Meski masuk negara ekonomi maju (tergabung dalam Organisation for Economic Co-operation and Development yang hanya dihuni 38 negara), Korea Selatan masih punya PR besar di sektor kesetaraan gender. Korsel bisa disebut masih menganut paham tatanan sosial konservatif.
Paham sosial konservatif tersebut bahkan terlihat jelas dalam berbagai peristiwa nyata. Misalnya selisih gaji antara perempuan dan laki-laki yang lumayan tinggi, kasus kekerasan domestik, serangan siber di internet, hingga akhirnya termanifestasi lewat terpilihnya politisi beraliran konservatif, Yoon Suk Yeol, sebagai presiden.
Sebagian produk budaya mereka pun masih sering menempatkan perempuan sebagai elemen dekoratif atau tokoh-tokoh pasif. Gerakan melawan ide-ide konservatif itu sudah mulai terlihat lewat munculnya karakter-karakter perempuan yang punya karier bagus dan mandiri secara finansial.
Namun, benarkah drama-drama itu benar-benar menyampaikan pesan-pesan pemberdayaan dengan gamblang? Jawabannya tidak semua. Ini mungkin didorong pula oleh kecenderungan sineas Korsel mencari aman dan menghindari kontroversi.
Tentu publik masih ingat soal film Kim Ji Young, Born 1988. Film adaptasi novel berjudul sama karya Cho Nam Joo itu sempat membelah Korsel jadi dua polar, pro dan kontra feminisme. Zaman terus bergerak, mulai muncul drakor baru yang tak ambil pusing dengan kritik pedas kelompok anti kesetaraan gender. Lahirlah beberapa drakor dengan pesan feminisme kuat berikut yang langka dan layak diapresiasi.