5 Krisis Identitas di Film KPop Demon Hunters, Ajarkan Penerimaan Diri

Film animasi Netflix, KPop Demon Hunters, bukan sekadar tontonan hiburan supranatural dan musikal yang menawan. Film ini juga mengajarkan kejujuran terkait isu identitas yang mendalam. Dengan tuntutan kehidupan yang makin kompleks, membuat perasaan tertekan untuk menampilkan versi diri yang sempurna sangat kuat. Film ini dengan baik mengisahkan perjuangan para tokohnya yang hidup di dua dunia, idol KPop di atas panggung dan pemburu iblis di balik panggung. Hal ini menyimbolkan konflik internal serta pencarian jati diri yang tak pernah selesai.
Fenomena krisis identitas yang menunjukkan kedua sisi ganda ini sangat relevan dengan pengalaman banyak orang, terutama kamu yang hidup dengan tekanan sosial yang luar biasa tinggi serta diaspora. Film KPop Demon Hunters bisa dibilang sebagai metafora yang kuat terkait cara seseorang berjuang menerima seluruh sisi dirinya yang berbeda. Saat seseorang berusaha menemukan keseimbangan diri di tengah tuntutan sosial yang kacau ini. Mari, kita lihat bagaimana KPop Demon Hunters menyajikan kelima kompleksitas psikologi identitas ganda dan krisis diri.
1. Jati diri terjebak antara dua budaya

Dua budaya yang disajikan dalam film ini, yaitu ketika ketiga tokoh utama berperan sebagai pemburu iblisop dan idol KPop. Sebagai pemburu iblis mereka harus kuat, cekatan, dan penuh strategi untuk membunuh iblis. Namun, sebagai idol mereka harus energik, berkharisma, menarik, dan menari dengan baik.
Buat kamu yang tergabung dalam komunitas diaspora, identitas ganda dapat menjadi jurang pemisah antara budaya dan perasaan terasing yang mendalam. Kamu harus menyeimbangkan antara budaya asal dan budaya baru yang sering membuat rasa kesepian itu menyeruak. Adaptasi diperlukan untuk membuat terbiasa, meskipun tidak jarang memerlukan waktu yang agak lama.
2. Identitas ganda di dunia nyata

Film KPop Demon Hunters dengan terbuka menunjukkan bagaimana para tokohnya hidup di dua identitas yang berbeda, yaitu pemburu iblis dan idol KPop. Konflik dalam diri yang mereka alami, seperti perbedaan antara jati diri aslinya dan citra publik menjadi cerminan bagi banyak orang di dunia nyata. Coba kamu bayangkan, jika kerjaan terus berinteraksi dengan publik dan aktif di sosial media tanpa ada waktu me time? Pasti rasanya lelah dan membosankan, bukan?
Keadaan seperti ini bisa membuat kamu stres berat dan cemas. Apalagi kalau kamu merasa harus menyembunyikan sebagian jati diri hanya untuk memenuhi ekspektasi sosial. Tekanan untuk selalu tampil sempurna di depan umum bisa memicu perasaan tidak nyaman yang berkelanjutan.
3. Tekanan menjadi sempurna

Dunia KPop dikenal dengan standar kesempurnaan yang tinggi terhadap para artisnya. Setiap detail kecil, mulai dari bakat, penampilan diawasi dengan ketat oleh publik sehingga menciptakan lingkungan yang penuh tekanan. Para idol sering kali merasa seperti produk yang harus sempurna, tanpa cacat.
Secara realistis film ini menampilkan bagaimana karakter Rumi, Zoey, dan Mira yang harus tampil sempurna di atas panggung, terlepas dari tekanan internal yang mereka hadapi dibalik itu semua. Hal ini menjadi simbolis yang kuat akan tekanan psikologis para idol dalam menjaga citra publiknya. Film ini mengajak kamu merenungkan harga yang harus dibayar seseorang demi mencapai kesempurnaan.
4. Konflik antara diri dan pandangan publik

Para tokoh di KPop Demon Hunters adalah idol yang harus tampil sempurna di setiap penampilannya. Mulai dari tarian yang harus presisi, selalu tersenyum, dan suara wajib terdengar merdu. Semua demi menjaga citra baik idol di mata media. Mungkin, hal ini mirip seperti dirimu yang merasa bersalah ketika tidak bisa memenuhi ekspektasi atau standar sosial.
Akhirnya, kamu memilih untuk menyembunyikan sisi asli diri supaya dapat diterima di lingkungan sosial. Walaupun terlihat seperti solusi, namun ini menciptakan rasa tidak puas dan kehilangan identitas asli diri. Kamu perlu keberanian untuk menetapkan standar nilai diri yang autentik.
5. Perjuangan menerima kekurangan diri

Film ini menunjukkan perjalanan para karakter dalam mencari keseimbangan antara misi pemburu iblis dan karir idol mereka. Dengan menerima kedua sisi tersebut, bukan berarti harus memilih salah satunya. Mereka perlu menemukan cara supaya keduanya bisa berdampingan. Film ini mengajarkan kamu untuk menerima diri secara utuh, baik sisi gelap maupun terang, untuk mengatasi krisis identitas. Bukan hanya tentang kedamaian hidup, tetapi kedamaian sejati dengan menjadi diri sendiri sepenuhnya.
Rumi yang awalnya menolak percaya bahwa setengah dirinya adalah iblis, Zoey yang kesepian karena kesukaannya menulis lirik dan menyanyikan lagu rap, serta Mira yang ditentang oleh keluarganya untuk menjadi idol. Semua hal tersebut merupakan masalah yang kompleks. Namun, pada akhirnya mereka menemukan cara untuk mengatasinya dengan melihat kesamaan satu sama lain.
Pesan film ini mengajarkan kamu untuk bersikap jujur terhadap dirimu sendiri, merangkul segala kelebihan dan kekurangan, serta berani menghadapi konflik batin. Karena pada akhirnya, kesehatan mental yang baik dimulai dari menerima diri secara utuh dan merasa nyaman dengan diri sendiri. Jadi, jangan pernah merasa sendiri lagi ya.