Søren Kierkegaard, Filsuf yang Lahirkan Karya Besar Usai Patah Hati

Hidupnya tragis, namun juga inspiratif

Søren Aabye Kierkegaard merupakan filsuf dan teolog asal Denmark yang lahir pada 5 Mei 1813. Ia dikenal sebagai sosok penting dan pertama dalam lahirnya pandangan filsafat eksistensialisme pada abad ke-19.

Pandangan-pandangannya tentang hakikat manusia menjadi inspirasi bagi lahirnya filsuf-filsuf besar lainnya seperti Jean-Paul Sartre dan Friedrich Nietzsche. Namun, di balik semua kebesarannya, Kierkegaard memiliki jalan hidup yang tak mudah dan menarik. Berikut ini kisahnya.

1. Latar belakang kehidupan

Søren Kierkegaard, Filsuf yang Lahirkan Karya Besar Usai Patah Hatitheneweuropean.co.uk

Søren Kierkegaard adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ayahnya bernama Michael Pedersen Kierkegaard, seorang pengusaha kaya raya. Sedangkan ibunya bernama Ane Sørensdatter Lund, seorang pembantu rumah tangga yang dinikahi setahun setelah kematian istri pertama.

Ayahnya merupakan sosok yang keras, sangat melankolis, dan memiliki rasa bersalah yang mendalam dalam hidupnya, di mana nantinya akan sangat memengaruhi kehidupan dan tulisan-tulisan Søren Kierkegaard. 

2. Tragedi dalam keluarga Kierkegaard

Søren Kierkegaard, Filsuf yang Lahirkan Karya Besar Usai Patah HatiBerbagai Sumber

Rasa bersalah ayahnya yang sangat mendalam hadir karena berbagai kesalahan dalam hidup yang pernah dilakukannya. Saat masih muda ia pernah mengutuk tuhan. Pedersen juga menikahi Ane Sørensdatter, yang merupakan pembantu rumah tangganya, karena lebih dulu menghamilinya.

Suatu hari sang ayah pernah meramalkan jika anak-anaknya akan meninggal di usia muda, sebagai karma akibat dosa-dosa besar yang dia lakukan. Hal ini kemudian benar terjadi saat lima anaknya meninggal dunia ketika masih sangat muda, meninggalkan Soren Kierkegaard dan satu saudaranya.

Kierkegaard sendiri pada akhirnya berumur tak terlalu panjang karena ia meninggal pada usia 42 tahun pada 11 November 1855.

Baca Juga: Jean-Paul Sartre: Filsuf Eksistensialis yang Menolak Hadiah Nobel

3. Menempuh pendidikan tinggi

Søren Kierkegaard, Filsuf yang Lahirkan Karya Besar Usai Patah Hatitheodysseyonline.com

Pada tahun 1930 Kierkegaard mendaftar di University of Copenhagen dan baru bisa menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1941. Dia mengambil juruan teologi pada awalnya, namun kehilangan ketertarikannya dan beralih ke sastra dan Filsafat. 

Selama itu ia juga mendalami sosok-sosok dalam literatur sastra seperti Don Juan, kaum Yahudi dan Dr. Faust sebagai role model eksistensial untuk hidupya sendiri. Pada tahun 1938 ayahnya meninggal dunia dan hal ini mendorong Kierkegaard untuk menyelesaikan studinya.

Dia lalu selesai pada tahun 1941 dengan melahirkan disertasi filsafat berjudul On the Concept of Irony, with Constant Reference to Socrates.

4. Kisah cinta yang tragis

Søren Kierkegaard, Filsuf yang Lahirkan Karya Besar Usai Patah Hatithetimes.co.uk

Ketika masa pendidikannya, Kierkegaard jatuh cinta dengan seorang perempuan bernama Regine Olsen. Pada tahun 1940 ia langsung melamarnya dan diterima oleh pujaan hatinya itu. Namun Kierkegaard adalah sosok yang sangat melankolis. Ia selalu memiliki pemikiran yang mendalam tentang segala hal, termasuk urusan cinta.

Perasaan khawatir tak mampu membahagiakan kekasihnya menghantui dirinya. Ia menilai jika cintanya tak setimpal dengan besarnya ketulusan Regine Olsen mencintainya. Sehingga ia pun memutuskan pertunangannya. Sebuah keputusan yang akan disesalinya sepanjang hidupnya.

Pada akhirnya Regine Olsen pun menikah dengan orang lain, sedangkan Kierkegaard meninggal tanpa pernah menikah.

5. Rasa kehilangan membuat Kierkegaard produktif melahirkan karya besar

Søren Kierkegaard, Filsuf yang Lahirkan Karya Besar Usai Patah Haticommons.wikimedia.org

Kehilangan sang ayah dan patah hati oleh cinta memang sangat mempengaruhi kehidupan Kierkegaard. Namun di sisi lain hal ini juga menjadi pemicu lahirnya banyak karya besar sang filsuf Eksistensialisme. 

Diantaranya adalah Enten-Eller: et livs-fragment (1843; Either/Or: A Fragment of Life), Gjentagelsen (1843; Repetition), Frygt og baeven (1843; Fear and Trembling), Philosophiske smuler (1844; Philosophical Fragments), Begrebet angest (1844; The Concept of Anxiety), Stadier paa livets vei (1845; Stages on Life’s Way), and Afsluttende uvidenskabelig efterskrift (1846; Concluding Unscientific Postscript).

Itulah sekilas cerita hidup sang filsuf yang juga dikenal sebagai Bapak Eksistensialisme. Dibalik setiap tragedi kisahnya, tersimpan berbagai kisah inspiratif yang bisa deipetik.

Baca Juga: 7 Fakta Menarik Marcus Aurelius, Sang Kaisar-Filsuf Romawi Terbijak

Ganjar Firmansyah Photo Verified Writer Ganjar Firmansyah

A Reader who love hiking hitchiking camping and other-Ings

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya