7 Fakta yang Membuat Do Gi Patah Hati di Episode 10 Taxi Driver 3

Kim Do Gi menyadari bahwa CEO dan seluruh manajemen Yellow Entertainment tidak pernah berniat membuat para trainee benar-benar debut sebagai idola. Semua janji tentang panggung, album, dan masa depan gemilang hanyalah umpan. Fakta ini terasa menyayat karena mimpi para anggota Elements dibangun di atas kebohongan yang disengaja sejak hari pertama mereka direkrut.

Kebenaran yang lebih kejam terungkap saat Kim Do Gi mengetahui bahwa lima anggota Elements sebenarnya hanya akan dijual dan dijadikan wanita penghibur setelah hari pertama debut mereka. Debut bukanlah awal karier, melainkan etalase terakhir sebelum mereka diserahkan kepada “pembeli”. Fakta ini menjadi pukulan keras yang membuat Kim Do Gi sulit menyembunyikan emosinya.

Fakta ini yang semakin menghancurkan hati Kim Do Gi adalah usia para korban. Kelima anggota Elements masih di bawah umur. Mereka seharusnya dilindungi, bukan dieksploitasi. Kim Do Gi memandang fakta ini sebagai kejahatan yang melampaui batas, karena bukan hanya mimpi yang dirampas, tetapi juga masa depan dan masa kanak-kanak mereka.

Kim Do Gi juga menemukan kontrak kerja yang sangat tidak manusiawi. Isi kontrak dipenuhi pasal menipu, jebakan hukum, dan kewajiban sepihak yang sepenuhnya menguntungkan pihak agensi. Para anggota Elements menandatanganinya tanpa pemahaman utuh. Fakta ini memperlihatkan bagaimana hukum kembali dijadikan alat untuk melanggengkan kejahatan.

Penampilan debut Elements ternyata tidak pernah dimaksudkan sebagai awal perjalanan mereka sebagai idola. Itu adalah penampilan pertama sekaligus terakhir mereka. Drama ini menampilkan ironi yang menyakitkan, panggung yang seharusnya menjadi titik awal mimpi justru menjadi penutupnya. Fakta ini membuat Kim Do Gi melihat betapa sistematisnya kejahatan tersebut dirancang.

Lebih kejam lagi, para anggota Elements dijebak seolah-olah mereka telah melakukan kesalahan besar. Rasa bersalah itu sengaja diciptakan agar mereka mau menuruti rencana jahat CEO Yellow Entertainment. Manipulasi psikologis ini menjadi salah satu bentuk kekerasan paling sunyi tetapi paling merusak.

Fakta terakhir menjadi pukulan paling mematikan. Video yang dibuat untuk keperluan debut ternyata digunakan sebagai portofolio bagi pria-pria yang akan membeli mereka. Bagi Kim Do Gi, ini adalah penghinaan terakhir terhadap martabat korban. Mimpi, kerja keras, dan senyum di depan kamera berubah menjadi alat transaksi manusia.

Ketujuh fakta ini menjelaskan mengapa Kim Do Gi begitu patah hati sekaligus marah di episode 10 Taxi Driver 3. Ini bukan sekadar kasus kriminal, melainkan tragedi yang menunjukkan bagaimana mimpi anak-anak bisa diperdagangkan tanpa rasa bersalah. Pada titik inilah, drama ini memperlihatkan bahwa kemarahan Kim Do Gi lahir dari empati yang dalam, bukan sekadar dorongan balas dendam.