5 Ketakutan Terbesar Park Sung A di Drakor Head Over Heels

- Takut gagal menolong roh yang meminta bantuannya
- Risiko dari menyelamatkan banyak roh tersesat
- Krisis kepercayaan diri dan insecure untuk tampil
Keceriaan yang selalu ditunjukkan oleh Park Sung A (Cho Yi Hyun) di Head Over Heels bukan berarti terlepas dari rasa takut. Ia diam-diam memiliki kekhawatiran, tapi disembunyikan melalui senyuman. Meskipun memiliki kemampuan melihat takdir orang lain, ia tetap tidak bisa lari tanpa menolong mereka yang punya kesialan.
Ia memang bisa berbicara dengan roh dan menantang roh-roh jahat, tapi bukan berarti ia kebal terhadap rasa takut. Baik itu terhadap dunia arwah maupun terhadap realita hidupnya sebagai remaja. Kerap tampil kuat, ternyata inilah lima ketakutan terbesar Sung A yang membuat karakternya semakin terlihat nyata.
1. Takut gagal menolong roh yang meminta bantuannya

Menjadi segelintir orang yang bisa melihat hal-hal magis, membuat Park Sung A juga tidak bisa lari ketika para arwah meminta bantuan untuk menyeberang. Pada awalnya, ia mungkin akan mengeluhkan kesulitannya pada sang ibu yang merupakan shaman dengan kemampuan tinggi. Namun ia tetap menyanggupi permintaan bantuan.
Sung A merasa setiap roh yang datang adalah bagian dari tanggung jawabnya. Ketika tak bisa membantu, rasa bersalah itu membayangi. Ia takut suatu hari roh menjadi jahat karena ia tak mampu menenangkannya. Apalagi jika roh itu menghilang tiba-tiba dan Sung A tak tahu apakah mereka telah tenang atau justru tersesat lebih jauh.
Kegagalan bukan hanya ancaman bagi kemampuannya, tapi juga bagi harga dirinya sebagai orang yang terpilih oleh takdir. Ia jarang membicarakan hal ini, tapi terlihat dari sorot matanya setiap kali ritualnya tak berhasil. Rasa takut ini membuatnya terus belajar, tapi juga melelahkan secara batin.
2. Risiko dari menyelamatkan banyak roh tersesat

Beberapa roh mendekatinya bukan untuk meminta tolong, tapi justru ingin menarik Sung A masuk ke dunia mereka. Ia pernah memimpikan roh yang mencelakai orang, mendorong sisi kemanusiaannya untuk mencari tahu lebih dalam dan mencegah kemalangan terjadi pada orang di mimpinya.
Ketakutan ini membuat Sung A ragu setiap kali roh baru muncul. Apakah roh ini butuh bantuan atau justru berniat jahat padanya? Sebagai dukun muda yang belum sepenuhnya menguasai batas dunia lain, ia tahu ada kemungkinan dirinya bisa terseret masuk ke dalamnya.
Bahkan saat tubuhnya di dunia nyata tampak tenang, pikirannya kadang sudah setengah ditarik oleh energi mereka. Sung A dikuasai rasa takut sekaligus rasa bersalah ketika berinteraksi dengan roh, dan ketakutan ini membuatnya waspada tapi kesepian. Ini karena tidak semua orang mengerti tipisnya batas antara penolong dan jadi korban.
3. Krisis kepercayaan diri dan insecure untuk tampil

Sebagai siswi SMA, dunia Sung A masih tampak relate dengan dunia nyata, di mana hidupnya penuh dengan penilaian orang sekitar. Ia sering dianggap aneh, bahkan oleh guru-gurunya sendiri. Kemampuannya melihat dan berbicara dengan roh dianggap delusi oleh sebagian orang.
Sung A tidak takut pada hantu, tapi ia takut tidak dipercaya manusia. Rasa ini membuatnya memilih diam dalam banyak hal, bahkan saat ia tahu ada bahaya. Bahkan ketika tubuhnya mendeteksi bahaya, ia hanya bisa tersenyum untuk menyelesaikan semua masalah. Mirisnya, sikap ini malah jadi boomerang.
Ketika Gyeon U (Choo Young Woo) mulai percaya padanya, itulah titik pertama ia merasa benar-benar dilihat. Namun tetap ada kekhawatiran tentang bagaimana jika Gyeon U pun suatu hari pergi saat identitasnya sebagai shaman terkuak. Ketakutan inilah yang membuat Sung A begitu kaku dalam bersosialisasi.
4. Kekhawatiran keberadaannya malah mempersulit Gyeon U

Walau Gyeon U sering ketempelan makhluk halus dan membutuhkan bantuannya, Sung A tahu bahwa kehadirannya pun membuat hidup Gyeon U semakin rumit. Ia takut bahwa semakin dalam mereka terlibat, semakin banyak roh berdatangan untuk menantang mereka.
Ia melihat bagaimana Gyeon U kelelahan secara mental, terguncang, bahkan hampir mati karena roh yang sangat kuat. Dalam hatinya, Sung A merasa ia adalah gerbang yang menghubungkan Gyeon U dengan dunia roh, gerbang yang tidak pernah bisa dibuka tutup semaunya.
Ia tidak ingin Gyeon U merasa hidupnya dikendalikan oleh hal-hal yang tak bisa dilihat orang lain. Hingga terkadang, Sung A berpikir untuk menjauh. Namun, bukan karena tidak peduli, tapi karena terlalu peduli. Ditambah ia juga menyimpan perasaan lebih pada Gyeon U dan ia takut semuanya akan terungkap.
5. Takut tidak pernah punya kehidupan normal

Meski memiliki kelebihan yang langka, Sung A kerap tersiksa karena itu semua. Ia merasa menjadi berbeda, dan itu membuatnya terasingkan dari orang-orang. Bukan karena mereka telah menyadari identitasnya, tapi rasa takut berlebih bila dirinya yang sebenarnya terungkap.
Diam-diam, Sung A sering memandang dari jauh teman-temannya yang tertawa, belajar, dan bercanda tanpa beban. Ia tahu, hidupnya tidak akan pernah seperti itu. Bahkan ketika tidak ada roh yang mengganggu, ia tetap melihat sisa-sisa energi di sekelilingnya. Ia tidak bisa tidur di kamar yang terlalu gelap, tidak bisa makan di tempat yang energinya berat. Hingga terkadang, ia ingin lupa bahwa dirinya bisa melihat hal-hal yang orang lain tidak bisa.
Namun setiap kali ia mencoba hidup biasa, ada roh lain yang datang. Entah itu untuk meminta pertolongan atau sekadar hadir di sudut ruangan. Sung A takut sampai kapan pun, ia akan selalu jadi jembatan yang tak pernah jadi tujuan akhir siapa pun. Ini sekaligus bukti bahwa rasa takut bisa menguasai kehidupan sosial seseorang.
Park Sung A yang sejak awal tampil ceria seolah tanpa masalah, ternyata memendam banyak ketakutan di Head Over Heels. Ia tidak menceritakan rasa takut ini secara keseluruhan pada orang lain dan memilih mencari solusi untuk keluar dari semua masalahnya sendiri. Ketakutannya ini semakin bikin rumit aksinya sebagai shaman dan seorang siswi SMA biasa.