7 Isu Kemanusiaan yang Diangkat dalam Kasus Jeong Gang Hun di Pro Bono

19 Des 2025, 09:41 WIB

Cuplikan drama Korea Pro Bono (dok. tvN/Pro Bono)

Episode 3–4 Pro Bono menghadirkan salah satu kasus paling mengguncang secara emosional. Seorang remaja bernama Kim Gang Hun (Lee Chun Moo), penyandang disabilitas mengajukan gugatan simbolik terhadap “Tuhan”. Ia merasa hidupnya tidak adil dan selalu menderita hanya karena keterbatasannya.

Lewat Kim Gang Hun, drama ini tak sekadar bicara hukum, tapi mempertanyakan makna hidup, belas kasih, dan kemunafikan sosial. Di balik kalimat klise “semua kehidupan berharga”, Pro Bono justru membongkar realitas pahit yang sering disembunyikan masyarakat. Inilah tujuh isu kemanusiaan yang diangkat dalam kasus Kim Gang Hun, penuh reflektif.

1. Secara moral, masyarakat mengaku menghargai penyandang disabilitas. Namun dalam praktiknya, lingkungan masih tidak ramah dengan mereka

Cuplikan drama Korea Pro Bono (dok. tvN/Pro Bono)

2. Orang-orang bersikap “terlalu ramah” pada Gang Hun. Namun di balik itu, ada rasa tidak nyaman bahkan keinginan menjaga jarak

Cuplikan drama Korea Pro Bono (dok. tvN/Pro Bono)

3. Kasus Gang Hun ini menyoroti empati masyarakat yang kadang performatif, bukan tulus. Orang-orang bersikap ramah tanpa empati sebenarnya

Cuplikan drama Korea Pro Bono (dok. tvN/Pro Bono)

4. Masyarakat berkoar kehidupan apapun berhak dihargai, tapi beban absolut tetap keluarga, terutama Ibu. Negara dan masyarakat seolah lepas tangan

Cuplikan drama Korea Pro Bono (dok. tvN/Pro Bono)

5. Drama ini mempertanyakan: apakah “hak hidup” hanya berarti dilahirkan? Gang Hun hidup, tapi menderita. Hidup ada, tapi kualitas hidup nihil

Cuplikan drama Korea Pro Bono (dok. tvN/Pro Bono)

6. Warga menolak pendirian sekolah SLB karena dianggap menurunkan harga properti. Ini bukti bagaimana diskriminasi sering dibungkus alasan “rasional”

Cuplikan drama Korea Pro Bono (dok. tvN/Pro Bono)

7. Keinginan Gang Hun menuntut “Tuhan” bukan bentuk penistaan. Ia mempertanyakan mengapa hidup yang katanya berharga justru dipenuhi penderitaan?

Cuplikan drama Korea Pro Bono (dok. tvN/Pro Bono)

Kasus Jeong Gang Hun membuat Pro Bono memaksa kita menatap pertanyaan yang sering kita hindari. Apakah kita sungguh menghargai kehidupan, atau hanya memuja gagasannya saja? Saat hidup diagungkan atas nama moral, tapi ditinggalkan dalam praktik sehari-hari, penderitaan seperti yang dialami Gang Hun menjadi sesuatu yang nyaris tak terhindarkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editor’s Picks

4 Bentuk Diskriminasi yang Dihadapi Disabilitas di Pro Bono

3 Langkah Berani Kang Da Wit di Kasus Kim Gang Hun di Pro Bono, Ikut Puas!

Topics

Pro Bono Divert me isu kemanusiaan Karakter Drakor Drakor 2025 Teori Drakor

Editorial Team

EditorHella Pristiwa

Google News

Whatsapp Channel

7 Isu Kemanusiaan yang Diangkat dalam Kasus Jeong Gang Hun di Pro Bono

1. Secara moral, masyarakat mengaku menghargai penyandang disabilitas. Namun dalam praktiknya, lingkungan masih tidak ramah dengan mereka

2. Orang-orang bersikap “terlalu ramah” pada Gang Hun. Namun di balik itu, ada rasa tidak nyaman bahkan keinginan menjaga jarak

3. Kasus Gang Hun ini menyoroti empati masyarakat yang kadang performatif, bukan tulus. Orang-orang bersikap ramah tanpa empati sebenarnya

4. Masyarakat berkoar kehidupan apapun berhak dihargai, tapi beban absolut tetap keluarga, terutama Ibu. Negara dan masyarakat seolah lepas tangan

5. Drama ini mempertanyakan: apakah “hak hidup” hanya berarti dilahirkan? Gang Hun hidup, tapi menderita. Hidup ada, tapi kualitas hidup nihil

6. Warga menolak pendirian sekolah SLB karena dianggap menurunkan harga properti. Ini bukti bagaimana diskriminasi sering dibungkus alasan “rasional”

7. Keinginan Gang Hun menuntut “Tuhan” bukan bentuk penistaan. Ia mempertanyakan mengapa hidup yang katanya berharga justru dipenuhi penderitaan?

Editorial Team

Tonton lebih seru di