TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Kutipan "One-Liner" Ikonik dari Filsuf Terkenal yang Harus Kamu Tahu

Bisa membuatmu lebih bijak lho!

canvas.santarosa.edu

Filsafat, tidak kurang dan tidak lebih, adalah ilmu yang mengarahkan manusia menuju kebijaksanaan. Filsafat berurusan dengan segala macam masalah yang dihadapi setiap manusia dalam hidup mereka dengan melibatkan akal pikiran untuk menyelesaikannya.

Karena kita hidup di semesta yang sangat kompleks, filsafat itu sendiri sangatlah kompleks. Misalnya, filsafat akademik modern hampir tidak dapat dipelajari secara otodidak bagi kalangan tertentu dan apa pun yang tidak ditulis dalam istilah filsuf akademis hanya akan dianggap sebagai sebuah kontemplasi harian saja.

Untungnya, beberapa filsuf telah membuat pernyataan filosofis yang singkat sehingga cukup mudah untuk direnungkan. Berikut 7 kutipan "one-liner" terbaik yang diambil dari beberapa filsuf Barat terkenal.

1. Heraclitus

commons.wikimedia.org

"Kamu tidak dapat turun dua kali ke sungai yang sama."

Heraclitus of Ephesus, juga dikenal sebagai "Weeping Philosopher" atau Heraclitus the Obscure, hanya meninggalkan beberapa kalimat filosofis untuk generasi setelahnya. Oleh karena itu, filsafat Heraclitus tetap sulit untuk dikarakterisasi.

Pemikiran dan keyakinannya tampaknya terfokus pada alam semesta yang berada dalam keadaan fluks yang konstan, seperti yang ditunjukkan oleh kutipan di atas. Pada saat kalian mencoba untuk masuk ke sungai untuk kedua kalinya air sungai akan bergerak, dan dengan demikian sungai tersebut tidak akan sama seperti saat kalian lewati untuk pertama kalinya.

Kalimat itu juga memiliki makna kedua, yakni kalian tidak dapat melangkah ke "sungai" yang sama untuk kedua kali karena kalian bukanlah orang yang sama seperti sebelumnya. Seiring berjalannya waktu, pertanyaan tentang maksud sebenarnya dari identitas di dalam kutipan ini masih menjadi bahasan para filsuf hingga hari ini.

2. Epicurus

canvas.santarosa.edu

"Kematian tidak perlu menjadi perhatian kita, karena ketika kita ada, kematian tidak ada; dan ketika kematian ada, kita tidak ada."

Epicurus mungkin terkenal dengan aliran filsafatnya yang disebut Epicureanisme. Epicureanisme sendiri adalah filsafat hedonistik yang mengajarkan bahwa kesenangan harus dicari, tetapi hanya sebagai bentuk kebebasan dari rasa sakit dan ketakutan. Selain hedonisme, Epicurus juga mengajarkan filsafat tentang para dewa dan kematian.

Epicurus terkenal sampai hari ini karena pertanyaan dan pernyataannya tentang kematian. Menurutnya, mati lebih baik daripada hidup menderita, karena kematian akan membebaskan kita dari rasa sakit, sehingga tidak perlu ditakuti. Epicurus sangat disukai oleh para ateis dan humanis di zaman modern karena pandangannya yang rasional tentang proses kematian.

Baca Juga: Søren Kierkegaard, Filsuf yang Lahirkan Karya Besar Usai Patah Hati

3. Socrates

nationalgeographic.de

"Kehidupan yang tak teruji tak layak untuk dijalani."

Pernyataan Socrates ini, sebagaimana dijelaskan oleh Plato, cukup untuk menjelaskan betapa perlunya manusia untuk mempelajari filsafat.

Di kehidupan modern ini, setiap orang dilemparkan ke "dunia sebenarnya" secara membabi buta dan berusaha sebaik mungkin untuk melakukan tugas-tugas sosial yang diberikan kepadanya. Bagi banyak orang hal ini cukup sulit, sehingga mereka malas untuk memeriksa ulang motif kehidupan mereka sendiri.

Namun, jika kita tidak memeriksa kehidupan kita dan menggunakan kebijaksanaan yang kita peroleh darinya untuk merencanakan masa depan, kita tidak lebih baik daripada hewan yang mengikuti naluri untuk bertahan hidup. Untuk mengendalikan hidup, kita harus melibatkan pikiran kita sendiri.

Melibatkan pikiran atau belajar filsafat di sini bukan dimaksudkan agar kalian menjadi neo-Socrates, tetapi untuk memarafrasekan kutipan dari Voltaire, yakni "kita semua harus memupuk kebijaksanaan kita sendiri."

4. Immanuel Kant

levif.be

"Imperatif kategoris adalah tindakan yang mewakili suatu tindakan yang secara objektif diperlukan, tanpa merujuk pada tujuan lainnya."

Immanuel Kant adalah salah satu filsuf "raksasa" di dunia Barat. Seseorang pernah berkata bahwa para filsuf yang datang sebelum Kant cukup beruntung karena tidak harus mempelajari Kant. Memang benar bahwa filsafat Kant cukup berat untuk dibaca dan dipahami, tetapi teorinya tentang imperatif kategoris adalah salah satu studi yang layak untuk dipelajari.

Singkatnya, imperatif kategoris adalah suatu perintah yang ditujukan untuk alasan murni semata seperti "kebohongan adalah suatu hal yang tidak bisa dibenarkan." Perintah ini juga harus digunakan secara universal. Jadi, jika berbohong dibenarkan secara universal maka kepercayaan akan hilang. Oleh karena itu, berbohong adalah hal yang salah dari sudut pandang manapun.

5. Friedrich Nietzsche

nietzsche.com

"Tuhan sudah mati."

Pemikiran dari "sang pembunuh Tuhan," Friedrich Nietzsche, memang sering disalahartikan oleh para pemikir di era modern layaknya Epicurus.

Nyatanya, setelah kematian Nietzsche, saudara perempuannya mengambil alih tulisan-tulisannya dan mengeditnya agar sesuai dengan ideologi Nazi. Hubungannya dengan Nazi — yang bukan karena kemauannya sendiri — telah merusak reputasinya sejak saat itu.

Kutipan ikonik yang terdiri dari tiga kata ini mungkin yang paling terkenal dari Nietzsche. Memang tidak boleh diartikan semata-mata kalau Tuhan benar-benar sudah mati, karena Nietzsche sendiri adalah seseorang yang tidak percaya kalau Tuhan itu eksis. Seperti halnya dengan kutipan pendek lainnya, kalimat ini mengandung banyak interpretasi yang bertentangan.

Lewat "Tuhan sudah mati," Nietzsche mengemukakan bahwa ketidakmampuan manusia untuk hidup sesuai dengan kode moral lah yang telah menghancurkan sosok Tuhan. Di sisi lain, kutipan ini menjadi sebuah pernyataan bahwa Tuhan tidak memiliki tempat di dunia modern yang sudah didominasi oleh pemikiran rasional dan sains.

6. Jean-Jacques Rousseau

the-tls.co.uk

"Semua manusia dilahirkan bebas, tetapi hidup dengan rantai."

Konsep kontrak sosial memang tidak berasal dari Rousseau, tetapi ia adalah seorang filsuf yang mentenarkan konsep itu lewat kutipan di atas. Thomas Hobbes — filsuf dari Inggris — berpikir bahwa dalam keadaan alami, kehidupan seorang manusia adalah kehidupan yang mengerikan (buruk, kejam, dan pendek).

Kontrak sosial adalah "penyerahan" kebebasan alamiah oleh seorang individu untuk mencapai tujuannya dengan lebih baik dengan bekerja di dalam masyarakat. Semua manusia dilahirkan bebas, sehingga rantai yang kita kenakan adalah rantai yang kita pilih dan pakai sendiri.

Menurutnya, kewajiban dari masing-masing individu adalah untuk memutuskan "kebebasan" mana yang layak untuk dikorbankan.

Baca Juga: Immanuel Kant: Filsuf yang Mempertanyakan Batas Kemampuan Akal

Verified Writer

Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya