10 Pelajaran Hidup dari Yeom Chang Hee di KDrama My Liberation Notes

Mempunyai ayah yang sulit diajak komunikasi membuat Chang Hee susah berpendapat. Jika pendapatnya tidak sesuai dengan pemikiran sang ayah, mereka berdua pun sering beradu argumen.

Bahkan intonasi suara Chang Hee kadang lebih tinggi dari ayahnya. Meski sering tidak klop dengan ayahnya, ia tetap menunjukkan rasa hormatnya. Contohnya, saat ibunya meninggal dan belum pindah ke Seoul, Chang Hee yang aktif menemani sang ayah.

Masalahnya yang berat tak membuat Chang Hee menutup telinga untuk mendengar keluh kesah orang terdekatnya. Oleh karena itu, ia adalah tipe orang yang bisa dijadikan tempat curhat. 

Keahliannya ini terkadang membuat orang merasa nyaman hingga gak kenal waktu. Kuncinya adalah ia tidak memberikan solusi jika tidak diminta. Ia pun bisa menjaga rahasia.

Sebagian orang terkadang sulit mengambil keputusan karena takut akan risiko yang dihadapi. Berbeda dengan Chang Hee. Apa pun keputusannya, ia berani mempertanggungjawabkan segala risiko yang akan menimpanya.

Contoh kecilnya adalah saat ia memberanikan diri untuk meminjam mobil Mr. Gu. Selang waktu berjalan ketika ia menggunakannya, tiba-tiba mobil Mr. Gu tergores. Ia memberanikan diri minta maaf meski pada akhirnya saling berkejaran dengan Mr. Gu.

Bagi laki-laki penganut patriarki, melakukan pekerjaan rumah tangga adalah tugas perempuan. Sementara di persepsinya laki-laki hanya mencari nafkah.

Awalnya Chang Hee adalah sosok yang suka dilayani. Contoh kecilnya, setelah makan, piring bekasnya dicuci oleh adiknya, Mi Jeong (Kim Ji Won). Keadaan berubah saat ibunya meninggal dan Chang Hee mulai peduli dengan urusan rumah tangga.

Saat keluarga tahu Yeom Mi Jeong mempunyai utang di bank. Gi Jeong (Lee El) marah besar karena sang adik tidak terbuka apalagi tahu kalau yang berutang sebenarnya adalah orang lain. Chang Hee pun menjadi penengah di antara mereka.

Chang Hee memposisikan dirinya sebagai Mi Jeong agar pikiran Gi Jeong terbuka. Chang Hee flash back akan kejadiannya saat ia meminta mobil pada ayah yang hasilnya ia dimarahi. Akhirnya situasi yang semula panas lambat laun menjadi reda.

Meski kehidupannya biasa saja, Chang Hee tetap mempunyai harapan bahwa suatu hari nanti ia menjadi orang kaya. Jarak yang jauh menuju ke kantor tak menghilangkan rasa semangatnya untuk bekerja sebagai karyawan yang baik.

Sampai pada saat setelah ibunya meninggal, keinginannya pun berubah bahwa ia ingin menjadi orang biasa di tengah kehidupan yang serba berkompetisi. Meski keinginannya sederhana, semangat juangnya masih ada. 

Sebagian orang pada umumnya sering memendam perasaan. Entah itu rasa penasaran, keinginan, kesal bahkan marah. Berbeda dengan Chang Hee yang ceplas-ceplos jika perasaannya terganggu. 

Contohnya saja, saat Chang Hee menginginkan untuk meminjam mobil Mr. Gu. Tanpa basa-basi, ia pun bilang pada Mr. Gu untuk menggunakan mobil tersebut. Alhasil, Chang Hee pun mendapat restu dari Mr. Gu.

Salah satu contoh, saat ia mengambil keputusan untuk berhenti dari pekerjaannya, tentu sudah dipikir secara matang. Meski hal ini membuat orang tuanya resah, Chang Hee tetap tidak menyesali keputusannya.

Chang Hee pun bersyukur karena ia adalah orang terdekat pertama yang menemukan ibunya dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Ia berpikir bagaimana seandainya saat itu ia masih bekerja.

Setiap peristiwa yang dialami oleh dirinya, Chang Hee selalu mengambil makna dan dijadikan bahan untuk mengembangkan karakternya agar lebih baik lagi. Misalnya, saat ia curhat mengenai kisah asmara dengan rekannya, ia mengaku dirinyalah yang bermasalah.

Sejak itu, ia sudah mulai bisa mengatur amarahnya, memposisikan dirinya sebagai orang lain, dan tidak berambisi namun tetap semangat dalam menjalani kehidupan. Ia pun sadar kebencian yang merasuki membuat dirinya menjadi berantakan.

Biasanya seseorang yang sudah lelah bekerja seharian, tidak ada waktu untuk berkumpul. Waktunya terkadang mereka gunakan untuk beristirahat atau rebahan di rumah.

Hal ini berbeda dengan Chang Hee. Ia tetap menyempatkan diri untuk bersenda gurau, makan bersama, melepas keluh kesah, berbagi pandangan kepada rekan-rekan di lingkungan pekerjaannya dan di rumahnya.

Perjalanan kehidupan Chang Hee yang penuh rintangan tentu dialami oleh sebagian besar penonton di dunia nyata. Ragu akan masa depan, jodoh yang tak kunjung datang, ingin diakui oleh orangtua, dan bergerak cepat saat ingin melambat. Meski begitu, Chang Hee tak berhenti berharap untuk mendapatkan ketenangan dalam hidupnya.