Budaya Patriarki Kental, Banyak Perempuan Korsel Memilih Tak Menikah

Mereka gencar mengkampanyekan gerakan 4B, apakah itu?

Di beberapa negara, terjadi penurunan angka pernikahan dan kelahiran anak. Salah satunya terjadi di Korea Selatan. Di Negeri Ginseng ini, banyak perempuan secara sadar memutuskan untuk tidak menikah karena mereka menganggap institusi pernikahan menindas hak mereka sebagai perempuan.

Dibandingkan dengan tahun 1996, angka pernikahan menurun drastis, dari 434.900 per tahun, menjadi 257.600 pernikahan di tahun 2018. Sebenarnya, apa penyebab perempuan di Korea Selatan tidak lagi mempercayai pernikahan? 

1. Menurut mereka, lebih banyak kerugian dalam pernikahan dibanding keuntungannya

Budaya Patriarki Kental, Banyak Perempuan Korsel Memilih Tak Menikahstraitstimes.com

Ini adalah Bonnie Lee, perempuan asal Korea Selatan yang tegas beranggapan bahwa lebih banyak kerugian dalam pernikahan dibanding keuntungannya. Secara blak-blakan, ia mengakui bahwa dirinya adalah perempuan heteroseksual yang tidak lagi tertarik menjalin hubungan dengan laki-laki, tuturnya di laman The Straits Times.

Ia kini tidak lagi peduli tentang mencari pacar atau memiliki sebuah pernikahan bak negeri dongeng. Bonnie Lee memutuskan bahwa ia akan mencari kebahagiaannya sendiri, yang tidak ditentukan oleh pernikahan. Menariknya lagi, prinsip yang dipegang oleh Bonnie Lee diaminkan oleh banyak perempuan Korea Selatan lainnya.

2. Sebagai bentuk penolakan terhadap sistem patriarki

Budaya Patriarki Kental, Banyak Perempuan Korsel Memilih Tak Menikahthefreeonline.wordpress.com

Bonnie Lee tidak sendirian. Semakin banyak perempuan Korea Selatan yang bersatu untuk menolak pernikahan. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menolak sistem patriarki. Menurutnya, di Korea Selatan yang paling penting adalah kemampuan perempuan untuk memperhatikan suami dan sanak saudara suami.

Yang cukup menyedihkan, tingkat pendidikan yang tinggi justru dianggap menghambat perempuan untuk menikah. Bonnie Lee bercerita bahwa ia memiliki teman perempuan yang berpendidikan tinggi, namun kini kesulitan mengatur peran saat bekerja, terlebih setelah kehadiran anak di pernikahannya.

Baca Juga: Polusi Makin Parah! 5 Fakta Menarik tentang Oxygen Bar di Delhi, India

3. Ia pun membuat gerakan feminisme bernama 4B di Korea Selatan

Budaya Patriarki Kental, Banyak Perempuan Korsel Memilih Tak Menikahscmp.com

Tak cukup sampai di situ, Bonnie Lee pun menginisiasi gerakan bernama 4B atau sering disebut The Four Nos. Di dalam gerakan ini, tidak ada kencan, tidak ada hubungan seks, tidak ada pernikahan dan tidak ada pengasuhan anak. Alasannya adalah hal-hal tersebut bisa merampas dan membatasi hak mereka sebagai perempuan.

Selain itu, ia berdalih bahwa kencan, seks, pernikahan dan menjadi ibu akan menempatkan posisi mereka menjadi subordinat pada laki-laki. Masyarakat Korea Selatan yang patriarkis dan didominasi oleh laki-laki membuat laki-laki enggan terlibat pada pekerjaan domestik dan membebankan semuanya pada perempuan.

4. Angka pernikahan pun menurun drastis dibanding dua dekade lalu

Budaya Patriarki Kental, Banyak Perempuan Korsel Memilih Tak Menikahupi.com

Akibat ketidakseimbangan posisi antara laki-laki dan perempuan di pernikahan, semakin banyak perempuan di Korea Selatan yang menolak untuk menikah. Di tahun 1996, terdapat 434.900 pernikahan yang terjadi. Sementara, di tahun 2018, angkanya menurun drastis menjadi 257.600 pernikahan, ungkap laman The Straits Times.

Dampaknya, tingkat kesuburan di Korea Selatan pun menurun. Untuk menjaga agar populasi tetap stabil, tingkat kesuburan harus berada di angka 2,1. Sementara, di Korea Selatan pada tahun 2018, tingkat kesuburan menurun jadi 0,98. Artinya, semakin sedikit perempuan yang ingin mempunyai anak.

5. Selain itu, mereka juga melawan standar kecantikan Korea Selatan

Budaya Patriarki Kental, Banyak Perempuan Korsel Memilih Tak Menikahstraitstimes.com

Dalam standar masyarakat Korea Selatan, perempuan diekspektasikan tampil pasif, kekanak-kanakan dan ceria, ujar Yoon Ji-hye, YouTuber berusia 24 tahun di laman The Straits Times. Selain itu, tampilan atraktif juga menjadi nilai plus, seperti memiliki kulit putih mulus, rambut panjang, memakai makeup dan pakaian yang feminin.

Ia dan rekan perempuan lainnya yang bergabung dalam gerakan Escape the Corset pun memutuskan untuk memotong rambutnya menjadi pendek dan percaya diri pergi ke luar tanpa makeup sama sekali. Mereka melakukan ini karena tidak ingin tunduk pada standar kecantikan yang ada di Korea Selatan. Di masa mendatang, Bonnie Lee bermimpi untuk membuat tempat tinggal khusus untuk perempuan yang memutuskan untuk tidak menikah.

Baca Juga: Depresi hingga Kecelakaan, 7 Artis Korea Ini Meninggal Dunia di 2019

Nena Zakiah Photo Verified Writer Nena Zakiah

Online media writer (main job) Photographer & culinary content creator (side job) IG: @nenazakiah @foodgraphy_indonesia

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya