5 Bukti Keterpurukan Lee Da Rim Bersaudara di Drakor Iron Family

Iron Family menyuguhkan pesan berharga di balik kemalangan Lee Da Rim (Geum Sae Rok) bersaudara. Apa pun kondisinya, mereka tetap akur dan tidak berkompetisi satu sama lain. Saat masih kecil, mereka tidak sabar cepat-cepat dewasa agar bisa mencari uang.
Bicara tentang kemalangan, Lee Da Rim bersaudara sudah cukup tersiksa sejak kecil. Mereka menempatkan posisi mereka jauh lebih dewasa dibanding anak seusia mereka. Berikut ini kondisi terpuruk yang dialami Lee Da Rim bersaudara dalam drakor Iron Family.
1. Ikut mencari nafkah untuk keluarga sejak kecil

Lee Da Rim bersaudara sudah harus memikirkan banyak hal karena kesulitan finansial. Salah satunya dengan mencari nafkah untuk keluarga, seperti bergantian untuk menyuci dan menyetrika pakaian pelanggan dan mengantarkannya ke rumah-rumah.
Mereka yang masih kecil ikut memikirkan nasib keluarga alih-alih bermain seperti kebanyakan anak seusianya. Walau sudah dewasa dan punya pekerjaan masing-masing, ada kalanya mereka tetap membantu usaha laundry keluarga.
Meski kondisi yang mereka alami ini terbilang miris, mereka tetap bisa bahagia dengan versi mereka sendiri. Mereka juga jarang bertengkar dan sangat akur. Ketika tahu Da Rim nyaris mengalami kebutaan, mereka pun sabar membantu Da Rim menjalani hari-harinya.
2. Tidak merasakan adanya peran ayah

Lee Da Rim bersaudara tidak pernah merasakan adanya peran ayah sekalipun saat dulu ayah mereka masih hidup. Ini karena ayah mereka terlalu sibuk belajar untuk ujian hukum. Setelah sepuluh tahun gagal dalam ujian, ayah mereka mengalami depresi.
Kondisi ini membuat hubungan ayah dan ketiga anaknya ini semakin jauh seiring waktu. Ayah mereka akhirnya meninggal saat mereka masih kanak-kanak. Peran ayah yang sangat dibutuhkan untuk anak seusia mereka pun tanpa sadar telah hilang.
Ayah mereka tidak pernah memberi nafkah, tidak bekerja, dan hanya mengurung diri di kamar untuk merenungi kegagalan. Lee Da Rim, Lee Cha Rim (Yang Hye Ji), dan Lee Mu Rim (Kim Hyun Joon) mengandalkan usaha laundry yang dikelola sang ibu untuk bertahan hidup.
3. Finansial keluarga yang kurang baik

Usaha laundry yang telah berjalan puluhan tahun tidak selalu ramai pelanggan. Awalnya, finansial mereka berjalan aman. Kondisi tersebut perlahan berubah sejak mereka mengandalkan ayah Da Rim untuk jadi jaksa atau hakim, dan nyatanya gagal dalam ujian.
Anggota keluarga bertambah semakin membuat kebutuhan mereka ikut membengkak. Mirisnya, dalam kondisi ini, Mu Rim yang masih duduk di bangku sekolah dasar sudah memikirkan cara untuk menggantikan peran ayahnya untuk mencari nafkah.
Sama seperti Mu Rim, saudaranya yang lain memiliki usia yang dekat. Sehingga dalam posisi tersebut, mereka hanya bisa meratapi nasib malang keluarganya tanpa bisa berbuat banyak. Beruntung hal ini memotivasi mereka untuk belajar lebih giat dan menggapai mimpi saat beranjak dewasa.
4. Kondisi kesehatan Lee Da Rim yang memburuk

Di tengah kondisi keuangan keluarga yang buruk, kesehatan mata Lee Da Rim juga semakin menurun. Saat masih kecil, ia memiliki kelebihan di mana ia punya penglihatan sempurna. Seiring waktu, kondisi mata Da Rim turun hingga menimbulkan potensi kebutaan.
Kemungkinan untuk sembuh memang ada. Namun, Da Rim harus mengeluarkan kocek yang cukup besar, yakni sebesar 800 juta won untuk operasi mata. Kondisi ini sayangnya hanya disimpan sendiri oleh Da Rim. Ibunya bahkan tidak tahu menahu hal tersebut.
Da Rim yang sebelumnya sudah tidak ingin berharap apa-apa, mulai memupuk harap. Dia bahkan berharap bisa mendapatkan uang banyak dari cara instan, yaitu lewat lotre. Sayangnya, berkali-kali beli kupon, Da Rim merasa kecewa karena tidak kunjung menang.
5. Double sandwitch generation

Double sandwitch generation tampaknya kondisi yang cukup untuk menggambarkan Da Rim bersaudara. Selain harus mencari uang untuk orangtua, mereka juga tumbuh dengan menanggung biaya hidup kakek nenek dan sanak keluarga lainnya.
Beruntung saat dewasa, mereka punya pekerjaan tetap. Seperti Mu Rim yang kini menjadi detektif dan Cha Rim yang menjadi graphic designer di sebuah perusahaan ternama. Mereka pun mau bahu membahu mengumpulkan uang untuk kebutuhan keluarga.
Meskipun generasi double sandwitch, Da Rim bersaudara tidak pernah meributkan hal-hal terkait uang. Mereka justru saling bantu jika salah satunya merasa kekurangan. Hal yang cukup membuat keluarga ini tenang dari konflik uang dan masalah serupa lainnya.
Penantian mereka untuk segera dewasa akhirnya terwujud. Mencapai di posisi terendah memberi keluarga ini lebih dari sekadar kekuatan, tapi juga membangkitkan kemarahan positif dalam diri masing-masing. Meski keluarga mereka banyak kurangnya, mereka tetap harmonis dan pantang mengeluh.