Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Nostalgia Generasi 90: Manisnya Cinta Putih Abu - abu

majalahouch.com

Artikel ini merupakan hasil karya peserta kompetisi menulis #CintaDalamKata yang diadakan oleh IDNtimes.com. Kalau kamu ingin artikelmu eksis seperti ini, yuk ikutan kompetisi menulis #CintaDalamKata! Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.


 

Love is a variety of different feelings, states, and attitudes that ranges from interpersonal affection ("I love my mother") to pleasure ("I loved that meal"). It can refer to an emotion of a strong attraction and personal attachment. – Wikipedia.

Sepenggal kalimat di atas sudah bisa memberikan gambaran pada kita mengenai apa itu CINTA. Walaupun sebagian orang berkata cinta itu tak bisa dideskripsikan. Tapi dengan definisi di atas, saya mau menegaskan bahwa cinta itu tak sebatas antara perasaan suka antara pria dan wanita, tapi jauh lebih luas. Bisa antara orangtua dan anak, sahabat, dan juga pada binatang ataupun benda mati.

Nah sesuai judulnya, kita akan membahas yang khas anak SMA banget, apalagi jika bukan gebetan, pacar dan sahabat. Selamat bernostalgia untuk para generasi 90an!

1. Dear diary.

Panggilan sayang buat sebuah buku (bisa besar, kecil ataupun besar banget) nan lucu yang isinya pasti tentang isi hati para kaum hawa. Dulu ngetren banget yang namanya diary ada gembok dan kuncinya, biar aman!

Sampai, demi keamanan (tidak bisa dibaca orang tua atau teman), isi tulisannya pun dibikin agar hanya bisa dimengerti oleh diri sendiri, misalnya nulisnya dibalik, “suka sama rangga” ditulis jadi “akus amas aggnar”, nama gebetan diganti dengan nama sebutan lain, sampai ada yang bikin jadi simbol-simbol.

2. Buku curhat.

Salah satu bentuk evolusi dari diary. Pengertiannya sih sama, hanya beda fungsi saja. Kalo buku ini, biasanya digunakan beramai-ramai bersama teman-teman satu geng (tetep khusus kaum hawa).

Dibagi jadwalnya, biasanya seminggu sekali, nulisnya harus rapi, pakai bolpoin warna-warni, dan harus dihias. Isi curhatan yang tiada lain pasti tentang gebetan, ngomongin guru-guru sekolah, ataupun ngomongin temen sekelas yang ngeselin.

3. Mading.

Dari yang bener-bener pribadi, dishare sama temen se-gang, sampai yang rada frontal, MADING alias Majalah Dinding. Ada salah satu rubrik tambahan yang jadi favorit semua murid, entah siswa ataupun siswi, yakni rubrik kirim pesan.

Di rubrik ini pasti ketemu deh tulisan “to S1” (to Someone), nama pengirim yang dirahasiakan, pesan-pesan gombal penuh kode, sampai kalimat-kalimat sindiran pun ada. Tapi jika nulis pesan disini, kalimatnya harus singkat, padat, jelas, tidak bisa panjang-panjang, soalnya space nulisnya terbatas.

4. SMS.

Tak semua orang suka mengumbar cintanya di mading, maka SMS adalah media berkirim pesan yang juga jadi pilihan favorit. Walaupun harus ada biaya yang dikeluarkan, 1 SMS biayanya 350 rupiah. Kebayang kan kalo lagi PDKT, harus sedia uang buat pulsa berapa banyak.

Tapi disini manisnya, kita bisa tahu seberapa besar usaha seseorang untuk bisa terus SMS-an sama kita. Seringkali kejadian, di tengah percakapan, doi hilang rada lama, lalu mungkin sekitar sejam kemudian kita akan terima pesan dari doi , isinya “Sori baru bales, tadi isi pulsa dulu ke depan. Pulsa abis”

Dan tak ada tuh istilah “di read doang!”. Kita tidak tahu apakah pesan kita sudah dibaca atau belum, kita hanya bisa tahu sudah delivered atu belum. Jadi tidak ada yang namanya baper atau galau, karena doi tidak segera membalas pesan kita.

5. Telepon ke telepon rumah.

Di jaman kita sudah ada Handphone kok! Cuma karena biaya pulsa masih mahal, apalagi kalau beda operator, makanya kita kadang masih suka ngobrol lewat telepon rumah (ortu yang bayar sih, rasanya jadi murah).

Kalimat passwordnya adalah “ Selamat pagi/siang/malam, bisa bicara dengan (nama temen kita)?” Kalau nama kita sudah disebut, jangan lupa ya sedia bangku di samping telepon, karena pasti pembicaraanya akan makan waktu panjang, minimal setengah jam lah.

6. Telepon ke handphone.

Nah ini biasa dilakukan kalau sama operatornya. Kadang sampai ganti nomor, biar operatornya bisa sama, beli bareng gebetan dan teman-teman se-gang. Abis itu teleponan deh sampai malam, sampai kuping panas, tangan pegel, dan sampai mata sudah kriyep-kriyep, tapi mulut masih pengen ngomong, hati masih berbunga tak mau selesai. Inget banget drama kalau mau tutup telepon,

“Kamu udah ngantuk ya? Suaranya uda lemes gitu, ya udah matiin aja”

“Emm, sedikit, kamu aja yang matiin, kan kamu yang telepon aku.”

“Kamu aja, gpp”

“Kamu aja, aku ga enak kalo harus aku yang tutup teleponnya”

Dst.. pokoknya panjang!

Dan mungkin ada yang inget juga, jaman hitz bisa telepon conference. Setiap nomor telepon hanya bisa menghubungi dua nomor telepon saja. Jadi, kalo se-gang ada 5 orang, maka si A akan menghubungi B dan C, B akan menghubungi D, dan C akan menhubungi si E. Dalam kegiatan ini pasti akan selalu ada adegan : satu ngomong, ngomong semua, mendadak sepi dan akhirnya halo-haloan.

7. Kartu dan coklat valentine.

Hari paling ribet sedunia deh! Banyak persiapannya, coklat buat tukeran, kartu dan coklat spesial buat si doi, atau daftar untuk minta bantuan “kurir cinta” dari OSIS sekolah. Dan biasanya banyak juga acara tembak-menembak di hari ini.

Nilaimu di hari valentine ditentukan dari seberapa banyak kamu terima coklat, bunga, ataupun kartu. Dan tips biar dapet coklat banyak adalah siapin coklat tukeran sebanyak-banyaknya. Seberapa banyak coklat yang kamu bagi, biasanya sebanyak itu pula coklat yang akan kamu terima.

8. Media pemantauan alias sosmed, seperti Friendster!

Jaman kita dulu, masih sedikit media sosial yang bisa dipakai untuk kepoin gebetan, sahabat, atau saingan kita. Salah satunya yang biasa kita pakai adalah Friendster, media sosial ini biasa kita pakai untuk lihat data pribadinya, karena banyak banget yang pajang datanya di wall mereka. Selain tahu datanya, kita juga bisa liat-liat fotonya, yang biasanya cuma sedikit dengan kualitas seadanya.

Jaman itu Facebook belum booming-booming banget, menjelang kelulusanlah Facebook baru ramai digunakan. Usaha untuk bisa buka laman media sosial ini juga tidak gampang, karena internet masih langka, kita harus pergi ke warnet (warung internet), dimana disana akan dikenakan tarif bervariatif, mulai dari 3000 rupiah – 5000 rupiah per jamnya.

Jadi gimana dong supaya tahu lebih banyak tentang si doi? Biasanya selain dari media sosial yang cuma seadanya itu, kita akan sibuk cari info ke orang-orang terdekat, mulai dari teman curhatnya, teman se-gangnya, kalau perlu sampai adik kakaknya dan juga emak bapaknya.

Nah itu dia beberapa hal di atas yang biasanya jadi media berbagi cinta di masa putih abu-abu! Berasa ada manis-manisnya gitu 'kan?

 

#CintaDalamKata

Share
Topics
Editorial Team
Gwendy Giovanni
EditorGwendy Giovanni
Follow Us