Ngerinya 7 Pembunuhan Ini Membuatmu Tak Percaya Siapa yang Melakukannya

Seorang siswa kelas satu SD di Sekolah Winterberry Charter membuat rencana yang tidak diduga orang-orang kalau akan dilakukan anak kecil. Dia berencana meracuni teman sekelasnya sendiri. Caranya? Anak kecil itu meletakkan satu bungkus silica gel (barang yang biasa diletakkan dalam makanan untuk membuatnya tetap segar) dalam kotak makan teman sekelasnya. Sebelumnya, dirinya mengira kalau silica itu adalah bahan berbahaya karena bertuliskan “tidak boleh dimakan”.

Rencananya tersebut ketahuan saat siswa lainnya melihat silica yang ditaruh di sela-sela makan siang. Kemudian, siswa itu melaporkan tindakan ke gurunya. Guru yang dilaporkan pun mengonfirmasi dan menemukan barang bukti. Ketika ditanya kenapa dia melakukannya, siswa itu hanya berkata kalau dirinya tidak suka dengan cara ‘calon korban’-nya memperlakukannya.

Seorang ibu rumah tangga bernama Jaine Ferreira ingin memeriksa putranya yang baru berusia 17 bulan, Lorenzo di taman belakang. Namun, apa yang Jaine lihat membuatnya panik. Bibir putranya telah tertutup darah dan ada seekor ular berusaha keluar dari mulut kecilnya. Jaine langsung membawa bayinya ke rumah sakit.

Saat diperiksa oleh dokter, sang ibu sudah panik dan mengira sang putra telah dipatuk ular. Namun, dugaan tersebut salah, Lorenzo lah yang mengigit ular tersebut. Diduga Lorenzo menemukan ular tersebut di taman kemudian menangkap dan mengigitnya. Lorenzo berhasil membunuh ular berjenis Jararaca dari Amerika Selatan yang dikenal berbisa.

Seorang lelaki berusia 15 tahun bernama Barry Dale Loukaitis, pada Februari 1996, melakukan tindakan yang di luar dugaan. Karena tidak suka dengan materi yang diajarkan, Aljabar, Barry ke sekolahnya membawa sebuah pistol yang diduga milik ayahnya. Kemudian, saat berada di depan kelas, Barry membuka pintu kelas yang dalam ruangan tersebut ada teman sekelas dan gurunya.

Secara tiba-tiba dirinya menembak dengan liar dan membunuh dua siswa dan gurunya. Barry dengan senyuman berkata “Ini akan menyelesaikan materi Aljabarnya, bukan?” Tembakannya pun menggemparkan satu sekolah. Guru-guru pun berdatangan dan salah satunya menawarkan diri sebagai sandera agar Barry bisa kabur keluar sekolah tanpa dikejar. Namun, guru tersebut justru berhasil melumpuhkan Barry karena badannya lebih besar. Akhirnya Barry dipenjara dengan vonis berlapis dan tambahan penjara 205 tahun.

Seorang remaja bernama Jesse Pomeroy pada 1871 menyiksa dan membunuh seorang anak laki-laki berusia empat tahun. Pada tahun yang sama, dirinya ditangkap dan saat itu masih berusia 11 tahun. Hukuman yang diberikan adalah sekolah militer yang mewajibkannya di sana selama 10 tahun. Namun, baru tiga tahun, Jesse dibebaskan karena berkelakuan baik.

Keputusan tersebut ternyata salah ketika Jesse kembali menculik dan membunuh anak-anak. Awalnya Jesse menculik dan membunuh seorang gadis kecil, lalu menyiksa seorang anak lelaki berusia empat tahun sampai kondisinya mengenaskan. Saat polisi mulai menginvestigasi kasus tersebut, mereka pun langsung menyangkutkan pembunuhan dengan Jesse. Saat ditemui, Jesse malah mengakui hal tersebut. Akhirnya dirinya dijatuhi hukuman seumur hidup dan rehabilitas jiwa.

Pada 1993, tanpa alasan yang jelas, dua anak lelaki menculik seorang bayi tiga tahun saat berada di mal. Anak bayi tersebut pun disiksa di bagian belakang gedung mal dan tidak ada satupun yang melihatnya. Mereka menyiksa dengan memukul, melempar kayu serta batu ke kepala bayi tersebut dan bahkan melakukan kekerasan seksual dengan baterai.

Tanpa dipercaya, bayi itu disiksa sampai meninggal. Kemudian, jasad bayi itu ditinggalkan di rel kereta dekat mal. Orangtua yang melaporkan kasus kehilangan pun dibantu polisi untuk mencari. Setelah kepolisian temukan jasad bayi dan dikonfirmasi ke orangtua, awalnya diduga bayi itu dibunuh oleh orang dewasa. Namun, setelah diinvestigasi lebih jauh, pelaku asli pun ditangkap. Keduanya dijadikan tahanan rumah selama delapan tahun sampai cukup umur untuk disidang. Namun akhirnya anak-anak itu hanya dikurung beberapa bulan dan diberikan identitas baru agar orang-orang yang dendam tidak melakukan hal yang tidak diinginkan.

Sekilas, Eric Smith memiliki tampang yang baik-baik. Menurut keluarga, dirinya pun adalah remaja yang baik hati. Namun, pada 1993, saat berusia 13 tahun, secara brutal Eric menyiksa dan membunuh seorang balita yang tinggal tak jauh dari rumahnya. Balita itu dibawa ke hutan dekat wilayah rumah kemudian disiksa dengan batu, ranting kayu, bahkan melakukan mutilasi. Badannya pun ditinggalkan begitu saja di hutan.

Beberapa minggu kemudian, kepolisian berhasil menangkap Eric yang kembali menjalani kesehariannya. Dirinya menerima hukuman tahanan rumah selama lima tahun. Pada 1998, Eric pun dipenjara sembilan tahun. Pada 2014, kasusnya sempat tenar setelah seorang wartawan berhasil mendapat akses untuk wawancara eksklusif dengannya. Satu hal yang membuat wartawan itu heran, Eric terlihat seperti orang yang ramah dan memiliki tampang tak bersalah.

Pada 2006, seorang remaja 12 tahun Jasmine Richardson bertemu dengan seorang pria 23 tahun yang mengaku sebagai manusia serigala, Jeremy Steinke. Jeremy adalah seorang remaja pengangguran yang membuat hati dan logika Jasmine tercemar. Orangtua yang mengetahui latar belakang Jeremy pun melarang Jasmine bertemunya.

Namun, kekesalan semakin memuncak ketika orangtua Jasmine mengurungnya di rumah agar tidak bertemu Jeremy. Pada malam itu juga Jeremy mengirim pesan kepada Jasmine dan memerintahkan untuk membunuh orangtuanya. Jasmine diam-diam membawa pacarnya masuk lewat pintu belakang, aksi keduanya dimulai dengan orangtuanya yang sedang menonton televisi. Setelah orangtua, Jasmine pun membunuh adiknya yang sedang tertidur.

Akhirnya kedua pasangan tersebut kabur, tapi hanya beberapa hari sampai kepolisian menangkap mereka. Jasmine dihukum penjara seumur hidup dan dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Kemudian, sang kekasih yang mengaku ‘manusia’ serigala berada di penjara terpisah dan diberi hukuman seumur hidup.

Kisah-kisah ini memang percaya atau tidak percaya terjadi.