Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Membandingkan Lebaran Zaman Dulu dengan Sekarang

Ilustrasi buka bersama sekeluarga (unsplash.com/Drazen Zigic)
Ilustrasi buka bersama sekeluarga (unsplash.com/Drazen Zigic)

Momen penting setelah melaksanakan puasa Ramadhan sebulan penuh ini selalu ditunggu-tunggu oleh seluruh umat Islam di Indonesia. Di sini, kita bisa melihat berbagai macam tradisi berbau Islam, seperti takbiran, mudik, sungkeman, silaturahmi dengan saudara, memberikan THR (Tunjangan Hari Raya), dan ziarah kubur.

Tradisi-tradisi ini sudah dilakukan turun-temurun dan tidak pernah berhenti sampai sekarang. Artinya, tradisi lebaran sudah dilakukan sejak dahulu kala. Apa saja yang membedakan lebaran zaman dulu yang teknologinya tidak secanggih zaman sekarang? Berikut ini perbandingan lebaran zaman old dengan zaman now.

1. Sekarang, makna lebaran bukan lagi soal agama

Ilustrasi THR (unsplash.com/Fendi Riandika)
Ilustrasi THR (unsplash.com/Fendi Riandika)

Tradisi artinya gambaran tindakan masyarakat dalam kurun waktu sangat lama dan sudah dilakukan dari zaman nenek moyang. Salah satu contohnya adalah tradisi lebaran ini. Zaman dahulu, makna tradisi lebaran hanya terfokus pada agama semata. Buktinya ada pada tradisi sungkeman yang wajib masyarakat lakukan selama lebaran.

Waktu berlalu, zaman sudah berubah. Makna tradisi lebaran semakin luas maknanya. Sudah bukan lagi makna agama semata, tapi ada makna sosialnya juga. Ada kegiatan belanja pakaian baru buat lebaran, memberikan THR kepada saudara, mudik, dan masih banyak lagi. Intinya, lebaran menjadi hari besar yang ditunggu oleh seluruh umat Islam di Indonesia karena tradisi-tradisinya yang mengajarkan kita untuk saling menolong satu sama lain.

2. Komunikasi berkembang menjadi lebih gampang dan murah

Teknologi yang canggih mampu mempermudah segala proses komunikasi. (unsplash.com/Krishna Tedjo
Teknologi yang canggih mampu mempermudah segala proses komunikasi. (unsplash.com/Krishna Tedjo

Para generasi Baby Boomers sampai Gen Y pasti bisa merasakan bedanya teknologi komunikasi zaman dulu dengan zaman sekarang. Dulu, kita hanya bisa berkomunikasi dengan saudara yang jaraknya sangat jauh dan sulit dijangkau dengan menggunakan telepon rumah dan surat. Namun sayang, pengeluaran semakin bertambah ketika kita harus membeli pulsa, prangko, dan berbagai macam pelengkap-pelengkapnya.

Sekarang, kita bisa saling berkomunikasi dengan saudara melalui chat, voice note, atau video call. Dengan begitu, kita bisa menghemat dan meminimalkan pengeluaran yang tidak perlu. 

3. Sama halnya dengan komunikasi, transportasi juga mengalami kemajuan yang pesat

Ilustrasi berkendara bersama keluarga (unsplash.com/PeopleImages)
Ilustrasi berkendara bersama keluarga (unsplash.com/PeopleImages)

Dahulu, transportasi masih sangat terbatas. Akibatnya, kalau menjelang lebaran, seluruh jalan tol macet parah. Itu selalu terjadi tiap tahun, disebabkan masyarakat banyak yang menggunakan kendaraan pribadi atau bus.

Meski sekarang orang yang menggunakan kendaraan pribadi atau bus masih ada, tapi infrastruktur negeri ini perlahan-lahan mulai membaik. Sarana dan prasarana transportasi mulai bertambah banyak dan semakin modern. Teknologi semakin canggih lagi dengan kehadiran aplikasi yang berguna untuk memesan tiket pesawat, kereta api,  atau transportasi umum lainnya, seperti Traveloka, KAI Access, Tiket Murah, Pegipegi.com, dan lain sebagainya. 

4. Kita bebas memilih pakaian yang kita mau

Ilustrasi baju muslim (unsplash.com/Krishna Tedjo)
Ilustrasi baju muslim (unsplash.com/Krishna Tedjo)

Sadar tidak sadar, pakaian juga termasuk aspek yang jadi korban perubahan lebaran dari zaman dulu sampai sekarang. Dulu, kita merayakannya dengan memakai pakaian-pakaian muslim, seperti gamis, baju koko, dan lain-lain.

Sekarang, saat kita sudah kenal dengan dunia luar, kita sudah dibebaskan dan diperbolehkan memilih pakaian untuk perayaan lebaran nanti. Sudah tidak diwajibkan memakai pakaian muslim, tapi sudah diperbolehkan memakai pakaian kasual. Biasanya, pakaian yang dikenakan sedang trending saat itu

5. Di balik kemajuan teknologi, ada dampak negatifnya, lho!

Ilustrasi kesenjangan sosial (unsplash.com/alexsl)
Ilustrasi kesenjangan sosial (unsplash.com/alexsl)

“Teknologi bagaikan pisau bermata dua.” Pepatah ini sudah pasti familier di kedua kuping kita. Pepatah ini memberi tahu kalau teknologi bisa membawa dampak positif dan negatif buat kita. Dampak positifnya, seperti adanya tradisi THR, komunikasi yang mudah dan murah, transportasi yang mudah diakses, dan pakaian yang serba bebas. Sisi lain, ada pula dampak negatifnya. Salah satunya adalah memperparah kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial artinya tidak seimbang. Maksudnya, ada suatu kondisi di masyarakat Indonesia yang membuat kondisi masyarakat kita tidak seimbang. 

Zaman sudah berubah. Sekarang, masyarakat harus melakukan pengeluaran lebih, seperti menyediakan THR untuk saudara, membeli pakaian baru, dan keperluan lainnya. Sekarang coba pikirkan. Bagaimana kondisinya dengan masyarakat kelas menengah ke bawah? Apakah mereka mampu memenuhi kebutuhan sebanyak itu, padahal pendapatan mereka hanya bisa memenuhi kebutuhan pokok, bahkan ada yang hanya bisa membeli nasi dan lauk-pauk yang sederhana? Diperparah dengan banyak orang yang terkena PHK yang mengakibatkan pengangguran dan masyarakat berkehidupan sulit semakin bertambah banyak. Akibatnya, mereka tidak bisa merasakan momen lebaran yang meriah dan menggembirakan layaknya orang kelas menengah ke atas.

Segala sesuatu pasti ada baik dan buruknya. Tinggal bagaimana caranya kita bisa mem-filter sesuatu itu biar bisa lebih banyak mendatangkan kebaikan daripada keburukan. Kalian lebih suka lebaran zaman dulu atau zaman sekarang?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Stella Azasya
Merry Wulan
Stella Azasya
EditorStella Azasya
Follow Us