Kamu Nggak Perlu Menghindar, Kami Bukan Virus Tapi Manusia yang Juga Punya Hati

Karena kami dan kamu, sama di hadapan Sang Esa.

Karena kami dan kamu, sama di hadapan Sang Esa.”

 

Masih lekat di ingatan kami cara orang memandang kami, bahkan tanpa mengenal siapa kami sebenarnya. Tatapan menghina dan meremehkan sudah jadi makanan kami sehari-hari, berkenalan dengan orang lain seringkali berarti hal-hal ini: interaksi yang cepat berakhir, prasangka buruk dan penuh cercaan belaka. Kami mulai putus asa.

Kamu Nggak Perlu Menghindar, Kami Bukan Virus Tapi Manusia yang Juga Punya Hati

Kami sadar betul akan pilihan-pilihan yang kami buat, bagaimana kodrat kami tentang, dan kami mengerti betapa sulitnya untuk memahami. Namun pinta kami sebetulnya sederhana saja: ingatlah bahwa meskipun kami berbeda, kami pun manusia biasa. Sama seperti kamu, kami manusia yang dapat merasakan luka, merasakan tatapan sinis, merasakan rasa penasaran orang lain yang hanya ingin membicarakan kami di belakang, merasakan sengat ejekan, merasakan perlakuan semena-mena dan merasakan beratnya bangun di pagi hari, mengetahui bahwa itu yang akan kami alami sepanjang hari.

Kamu Nggak Perlu Menghindar, Kami Bukan Virus Tapi Manusia yang Juga Punya Hati

Banyak dari kami begitu takutnya, kami bersembunyi. Kami tidak takut akan identitas kami dan nilai-nilai masyarakat, kamulah yang kami takutkan. Kami takut melihat cara kamu menilai kami dari cara kamu berbicara pada kami, kami takut mendengar opini kamu tentang sosok kami, bagaimana kami adalah sampah masyarakat dan calong penghuni neraka. Kami takut penolakan.

Kamu Nggak Perlu Menghindar, Kami Bukan Virus Tapi Manusia yang Juga Punya Hati

Lupakah kamu, kami pun tahu pilihan kami salah adanya di mata semesta. Seandainya kami bisa membuat pilihan berbeda semudah kamu menghakimi kami, kami akan membuat pilihan yang berbeda itu. Jangan katakan ini penyakit, jangan janjikan kamu bisa menyembuhkan kami, karena sesungguhnya, tidak kamu ketahui peperangan batin apa yang harus kami hadapi setiap hari.

Kamu Nggak Perlu Menghindar, Kami Bukan Virus Tapi Manusia yang Juga Punya Hati

Kami pun berdoa, sama seperti kamu dan lonceng gerejamu atau kumandang shalawatmu. Kami berdoa dalam kesendirian kami, karena meski tak kami dapatkan tempat di antara kamu dan keraguanmu, kami tahu di mata Tuhan yang kamu sembah, kami masih berharga, kami masih ciptaan-Nya. Apalah artinya kalau kamu bisa mengkhotbahkan nilai-nilai cinta kasih dan perbuatan baik jika memandang kami saja kamu jijik? Apa artinya jika kamu memegang teguh ajaran adat dan murninya kodrat, tapi dalam hatimu penuh sumpah serapah bagi kaum kami?

Kamu Nggak Perlu Menghindar, Kami Bukan Virus Tapi Manusia yang Juga Punya Hati

Kami tidak meminta pembenaran, kami sadar masih harus bermimpi tentang keadilan. Kami tidak menuntut negeri di mana kami ada besar-besaran merayakan hidup kami dan siapa pasangan kami seperti negara adidaya itu. Kami tahu, kamu tidak akan langsung berubah pandangan terhadap kami setelah surat ini dituliskan. Tapi jika masih layak kami bersuara, harap kami janganlah tambahkan luka hati kami dan tidak usahlah berusaha meluruskan kami. Itu bukan tugas kamu.

Kamu Nggak Perlu Menghindar, Kami Bukan Virus Tapi Manusia yang Juga Punya Hati

Jika kamu bertanya bagaimana bisa kami diterima jika kami melawan arus seksualitas, hal yang paling mendasar dari makhluk ciptaan Tuhan, kami akan menjawab kamu dengan empati. Empati berarti memilih untuk tidak mengeluarkan perkataan yang menyakitkan daripada berkoar mengenai kebenaran. Empati berarti memperlakukan orang lain sebagaimana kamu mau diperlakukan tanpa peduli latar belakang, apalagi orientasi seksual. Empati berarti menerima keberadaan kami dengan tangan terbuka tanpa cela dan syarat, meski tidak menyetujui pilihan-pilihan kami. Itu saja.

Dari kami,

Sesamamu.

Topik:

Berita Terkini Lainnya