Imlek atau perayaan tahun baru warga Tionghoa telah menjadi salah satu identitas keberagaman di Indonesia. Sejak tahun 2003, hari raya ini juga telah menjadi hari libur nasional. Namun, perayaan ini bukan hanya dirayakan oleh warga Tionghoa, tapi juga berbagai lapisan masyarakat Indonesia.
Bagaimana tidak, berbagai atraksi akan meramaikan berbagai lokasi di Indonesia. Nah, sebelum kita memasuki kemeriahan Imlek, yuk ketahui lebih jauh 12 fakta ini!
Merah diartikan sebagai kemeriahan dan kesenangan. Jadi, warga Tionghoa yang merayakan Imlek menunjukkan bahwa perayaan harus meriah dan penuh kesenangan.
Memang hal ini berdasarkan legenda awal perayaan Imlek. Namun masih banyak yang percaya bahwa dengan menggunakan kembang api, bukan hanya memeriahkan suasana, tapi juga menunjukkan keberanian untuk mengusir roh-roh jahat selama masa perayaan.
Kedua hal ini dilarang karena dianggap akan menghilangkan rezeki dan keberuntungan yang 'nempel' di rumah dan diri kita sendiri selama Imlek. Biasanya pantangan ini dilakukan pada hari pertama dan kedua saja.
Sama halnya dengan tidak boleh mencuci dan menyapu, karena bila kamu keramas maka keberuntungan yang ada di rambutmu akan hilang.
Hal ini menandakan kemakmuran yang telah kita raih. Segala berkah dari Tuhan disyukuri dan dirayakan bersama keluarga besar. Makanan yang banyak seperti buah, kue keranjang, serta berbagai kudapan pun menandakan rezeki berlebih yang akan terus berdatangan di tahun baru.
Nah, siapa sih yang mau bersedih. Maka tak heran bahwa warga TiongHoa percaya kalau selama merayakan Imlek, kesedihan harus dibuang jauh-jauh. Menangis dianggap bisa membawa kesialan selama tahun baru. Makanya ceria ya!
Nah, beberapa orang yang sudah menikah diwajibkan untuk angpao pada saudara-saudaranya yang masih muda dan belum menikah. Hal ini menandakan bahwa seseorang telah memiliki kemapanan dan tak sungkan untuk berbagi.
Karakter dalam bahasa Mandarin ini juga memiliki makna kebahagiaan dan kekayaan. Biasanya sejak awal Imlek lambang ini telah dipasang di pintu atau dalam ruang tamu rumah. Kata ini digantung terbalik untuk melambangkan kedatangan berkat.
Nah, kertas tersebut awalnya, dipercaya sebagai lambang keberutungan yang dihadiahkan masyarakat yang kurang mampu. Maka, ketika kita menerima kertas ini, kita wajib memberi sedekah pada mereka. Hal tersebut menunjukkan derma dan berbagi kasih pada sesama.
Seperti dilansir cnnindonesia.com, masyarakat di Tiongkok yang masih percaya akan budaya tradisional yakin kalau kicauan burung ada pertanda baik. Bilah burung berkicau dengan ceria saat Imlek, maka hidup kita di tahun yang baru akan dipenuhi kebahagian dan keberuntungan.
Dikutip dari web.budaya-tionghoa.net, jeruk menjadi buah utama dalam perayaan karena dianggap sebagai emas. Kok emas? Dalam dialek Kanton, jeruk terdengar serupa dengan sebutan emas. Maka, dengan menyajikan dan makan jeruk merupakan pertanda kemakmuran dan rezeki.
Nian sendiri merupakan binatang liar yang berbentuk seperti singa dan berukuran besar. Dalam web.budaya-tionghoa.net, zaman dahulu di Tiongkok masyarakat ketakutan pada Nian, karena juga memakan manusia. Namun, suatu hari, seorang kakek berhasil lolos dari lahapan Nian karena rumahnya serba merah, terang, dan suara percikan api terdengar. Sejak dari itulah, manusia paham bahwa binatang itu takut pada warna merah serta benda-benda terang dan berisik.
Nah, bagaimana? Sudah tahu pantangan dan sedikit alasan kenapa kamu harus percaya pada kepercayaan orang tua atau kakek-nenekmu bukan? Imlek tahun 2016 bertepatan pada tanggal 8 Februari, jadi selama merayakan Tahun Baru Imlek!