhadap kehidupan korporat dan kapitalisme secara umum. Seperti film ini, kapitalisme jadi salah satu ancaman yang paling diwaspadai fans Bundesliga Jerman.
5. Ligue 1 Prancis: La Haine (1995), A Prophet (2009), dan Girlhood (2014)

Seperti fans sepak bola Jerman, penggemar fanatik sepak bola Prancis juga jago mengutarakan komplain. Ini ternyata berakar dari kultur protes di Prancis yang mendarah daging. Tonton lebih jauh di film klasik La Haine, deh. Selain budaya protes, film itu juga memotret keragaman penduduk Prancis yang diamini dua film lain A Prophet dan Girlhood.
A Prophet bahkan gak hanya menyoal imigran Arab, tetapi juga keberadaan etnik minoritas Corsica yang dalam sepak bola diwakili klub AC Ajaccio. Girlhood adalah kisah tiga remaja perempuan keturunan Afrika yang tinggal di pemukiman kelas menengah bawah bernama banlieue. Buat yang belum tahu, banlieue sering disebut hotbed alias tempat strategis mencari bakat sepak bola terbaik di Prancis. Kylian Mbappe, Paul Pogba, dan Zinedine Zidane disebut sebagai beberapa pesepak bola Prancis yang besar di sana.
Menyusun watchlist memang bisa dari apa saja. Kebanyakan pakai trope (jalan cerita utama), tetapi terbukti pakai liga sepak bola top dunia pun memungkinkan kita membuat daftar tonton dalam format trilogi. Sinefil yang juga suka sepak bola atau fans bola yang suka nonton film boleh merapat.



















