5 Cara Licik Myeong Hun Memenangkan Banding di Episode 6 Pro Bono

Episode 6 drama Korea Pro Bono menampilkan salah satu pertarungan hukum paling brutal secara emosional. Bukan karena adu argumen semata, melainkan karena cara hukum digunakan sebagai senjata untuk melukai korban secara sistematis. Di pusat konflik ini berdiri Woo Myeong Hun (Choi Dae Hoon), pengacara licik yang selalu tahu bagaimana memenangkan perkara, apa pun harga kemanusiaan yang harus dibayar.
Dalam kasus Kaya (Jung Hoe Rin), Woo Myeong Hun tidak berfokus membantah dugaan kekerasan secara langsung. Ia memilih jalur yang lebih kejam, menghancurkan kredibilitas korban hingga kesaksiannya tak lagi dipercaya pengadilan. Lima strategi licik berikut menunjukkan bagaimana Woo Myeong Hun mampu membalik keadaan dan memenangkan banding kasus di episode 6 Pro Bono.
1. Menyerang identitas Kaya sebagai imigran yang ‘tidak setara’

Langkah pertama Woo Myeong Hun adalah menyerang status Kaya sebagai imigran. Ia dengan sengaja menempatkan Kaya sebagai pihak luar yang tidak sepenuhnya memahami sistem hukum Korea, sekaligus mudah dicurigai. Status imigran digunakan untuk membangun narasi bahwa Kaya memiliki motif tersembunyi dalam pernikahannya.
Strategi ini sangat efektif karena memanfaatkan bias struktural dalam sistem hukum. Tanpa mengatakan secara eksplisit, Woo Myeong Hun menggiring persepsi bahwa kesaksian Kaya tidak sekuat warga negara Korea, sehingga layak dipertanyakan sejak awal.
2. Mengungkit masa lalu traumatis korban sebagai alat serangan

Alih-alih melindungi korban, Woo Myeong Hun justru membuka kembali masa lalu Kaya yang paling gelap. Ia memunculkan fakta bahwa Kaya pernah diculik, disekap, dilecehkan secara seksual, hingga hamil dan melahirkan di negara asalnya.
Fakta ini tidak digunakan untuk membangun konteks penderitaan, melainkan sebagai senjata untuk menggoyahkan kredibilitasnya. Trauma dijadikan bukti bahwa hidup Kaya “penuh kebohongan”, bukan sebagai alasan untuk melindunginya.
3. Mengorek luka tanpa memedulikan kondisi psikologis korban

Woo Myeong Hun menunjukkan sisi paling dingin dalam persidangan dengan terus menekan Kaya untuk mengulang detail traumatisnya di ruang sidang. Ia tahu bahwa tekanan psikologis dapat membuat kesaksian korban terlihat tidak konsisten dan emosional.
Ketidakpedulian terhadap perasaan Kaya bukan kebetulan, melainkan strategi sadar. Semakin Kaya terlihat rapuh, semakin mudah baginya untuk meyakinkan hakim bahwa kesaksiannya tidak objektif dan sulit dipercaya.
4. Menggunakan preseden hukum yang menyingkirkan nurani

Dalam argumennya, Woo Myeong Hun berkali-kali mengutip preseden hukum yang mengabaikan dimensi kemanusiaan. Ia menekankan bahwa hukum harus berjalan berdasarkan “akal sehat” dan kepastian hukum, bukan empati atau rasa iba.
Pendekatan ini menempatkan penderitaan Kaya sebagai sesuatu yang tidak relevan secara hukum. Selama prosedur administratif terpenuhi, maka keadilan dianggap telah ditegakkan, meski korban harus menanggung luka seumur hidup.
5. Menyerang preseden Kang Da Wit dan menggiring opini hakim

Langkah terakhir yang paling strategis adalah menyerang preseden hukum yang digunakan Kang Da Wit. Woo Myeong Hun menggiring opini bahwa pendekatan Kang Da Wit terlalu emosional dan tidak logis secara hukum.
Dengan cara ini, ia tidak hanya melemahkan argumen tim pro bono, tetapi juga secara simbolis meruntuhkan otoritas moral Kang Da Wit di ruang sidang. Serangan personal ini membuat posisi Kang Da Wit goyah dan memengaruhi arah putusan hakim.
Lima cara licik Woo Myeong Hun memenangkan kasus banding di episode 6 Pro Bono memperlihatkan bagaimana hukum bisa berubah menjadi alat penindasan ketika dilepaskan dari nurani. Kemenangannya bukan hasil kebenaran, melainkan keberhasilan membaca celah sistem dan memanfaatkan kerentanan korban. Melalui karakter Woo Myeong Hun, Pro Bono menyampaikan kritik tajam bahwa keadilan tanpa empati hanya akan melahirkan putusan yang sah secara hukum, tetapi kejam secara kemanusiaan.



















