Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
cuplikan film A Taxi Driver (dok. Showbox/A Taxi Driver)
cuplikan film A Taxi Driver (dok. Showbox/A Taxi Driver)

Korea Selatan juga pernah punya pemimpin yang diktator. Salah satu pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan tersebut adalah Chun Doo Hwan, presiden kelima. Chun merebut kekuasaan lewat kudeta militer pada tanggal 12 Desember 1979.

Sebelum peristiwa tersebut, masyarakat sendiri sudah muak dengan rezim militer yang diktator di bawah kepemimpinan presiden ketiga, yaitu Park Chung Hee. Kudeta militer dari Chun Doo Hwan membuat masyarakat semakin geram karena ia pun tak ada bedanya dari presiden sebelumnya.

Oleh karena itulah banyak terjadi demonstrasi, termasuk dari kalangan pelajar yang berusaha memperjuangkan demokrasi di Korea Selatan. Tiga film Korea ikonik berikut ini memperlihatkan kerasnya perjuangan para pelajar saat melancarkan aksi demonstrasi untuk melawan kediktatoran pemerintah.

1. May 18 (2007)

cuplikan film May 18 (dok. CJ ENM Movie/May 18)

May 18 menyoroti huru-hara yang terjadi di Kota Gwangju pada Mei 1980. Unjuk rasa mahasiswa untuk menentang kediktatoran pemerintah telah terlihat sejak awal filmnya. Pemeran utama pada cerita May 18 sendiri adalah seorang sopir taksi bernama Min Woo (Kim Sang Kyung) yang pada awalnya tak ingin terlibat dalam aksi unjuk rasa.

Min Woo hanya hidup bersama adiknya, Jin Woo (Lee Joon Gi) yang masih SMA. Karena ia sudah melihat langsung bagaimana kekejaman militer terhadap para mahasiswa yang berdemonstrasi, Min Woo pun melarang adiknya itu untuk terlibat. Namun, emosi Jin Woo muncul saat tahu bahwa temannya dibunuh tentara ketika berunjuk rasa.

Jin Woo pun memimpin teman sekelasnya untuk turun ke jalan dan bergabung dengan kelompok mahasiswa serta masyarakat yang makin murka dengan kekejaman pihak militer. Min Woo yang tak tertarik pun mau tak mau ikut turun ke jalan karena sebuah insiden yang terjadi pada adiknya.

2. A Taxi Driver (2017)

cuplikan film A Taxi Driver (dok. Showbox/A Taxi Driver)

A Taxi Driver juga menampilkan karakter sopir taksi di dalam ceritanya. Film ini mengangkat kisah nyata dari kerja sama reporter asing dan sopir taksi untuk meliput apa yang sebenarnya terjadi di Gwangju. Sebab, pihak militer sudah memblokir akses masuk menuju kota tersebut.

Dengan akal sopir taksi bernama Kim Man Seob (Song Kang Ho) tersebut, mereka akhirnya bisa masuk ke Kota Gwangju. Ternyata, keadaannya sangat kacau. Man Seob dan klien reporternya, yaitu Peter (Thomas Kretschmann), lalu bertemu dengan sekelompok aktivis mahasiswa.

Salah satu di antara mereka adalah Koo Jae Sik (Ryu Jun Yeol). Beruntungnya ia bisa berbahasa Inggris sehingga mampu menerjemahkan setiap perkataan Peter kepada Man Seob juga. Berada di satu kubu, ketiganya pun saling menjaga satu sama lain agar orang-orang di luar Gwangju bisa tahu kekejaman pihak militer pada masyarakat sipil di Gwangju yang selama ini diputarbalikkan.

3. 1987: When the Day Comes (2017)

cuplikan film 1987: When the Day Comes (dok. CJ ENM Movie/1987: When the Day Comes)

Film 1987: When the Day Comes menghadirkan banyak bintang populer seperti Kim Yun Seok, Ha Jung Woo, Yoo Hae Jin, Kim Tae Ri, Lee Hee Jun, Kang Dong Won, hingga Yeo Jin Goo. Film ini pun mengambil kisah nyata seorang aktivis mahasiswa, Park Jong Chul, yang mengalami penyiksaan oleh pihak polisi hingga meninggal.

Dalam film ini, tokoh Park Jong Chul diperankan oleh Yeo Jin Goo. Meski hanya sebagai kameo, karakter tersebut menjadi inti dari keseluruhan cerita 1987: When the Day Comes. Mahasiswa beserta media mencoba membongkar apa yang sebenarnya dilakukan polisi terhadap Park Jong Chul yang dikenal sebagai sosok pro-demokrasi.

Karakter mahasiswa pejuang demokrasi lainnya juga ditampilkan, yaitu Lee Han Yeol (Kang Dong Won). Ia aktif dalam gerakan unjuk rasa untuk menentang pemerintahan yang diktator. Di sisi lain, ada pula mahasiswi bernama Yeon Hee (Kim Tae Ri) yang tak mau terlibat dalam demonstrasi karena sebuah insiden. Namun, Yeon Hee secara tak langsung sudah ikut membantu para pejuang demokrasi karena pamannya.

Ketiga film di atas memperlihatkan bagaimana kejamnya pemerintahan pada masa tersebut. Bahkan, karakter para pelajar di tiga film di atas sama-sama memiliki akhir yang tragis. Kamu sudah nonton yang mana saja, nih?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team