8 Kritik terhadap Drakor Squid Game 3, Dinilai Mengecewakan?

Squid Game 3 sukses memuncaki peringkat Netflix Global setelah dirilis 27 Juni lalu. Drakor ini juga jadi trending dan ramai dibahas dibahas di media sosial. Meski begitu, jalinan cerita drakor ini menuai cukup banyak kritikan.
Berbagai kritik dari penggemar terhadap drakor ini berkaitan dengan alur, plot, hingga adegan yang disajikan dalam keenam episodenya. Berikut ini daftar kritikan berkaitan dengan Squid Game 3. Apa saja?
Perhatian, artikel ini mengandung spoiler.
1. Terlalu banyak tokoh yang berakhir bunuh diri
Di setiap season dari Squid Game, selalu ada scene kematian tragis dari karakter-karakter favorit. Ada yang dieliminasi setelah dikhianati. Ada juga yang gagal dalam permainan. Namun, di Squid Game 3, tiga dari karakter protagonis kesayangan penonton berakhir tewas karena bunuh diri. Sebagian melakukannya sebagai bentuk pengorbanan untuk menyelamatkan bayi 222.
Meski begitu, karena ada lebih dari satu kematian seperti ini, rasa sedih yang dirasakan penonton jadi berkurang dan berubah menjadi kekesalan. Terlebih pesan moral terkait hal ini jadi tidak jelas mengingat salah satu tokoh beberapa kali mencoba mengakhiri hidup sebelum akhirnya meninggal di episode terakhir.
2. Inkonsistensi karakter Seong Gi Hun
Penggambaran karakter Seong Gi Hun di season 3 dinilai terasa inkonsisten. Di episode awal, ia tampak penuh kebencian sehingga mengejar Kang Dae Ho (Kang Ha Neul) untuk membunuhnya. Namun, di episode 6, ia menolak usulan Front Man (Lee Byung Hun) untuk membunuh finalis lain yang tertidur. Para peserta yang lolos ke final ini berencana membunuh Seong Gi Hun dan bayi Kim Jun Hee yang kini menjadi peserta 222 menggantikan sang ibu. Meski begitu, saat final, ia pada akhirnya membunuh beberapa orang demi bisa bertahan hidup dan menyelamatkan bayi 222.
3. Kompleksitas karakter kurang digali
Di Squid Game 3, kebanyakan karakter tergambar hitam dan putih secara kaku. Berbeda dari musim sebelumnya di mana sebagian besar tokoh digambarkan abu-abu. Karakter-karakter antagonis di season 3 digambarkan sebagai orang yang tamak, egois, dan hanya dimotivasi oleh uang. Sementara di season 1, villain utamanya menunjukkan sisi jahat dan baik terlepas dari kelicikannya yang bikin emosi.
Bahkan Hwang In Ho alias Front Man kurang digali sisi kompleksitasnya jika dibandingkan dengan season 2. Motivasi dan tindakannya justru terasa ambigu. Apakah ia mulai menunjukkan sisi humanis dan empati atau tetap berpikir buruk tentang manusia? Ambiguitas ini diperparah dengan minimnya backstory dari Front Man padahal kisahnya dinanti sejak season 2.
4. Karakter Hwang Jun Ho terasa useless
Hwang Jun Ho (Wi Ha Joon) termasuk tokoh utama yang sudah ada sejak Squid Game 1. Di musim pertama, keberadaannya berperan mengungkap sisi di balik layar permainan maut ini. Juga misteri awal mengenai sosok Front Man. Namun, di season 3, perannya terasa useless.
Ia memimpin pencarian pulau tempat Squid Game digelar, tapi terlalu percaya pada kapten kapal yang dianggap sebagai penyelamatnya. Padahal ia mantan detektif, tapi instingnya terhadap penjahat tidak ada di season ini. Selain itu, momen ia menemukan dan tiba di pulau Squid Game tidak berdampak apa pun terhadap konflik cerita.
5. Pemilihan pemenang yang kontroversial
Salah satu plot twist terbesar di Squid Game 3 adalah pemenang permainan yang tidak disangka-sangka. Namun, ini justru menuai kontra. Ramai di media sosial kritikan mengenai pemilihan pemenang ini. Salah satu alasannya karena keikutsertaan bayi 222 sebagai pemain tidak berdasarkan sukarela. Front Man selalu menekankan bahwa Squid Game dilakukan secara adil dan orang yang bermain sebagai peserta melakukannya atas kesadaran pribadi. Namun, bayi tidak bisa melakukannya. Ia bahkan belum bisa memutuskan apa pun sendiri sehingga menjadikannya peserta justru merusak aturan dari game itu sendiri.
6. Pemakaian CGI dan akting pemeran tamu VIP dinilai buruk
Kontroversi lain dari Squid Game 3 adalah penggunaan CGI di beberapa adegan yang dianggap aneh. Misalnya, munculnya patung lilin dari founder permainan ini, Oh Il Nam (Oh Yeong Su) yang meninggal di season 1. Selain itu, bayi 222 dibuat dengan CGI, tapi sayangnya, masih terlihat aneh dan tidak realistis.
Selain itu, akting dari pemeran tamu VIP juga mendapat kritikan. Akting mereka dianggap masih kaku sehingga adegan tamu VIP dirasa mengganggu oleh sebagian penonton. Dialog mereka juga mengundang kontroversi dan scene tersebut tidak memiliki impact dalam cerita sebesar kemunculan tamu VIP di season 1.
7. Banyak detail adegan yang dikritik kurang realistis
Sepanjang enam episode drakor Squid Game 3, ada banyak adegan yang dikritik kurang masuk akal. Salah satu yang ramai kritikan adalah momen Kim Jun Hee (Jo Yu Ri) melahirkan. Persalinan pertamanya ini terjadi dalam hitungan menit tanpa suntikan epidural. Ia juga pulih dalam waktu singkat, bahkan tak terasa terganggu memakai celana. Selain itu, bentuk perutnya yang langsung kembali normal pascamelahirkan juga dinilai tidak realistis oleh penonton.
8. Screen time karakter minor lebih banyak dari tokoh utama
Di Squid Game 3, ada banyak karakter minor yang merupakan antagonis. Meski keberadaan mereka menambah konflik cerita, hal ini menuai kritikan sebab screen time mereka dinilai lebih banyak daripada tokoh utama. Khususnya, Front Man dan Hwang Jun Ho. Yang paling jadi sorotan adalah Im Jeong Dae (Song Young Chang), pemain nomor 100. Di luar dugaan, ia lolos menjadi finalis meski secara fisik dan usia, termasuk yang paling tua. Ia juga tak punya kemampuan menonjol selain menghasut orang.
Sebagian besar kritikan terhadap drakor Squid Game 3 berkaitan dengan plot cerita yang disajikan. Khususnya, mengenai tokoh-tokoh kesayangan penggemar. Terlepas dari kritik, drakor ini tetap seru ditonton. Apa kamu sudah nonton drakor ini hingga usai?