8 Drakor yang Mengangkat Isu Kecanduan, Ada Second Shot at Love!

Drama Korea kerap mengeksplorasi isu sosial yang dekat dengan kehidupan nyata, salah satunya tentang kecanduan. Mulai dari kecanduan alkohol, obat-obatan, judi, hingga adiksi digital, tema ini disajikan dengan emosional dan penuh pesan moral. Isu kecanduan bukan hanya relevan secara medis, tetapi juga menyentuh aspek sosial dan psikologis kehidupan seseorang.
Lewat kisah para karakternya yang jatuh dan bangkit, penonton diajak merenung soal bagaimana trauma, tekanan hidup, dan kesepian bisa menjebak seseorang dalam lingkaran kecanduan. Drakor ini bukan hanya menghibur, tapi juga membuka mata tentang pentingnya kesehatan mental dan keberanian untuk pulih. Kamu akan melihat bahwa proses pemulihan selalu diawali dengan keberanian untuk mengakui rasa sakit yang sebenarnya.
1. Secret Love Affair (2014)

Secret Love Affair mengangkat kisah Oh Hye Won (Kim Hee Ae), seorang wanita sukses yang jatuh cinta pada pria lebih muda. Dalam tekanan rumah tangga dan pekerjaan, ia pelan-pelan tergelincir dalam kecanduan relasi yang tidak sehat. Hubungan terlarang ini menjadi pelarian dari kehidupan monoton dan penuh tekanan yang selama ini ia jalani.
Hubungan obsesif yang dilandasi pelarian dari realita membuat Hye Won kehilangan kendali atas hidupnya. Drama ini mengulik bagaimana cinta bisa menjadi candu yang menghancurkan bila tak disikapi dengan dewasa. Penonton akan melihat bagaimana perasaan bisa memperbudak logika saat seseorang merasa hampa dan terperangkap. Secret Love Affair membuktikan bahwa cinta yang tidak sehat juga bisa menjadi bentuk kecanduan yang membutakan.
2. Kill Me, Heal Me (2015)

Cha Do Hyun (Ji Sung) mengalami gangguan kepribadian ganda akibat trauma masa kecil. Dalam dirinya terdapat tujuh identitas berbeda yang muncul sebagai respon terhadap rasa sakit. Setiap identitas membawa fungsi tertentu, namun semuanya muncul karena ia tak mampu menghadapi luka masa lalu secara langsung.
Do Hyun kecanduan menghindari realitas melalui alter egonya. Drama ini menyentuh tentang pentingnya menghadapi trauma daripada terus melarikan diri darinya. Setiap identitas yang muncul bukan hanya pelindung, tapi juga jeritan batin yang tak pernah disuarakan. Kill Me, Heal Me menyampaikan bahwa menghadapi masa lalu adalah langkah penting untuk hidup utuh di masa depan.
3. It's Okay to Not Be Okay (2020)

Ko Moon Young (Seo Ye Ji) adalah penulis buku anak dengan gangguan kepribadian antisosial. Ia hidup dalam dunia manipulasi, trauma masa kecil, dan pelarian dalam bentuk relasi obsesif dengan Moon Gang Tae (Kim Soo Hyun). Karakternya tampak kuat di luar, namun sebenarnya rapuh dan membutuhkan perhatian secara ekstrem.
Moon Young terlihat glamor, namun sebenarnya terjebak dalam kecanduan kontrol dan validasi. Drama ini mengajarkan bahwa penyembuhan tak hanya soal cinta, tapi juga pengenalan dan penerimaan diri. Kita belajar bahwa mengakui luka adalah awal dari penyembuhan yang sesungguhnya. Relasi antara Moon Young dan Gang Tae menunjukkan bagaimana dua jiwa terluka saling berproses untuk pulih.
4. My Name (2021)

Yoon Ji Woo (Han So Hee) hidup dalam dendam dan kekerasan setelah ayahnya dibunuh. Untuk membalas dendam, ia bergabung dengan jaringan kriminal dan menjadi polisi sekaligus agen ganda. Ji Woo terjebak dalam dunia kekerasan yang terus menumpuk, membuatnya kehilangan empati dan arah hidup.
Dalam prosesnya, Ji Woo kecanduan kekerasan dan kehilangan sisi kemanusiaannya. My Name menggambarkan adiksi terhadap kekerasan dan balas dendam yang merusak hidup seseorang. Ji Woo tak hanya terluka secara fisik, tapi juga mental dan emosional. Penonton diajak menyadari bahwa dendam bukan solusi, justru sering memperpanjang luka yang ada.
5. Beyond Evil (2021)

Lee Dong Shik (Shin Ha Kyun) adalah detektif yang hidup dalam bayang-bayang trauma masa lalu. Ia terobsesi memburu pelaku pembunuhan berantai yang menghancurkan hidupnya. Rasa bersalah dan tekanan batin membuatnya kehilangan arah dalam pencarian kebenaran yang ekstrem.
Kecanduannya terhadap pencarian kebenaran membuatnya melanggar batas moral, hingga ia tak bisa membedakan benar dan salah. Drama ini menunjukkan bahwa kecanduan terhadap obsesi bisa sama destruktifnya dengan adiksi zat. Penonton akan diajak merenung, apakah semua kebenaran layak dikejar jika harus mengorbankan kewarasan. Beyond Evil menjadi potret kelam manusia yang terjebak dalam dendam dan masa lalu.
6. Nevertheless (2021)

Yoo Na Bi (Han So Hee) tahu bahwa Park Jae Eon (Song Kang) tak ingin serius. Namun, ia tetap terjebak dalam hubungan rumit yang didorong oleh ketertarikan fisik dan rayuan manipulatif. Meski sadar sedang tersakiti, Na Bi tetap kembali karena tak kuasa melepaskan diri dari pesonanya.
Na Bi sadar ia kecanduan rasa penasaran dan perhatian semu. Drama ini menyajikan gambaran nyata relasi toksik yang sulit diputus karena adiksi emosional. Kita diajak memahami bahwa kadang cinta bukan soal logika, tapi tentang keberanian untuk melepaskan. Nevertheless menggambarkan pergulatan batin perempuan muda dalam mencari makna dan cinta yang sehat.
7. High Class (2021)

Song Yeo Wool (Jo Yeo Jeong) kehilangan suami dan hidupnya berubah drastis. Ia masuk ke lingkungan elite yang penuh tekanan sosial dan ekspektasi tinggi, membuatnya makin terjebak dalam rasa cemas dan kehilangan jati diri. Penampilan yang sempurna menjadi tameng atas rasa takut dan kehilangan yang ia alami.
Yeo Wool digambarkan kecanduan pencitraan dan pengakuan sosial. Drama ini menyentil isu kecanduan terhadap status dan citra diri yang kerap dialami perempuan modern. Di balik segala kemewahan, tersimpan rasa sepi dan kehilangan arah yang mendalam. High Class menunjukkan bahwa hidup dalam ekspektasi orang lain justru bisa membuat kita kehilangan makna diri.
8. Second Shot at Love (2025)

Han Geum Ju (Sooyoung SNSD) kembali ke Desa Buchon setelah karier dan asmara hancur dalam waktu bersamaan. Ia mengalami tekanan hebat karena batal menikah dan kehilangan pekerjaannya, hingga akhirnya mencari pelarian lewat alkohol. Keputusan ini menandai titik terendah dalam hidupnya, dan masyarakat desa ikut memperparah keadaannya dengan stigma dan gosip.
Meski Geum Ju mengaku masalahnya hanyalah alkohol, kenyataannya lebih rumit dari itu. Ia menyembunyikan luka karena diselingkuhi dan jadi korban perundungan sosial di desanya. Drama ini memperlihatkan bagaimana alkohol bukan akar masalah, melainkan simbol dari luka yang tak kunjung sembuh. Karakter Geum Ju menjadi potret perempuan modern yang berusaha bangkit dari keterpurukan meski dunia seolah menolaknya.
Kecanduan bisa muncul dalam berbagai bentuk, tak selalu tentang zat. Delapan drama Korea di atas berhasil menggambarkan betapa kompleks dan menyakitkannya hidup dalam jeratan adiksi. Semoga deretan drakor ini bisa menjadi pengingat bahwa mencari bantuan dan memahami diri sendiri adalah langkah awal menuju pemulihan. Jangan pernah merasa sendiri, karena proses pulih itu nyata dan mungkin!