Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mari Bernostalgia: Tentang Kamu yang Tak Lagi Menjadi Milikku

flickr.com

Artikel ini merupakan karya peserta kompetisi menulis #CintaDalamKata yang diadakan oleh IDNtimes.com. Kalau kamu ingin artikelmu eksis seperti ini, yuk ikutan kompetisi menulis #CintaDalamKata! Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.


 

Gemerlap lampu-lampu kota, riuhnya suara kendaraan, secangkir kopi, bahkan lagu-lagu yang diputar di radio saat aku memulai hari dengan mengendarai mobil menyusuri kota membuatku selalu mengingatmu. Seakan tak bisa dibuat lupa, sebentuk awan menyerupai senyummu, gemuruh angin menyerupai tawamu.

Aku dibuat gila oleh semesta yang tak henti-hentinya mengingatkan aku tentang dirimu.

Semua ini mulai membuatku gila, begitu mudahnya semesta mengingatkan aku tentang kamu, tentang kita. Seolah menolak lupa, isi kepalaku mulai sesak dengan ribuan memori tentang kisah cinta kita. Sesekali ingatanku mengajakku ke hari dimana pertama kali kita bertemu, kau menjabat tanganku lalu memperkenalkan diri siapa namamu. Dengan memesan kopi hangat kesukaanmu, kita berdua larut dalam perbincangan di sebuah kedai kopi pada suatu sore menuju senja.

Secara acak ingatanku kembali memikirkan hari-hari yang berlalu saat masih bersamamu, tentang puluhan cangkir kopi yang kita bagi berdua, tentang gelak tawa saat saling bercanda, dan tentang ratusan perjalanan untuk meniadakan jarak, hingga yang paling menyebalkan saat kita harus berdebat dan meributkan tentang rindu-rindu yang terpaksa dipendam karna tak pernah bertemu.

Iya, semua ini memang tentangmu. Tentang kamu yang tak lagi menjadi milikku, tentang kamu yang memilih berlalu meninggalkanku. Tentang kita yang dipisahkan jarak, bukan karena tak setia atau karena orang ketiga, tapi karena kita yang tak lagi punya perpanjangan waktu, karena kita yang tak lagi bertahan dan memilih untuk saling merelakan. Ini semua memang tentang aku dan kamu yang tak lagi menjadi kita.

Dan tentang cerita kemarin, biarlah sudah. Suatu hari nanti, kita akan bernostalgia karena kita pernah bersama.

Dan biarlah kini aku mengingatmu, bukan karena masih ingin bersamamu. Tapi cukuplah jadi bagian dari ingatanku, jadi teman atau mantan. Kamu tetap punya bagian di hatiku. Takkan kulupa, karena bersamamu aku pernah bahagia walaupun akhirnya menderita karena putus cinta.

Berbahagialah kamu, dengan siapapun dia yang kini menjadi kekasihmu. Doakan aku karena akupun ingin lebih baik tanpa kamu, karena aku dan kamu berhak untuk mendapatkan hidup yang lebih baik.

Biarlah kemarin menjadi kisah kita berdua, biarlah kemarin menjadi hari-hari yang tak mungkin kita lalui lagi, biarlah menjadi pelajaran berharga untuk membuat kita menjadi lebih dewasa. Mungkin suatu hari kita bisa bertemu dan berbagi secangkir kopi, sekadar bernostalgia karena kita pernah bersama.

 

#CintaDalamKata

Share
Topics
Editorial Team
Pertiwi Sindra Aditya
EditorPertiwi Sindra Aditya
Follow Us