cuplikan drama When Life Gives You Tangerines (dok. Netflix/When Life Gives You Tangerines)
When Life Gives You Tangerines ditayangkan secara perdana sebanyak 4 episode. Pada keempat episode awal tersebut, banyak peristiwa yang mencerminkan budaya patriarki. Yap, budaya tersebut masih mengakar, mulai dari saat karakternya masih muda hingga sudah mempunyai keturunan yang berusia dewasa.
Permasalahan-permasalahan yang menonjolkan sikap diskriminatif terhadap perempuan tampak jelas di drama ini. Ketika seorang laki-laki meninggal dan istrinya menjadi janda, maka istrinyalah yang disalahkan karena dianggap membawa nasib buruk. Perempuan yang sedang hamil tua masih dibebani dengan pekerjaan membajak sawah. Tak hanya itu, perempuan yang sudah menikah umumnya harus menyibukkan diri di dapur.
Contoh paling jelas diperlihatkan ketika Oh Ae Sun dan Yang Gwan Sik minggat dari rumah. Oh Ae Sun gak punya tempat yang bisa ia jadikan rumah karena ayah tirinya membawa perempuan baru, sedangkan keluarga ayah kandungnya memintanya untuk bekerja di pabrik dan membantu melunasi utang keluarga. Ia kabur bersama Yang Gwan Sik ke Busan dengan bermodalkan perhiasan yang mereka curi dari keluarga masing-masing.
Setelah berhasil dibawa pulang, Oh Ae Sun dan Yang Gwan Sik mendapat perlakuan yang berbeda dari sekolah. Oh Ae Sun dikeluarkan karena dianggap membawa pengaruh buruk, sedangkan Yang Gwan Sik hanya diskors. Meski mereka melakukan kenakalan bersama, hanya Oh Ae Sun yang mendapat hukuman lebih berat karena ia adalah perempuan. Pun demikian ketika mereka sudah menikah dan punya anak perempuan. Anak mereka dituntut untuk jadi penyelam karena merupakan anak sulung.