Immanuel Kant: Filsuf yang Mempertanyakan Batas Kemampuan Akal

Salah satu filsuf yang berpengaruh di dunia filsafat modern

Selain filsafat rasionalisme dan empirisme, ada salah satu paham filsafat yang tidak kalah menarik untuk dijadikan bahan bacaan. Paham filsafat yang dimaksudkan yakni filsafat fenomenalisme. 

Filsafat fenomenalisme digagas oleh seorang filsuf bernama Immanuel Kant, yang merupakan salah seorang filsuf paling berpengaruh di dunia filsafat modern barat.

Berikut ini, mari kita simak profil dan buah pikir dari seorang Immanuel Kant.

1. Profil seorang Immanuel Kant, akademisi yang menguasi hampir seluruh bidang ilmu

Immanuel Kant: Filsuf yang Mempertanyakan Batas Kemampuan Akaleconomictimes.com

Immanuel Kant (1724-1804) lahir di Konigsberg, sebuah kota kecil di Prussian Timur. Karier Kant dimulai saat dia menjadi profesor universitas di Kota Konigsberg, yang juga merupakan tempatnya mengenyam pendidikan semasa menjadi mahasiswa.

Kant dikenal sebagai akademisi yang menguasai hampir seluruh cabang ilmu yang ada pada saat itu. Bahkan semasa kuliah, selain mempelajari bidang filsafat, dia juga mempelajari fisika Newton dan sistem-sistem metafisis serta logika.

2. Kehidupan seorang Immanuel Kant, filsuf dengan gaya hidup teratur yang mengabdikan diri untuk belajar

Immanuel Kant: Filsuf yang Mempertanyakan Batas Kemampuan Akalfineartamerica.com/Victor Minca

Immanuel Kant menjalankan hidupnya penuh dengan keteraturan dan kedisplinan. Setiap rutinitas kesehariannya selalu memiliki waktunya tersendiri. Seseorang bisa menebak kapan Kant mulai bangun tidur, menulis, makan, ataupun ketika Kant sedang mempelajari materi kuliah.

Bahkan, tetangga Kant sudah hafal bahwa setiap pukul setengah empat sore, maka Kant akan meninggalkan rumahnya untuk berjalan-jalan.

Saat Kant berusia 20 tahun, dia memutuskan untuk menghabiskan hidupnya dengan belajar. Mungkin ini yang membuat dirinya membujang di sepanjang hidupnya, walaupun sempat dua kali berkenalan dengan kisah asmara.

Baca Juga: 7 Fakta Nicolaus Copernicus, Bapak Astronomi Modern Sekaligus Ekonom

3. Kant sempat tetarik dengan paham rasionalisme dan empirisme

Immanuel Kant: Filsuf yang Mempertanyakan Batas Kemampuan Akaltheamericanconservative.com

Semasa berkuliah, Kant memang disuguhi dengan filsafat rasionalisme yang kala itu menonjol di seluruh universitas Jerman. Belum lagi dosen yang dia kagumi, yakni Martin Knutzen memberinya pengaruh rasionalisme milik filsuf Christian Wolff.

Kant mulai meninggalkan rasionalisme dan beralih kepada empirisme setelah membaca gagasan-gagasan milik filsuf David Hume. Kant menyatakan bahwa gagasan-gagasan David Hume inilah yang mulai membuatnya mempertanyakan landasan dasar dari filsafat rasionalisme dan empirisme.

4. Kant beralih sebagai sosok yang mengkritisi paham rasionalisme dan empirisme, sekaligus mendamaikan keduanya

Immanuel Kant: Filsuf yang Mempertanyakan Batas Kemampuan Akalposterlounge.co.uk

Immanuel Kant menganggap bahwa kesalahan terbesar dari filsafat empirisme dan rasionalisme adalah tidak menyelidiki terlebih dahulu sejauh mana kekuatan sekaligus batasan kemampuan akal manusia dalam memperoleh pengetahuan, yang selanjutnya begitu saja dijadikan sebagai konsep ilmu yang diyakini kebenarannya.

Kant mengajukan pertanyaan filosofis yang membuatnya menciptakan filsafat fenomenalisme, dan menjadikannya sebagai seorang filsuf yang berpengaruh. Pertanyaan Kant tersebut berbunyi, “Apakah yang dapat kita ketahui? Apakah batas-batas pengetahuan manusia?”

Kant mendamaikan paham rasionalisme yang mengutamakan akal, dan paham empirisme yang mengutamakan panca indra (pengalaman). Bagi Kant, antara akal dan panca indra memiliki peran setara dan justru berkolaborasi ketika mengonstruksi sebuah ilmu pengetahuan.

5. Mengenal paham fenomenalisme milik Immanuel Kant

Immanuel Kant: Filsuf yang Mempertanyakan Batas Kemampuan Akaltheguardian.com

Sebelum lebih dikenal dengan sebutan paham fenomenalisme, pada awalnya Kant menjuluki paham filsafat yang dianutnya dengan nama filsafat kritisisme. Filsafat kritisisme milik Kant mengawali perjalanannya dalam mencari kebenaran dengan terlebih dahulu menyelidiki batas-batas akal manusia.

Paham fenomenalisme berpandangan bahwa manusia hanya mengetahui segala suatu berdasarkan yang tampak (fenomena). Apa yang seseorang ketahui tergantung kepada─atau ‘dibatasi’ oleh ‘kegiatan kesadaran’ yang dipengaruhi realitas lahiriah dari suatu objek, pengamatan, pengalaman, keadaan mental, dan pencerapan seseorang.

Pengetahuan merupakan kesan yang diberikan oleh segala sesuatu kepada kita, yang merupakan realitas subjektif. Sedangkan realitas objektif, yakni hakikat asli dari segala sesuatu itu sendiri tidak dapat diketahui.

Buku Filsafat Modern Barat karya Dr. Zaprulkhan, S.Sos.I., M.S.I memberikan analogi yang bagus untuk paham filsafat milik Kant. Dikatakan bahwa pengetahuan yang dimaksudkan oleh Kant bisa dianalogikan seperti saat kita menggunakan kaca mata berwarna untuk melihat dunia.

Walhasil, jika kita melihat kucing hitam ketika menggunakan kaca mata berwarna kuning, maka si kucing hitam pun akan tampak sebagai kucing berwarna kuning.

Itu tadi sekilas tentang profil dan buah pikir dari filsuf Immanuel Kant. Bagaimana pendapatmu? Apakah kamu menjadi tertarik dengan gagasan yang dikemukakan oleh Immanuel Kant? Silakan jawab di kolom komentar, ya!

Baca Juga: Bertrand Russel: Filsuf yang Ahli Segala Bidang Ilmu Pengetahuan

Shinta Dwi Adinda Photo Verified Writer Shinta Dwi Adinda

🖤

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya