Mengulik Budaya Lamaran di The First Night with the Duke, Ini Faktanya

- Drama The First Night with the Duke mengangkat budaya lamaran Joseon yang menarik.
- Pengiriman Sajudanja sebagai tanda lamaran dalam budaya Joseon dijelaskan dengan detail.
- Sajudanja berisi catatan detail astronomi dan dibungkus dengan kain Bojagi, serta pengirimannya dilakukan oleh orang terdekat calon laki-laki.
Drakor The First Night with the Duke berhasil menuai atensi publik. Salah satu alasannya drama ini dibintangi oleh Seohyun SNSD dan Ok Taecyeon 2PM, dua anggota grup KPop populer generasi kedua. Alkisah keduanya menjadi lakon dalam novel daring yang berjuang mewujudkan kisah cinta mereka sendiri, melawan plot pembuat cerita.
Menariknya, drama ini juga diadaptasi dari webtun populer dengan judul yang sama. Akan tetapi, latar belakang drama ini diubah menjadi era Joseon (salah satu era kerajaan di Korea Selatan), yang awalnya dalam webtun ini berlatar kerajaan Eropa.
Nah, dengan perubahan ini, drama KBS2 ini banyak mengangkat budaya tradisional Korea Selatan terutama yang berlatar Joseon. Salah satunya budaya lamaran Joseon yang mungkin kamu pun gak menyadarinya. Budaya ini ternyata punya istilah dan makna mendalam walau hanya tampil sekilas dalam drama. Penasaran? Simak biar kamu tahu fakta menarik budaya satu ini, ya!
1. Ditandai dengan pengiriman Sajudanja

Dalam drama ini, Cha Sun Chaek (Seohyun) yang mabuk, bermalam di rumah Yi Beon (Ok Taecyeon). Keesokannya, Yi Beon langsung mengirimkan utusan membawa ‘sajudanja’. Nah, sajudanja ini yang menjadi tanda lamaran dalam budaya Joseon.
Dilansir The Talking Cupboard, pengiriman lamaran melalui sajudanja adalah penanda prosesi ‘Napchae’. Napchae ini merupakan tahap kedua dari 4 tahap prosesi pernikahan Joseon yang meliputi euihon, napchae, nappye, dan chinyeong. Sedangkan dari sumber lain, Sejong Singapore, menyebutkan tahapan pernikahan tradisional Korea Selatan ada 5 tahapan yang sama-sama diawali dari euihon dan napchae, kemudian napp’ae, kunbere, dan pyebaek.
Napchae sendiri jika diterjemahkan adalah proses lamaran resmi dari calon mempelai laki-laki kepada calon perempuannya. Jika secara resminya harus melewati proses euihon yang merupakan tahap perjodohan dan diskusi awal sebelum lamaran resmi. Nah, untuk kasus Sun Chaek dan Yi Beon di drama ini, memang berbeda sedikit, Yi Beon langsung mengirimkan lamaran resmi melalui sajudanja.
2. Sajudanja berisi detail saju mempelai laki-laki

Seperti yang kamu lihat dalam drama The First Night with the Duke, sajudanja dikirimkan menggunakan kotak dan pembungkus kain. Sajudanja berisi catatan detail astronomi dari calon mempelai laki-laki atau dalam istilahnya disebut ‘saju’. Nah, saju ini akan digunakan sebagai penentu kecocokan secara astronomi antaran calon mempelai laki-laki dan perempuan.
Namun, penentuan kecocokan ini sepenuhnya akan dilakukan oleh keluarga calon mempelai perempuan dan belum tentu langsung diterima, lho. Seperti Yi Beon yang mengirim beberapa kali sajudanja sebagai lamaran pada Cha Sun Chaek. Biasanya, keluarga mempelai perempuan juga boleh melibatkan peramal atau pembaca saju dalam tradisi ini. Inilah salah satu alasan pembaca saju atau peramal penting dalam prosesi besar di Korea Selatan.
Selain itu, sajudanja juga berisi ‘napchaeseo’ atau ‘cheonghonseo’ yang merupakan surat lamaran. Bedanya cheonghonseo lebih bersifat formal dan resmi meminta pernikahan. Untuk menunjukkan kedudukan detail tentang silsilah keluarga mempelai laki-laki juga biasanya disertakan dalam sajudanja ini. Terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga kerajaan dan bangsawan seperti Yi Beon dan Cha Sun Chaek.
3. Sajudanja dibungkus dengan Bojagi, bukan sembarang kain

Kalau kalian lihat, sajudanja yang dikirimkan Yi Beon melalui utusannya terlihat cantik dan bukan sembarang kain, bukan? Iya, kain ini disebut ‘bojagi’. Dilarsir Biroso, bojagi ini punya makna penting sebagai pembungkus keberuntungan. Nah, bojagi ini juga jadi salah satu ciri khas budaya Korea Selatan.
Bojagi jadi kain penting dalam seremonial pernikahan dan ritual Budha. Kain bojagi ini bisa menunjukkan kedudukan dari pengirim hantarannya. Selain itu, bisa menunjukkan effort dan etika pengirim hantaran. Semakin mahal kain yang digunakan, berarti menunjukkan maksud penting. Seperti pengiriman lamaran melalui sajudanja ini.
Surat sajudanja ini harus ditulis dalam kertas putih. Hanya boleh ditulis oleh kepala keluaga calon mempelai laki-laki kepada wali dari calon perempuan yang dituju. Nah, sebelum dibungkus bojagi, surat ini akan dibungkus dengan sutra merah dan biru, diikat dengan benang biru dan merah, dan disegel dengan kertas putih yang bertuliskan karakter ‘geunbong’ di atasnya, yang berarti ‘menjauh’.
4. Bukan sembarang orang, utusan Sajudanja harus orang terdekat calon laki-laki

Bukan sembarang orang, Yi Beon dalam drama The First Night with the Duke mengirimkan sajudanja pada keluarga Cha Sun Chaek melalui orang kepercayaannya yaitu kepala pelayannya yang stia sejak ia kecil dan menemaninya. Sedangkan untuk pengiriman lamaran yang kedua kali, Yi Beon mengirim langsung sendiri.
Nah, ini menandakan pengiriman sajudanja bukan dilakukan sembarang orang. Seperti yang dikutip dari The Talking Cupboard, prosesi pengiriman sajudanja harus dilakukan oleh seorang laki-laki dari kerabat keuarga calon mempelai lai-laki sebagai representatif. Utusan ini disebut dengan ‘saja’.
Dalam tradisi aslinya, pengiriman sajudanja ini harus memilih tanggal yang dipercaya baik. Terutama tanggal yang dianggap tidak membawa ‘tamu’ energi buruk atau hantu. Seperti tanggal 9, 10, 19, 20, 29, dan 30 dari setiap bulan dalam kalender lunar. Menurut kepercayaannya, agar prosesi ini bisa berjalan lancar dan tidak diganggu oleh energi buruk.
Ternyata dari drama The First Night with the Duke ini, kita bisa belajar banyak tentang budaya di Korea Selatan. Tanpa sadar menoton drakor ini bisa jadi sarana belajar pengetahuan baru terutama dari topik-topik yang diangkat. Siapa nih yang setuju? Nah, akan ada budaya apa lagi yang akan diulik di drama ini, ya?