jembatan rel Chenai yang dibangun India di wilayah Kashmir (instagram.com/kashmir_weather)
Konflik di kawasan Kashmir tak jauh dari ketegangan politik antara Pakistan dan India yang terpupuk sejak penentuan garis oleh pemerintah kolonial Inggris. Setelah melakukan politik adu domba dan segregasi sistemik selama masa penjajahannya, Inggris didukung tokoh Hindu dan Islam pun membagi India menjadi dua bagian yang kini dikenal dengan nama India dan Pakistan.
Namun, ada satu wilayah yang mereka lupakan dari fokus, Kashmir. Melansir tulisan Tamoghna Halder di Al Jazeera, Kashmir dulunya berada di bawah kekuasaan Kesultanan Mughal, kemudian jatuh ke tangan Kesultanan Afghanistan, Kekaisaran Punjab, dan akhirnya Dinasti Dogras.
Dari pergantian kekuasaan tersebut, hanya Kekaisaran Punjab atau Sikh yang berhasil meningkatkan kualitas penduduk Kashmir. Kashmir memiliki demografi yang kompleks. Selain menjadi rumah untuk etnis Kashmiri yang memiliki budaya, ciri fisik, dan bahasa sendiri, kawasan itu juga dihuni etnik Pashtun yang secara garis keturunan lebih dekat dengan etnik mayoritas yang mendiami Afghanistan.
Di bawah kekuasaan Dogra yang loyal pada pemerintah kolonial Inggris, orang-orang Kashmir diperlakukan seperti komoditas. Tak jauh beda dengan Kesultanan Afghanistan di era sebelumnya. Namun, di masa ini pula terjadi diskriminasi terhadap warga muslim dan menguntungkan tokoh serta rakyat Hindu.
Tak heran bila akhirnya di tahun 1947, salah satu pemimpin Kashmir menandatangani perjanjian dengan pemerintah India yang menjamin otonomi mereka. Perjanjian tersebut dikenal dengan nama Instrument of Accession of Jammu and Kashmir. Namun, sebagian lainnya tidak merasa terwakili seperti suku Pashtun serta kelompok separatis macam Jammu Kashmir Liberation Front yang kemudian didukung Pakistan.
Benang merah dari wilayah abu-abu di atas adalah akuisisi wilayah, perbedaan ideologi, serta eksploitasi sumber daya yang tidak diimbangi dengan kompensasi yang sesuai. Kasus-kasus seperti ini tidak terbatas di enam teritori di atas. Banyak negara lain yang menghadapi isu serupa.