Review Film Ghost Train, Berhasilkah Stasiun Angker Menghantui Kita?

Siapa yang sudah menantikan perilisan film Ghost Train? Setelah sempat mencuri perhatian lewat trailer-nya yang mencekam, film garapan sutradara Tak Se Woo ini akhirnya tayang di bioskop Indonesia, mulai Jumat (25/7/2025).
Film ini mengikuti obsesi YouTuber bernama Da Kyung untuk menaikkan popularitas kanal YouTube-nya dengan menghadirkan konten-konten horor baru. Oleh karena itu, ia mendatangi Kepala Stasiun Gwanglim untuk mengungkap serangkaian kasus misterius di sana. Konon, terdapat beberapa kasus bunuh diri dan orang hilang yang tak terpecahkan di stasiun angker itu.
Sebelum resmi ditayangkan di bioskop, tim IDN Times sudah berkesempatan untuk menyaksikan film ini lebih awal bersama awak media yang lain. Berdasarkan pengalaman screening tersebut, saya merasa bahwa elemen jumpscare dalam film ini gak seseram yang dibayangkan. Orang-orang yang duduk di sekeliling saya pun tidak memperlihatkan reaksi yang berlebihan saat dikejutkan dengan adegan jumpcare. Kendati demikian, bukan berarti film ini gak bikin merinding dan was-was sama sekali. Berikut review film Ghost Train.
1. Elemen-elemen horornya bikin merinding!

Suasana screening film Ghost Train di XXI Kota Kasablanka, Jakarta, Senin (21/5/2025) mendadak hening saat kredit film akan diputar. Tanpa basa-basi, film ini langsung meneror penonton dengan kasus kecelakaan misterius di Stasiun Gwanglim.
Adegan yang ditampilkan pada babak awal ini memang tidak semengerikan adegan-adegan film horor pada umumnya. Namun seisi studio terpantau was-was karena atmosfer mencekam yang tergambar dari set stasiun keretanya. Seiring berjalannya cerita, ketegangan visual terus tercipta di setiap set, yang membuat saya jadi ikut merasakan suasana sesak, asing, hingga was-was akan ancaman yang mengintai.
Saya merasa adegan jumpscare dalam film ini gak seseram yang dibayangkan. Orang-orang di sekitar saya pun tampak tak bereaksi berlebihan. Alih-alih berpegang pada jumpscare, film ini justru memancing rasa takut lewat special effect makeup (SFX) yang seram.
Beberapa penonton terlihat sempat berteriak hingga berusaha menutup mata saat kamera mulai fokus menyoroti SFX tersebut. Nah, salah satu contohnya adalah visual seseorang dengan wajah penuh perban yang ditampilkan di trailer.
2. Akting pemainnya meningkatkan ketegangan!

Tidak hanya satu, film ini menampilkan cukup banyak aktor yang harus beradegan dengan SFX. Berkaitan dengan hal tersebut, SFX saja tentu belum cukup untuk mentransfer kengerian-kengerian kepada penonton, bukan?
Nah, menariknya, meski tidak mendapatkan sorotan sebanyak aktor utama, akting para aktor yang bekerja dengan menggunakan SFX tersebut juga patut diapresiasi, karena tampak totalitas menghidupkan karakter mereka, sehingga berbagai emosi yang dikeluarkan juga mampu menciptakan ketegangan visual yang bikin merinding. Dengan tambahan senyum cringe yang mendukung saja, karakter mereka sudah terasa hidup dan tak menutup kemungkinan menimbulkan rasa gak nyaman.
Akting dari para pemeran utamanya, yaitu Joo Hyun Young dan Jeon Bae Soo juga gak perlu diragukan lagi. Oh iya, film ini juga tercatat sebagai debut layar lebar Choi Bo Min. Meski screen time-nya gak sebanyak Joo Hyun Young dan Jeon Bae Soo, Choi Bo Min juga memiliki peran yang cukup penting dalam cerita film ini.
3. Banyak menebar misteri, tapi berakhir dengan plot yang terasa berantakan

Pada awalnya, film ini menabur cukup banyak misteri yang menjanjikan. Hal tersebut pun membuat ekspektasi saya menjadi semakin meningkat. Namun seiring berjalannya cerita, film ini justru dieksekusi dengan potongan-potongan cerita horor yang tidak jelas arahnya. Plotnya terasa berantakan karena saya tidak menemukan perkembangan cerita maupun karakter yang menggali tentang akar permasalahan dan misteri-misteri yang telah ditabur sejak awal.
Bahkan, sejak diperkenalkan sebagai seorang YouTuber, hanya sedikit sekali adegan yang mengajak penonton untuk mengikuti bagaimana perkembangan karakter Da Kyung mengemas kisah-kisah horor dari sudut pandang sang Kepala Stasiun Gwanglim hingga membuat kanalnya menjadi tenar lagi.
Ditambah lagi, film ini juga dieksekusi dengan alur maju-mundur yang cukup membingungkan, sehingga suasana mencekam yang sudah dibangun sebelumnya menjadi sedikit mengabur karena penonton harus berpikir cukup keras untuk mengaitkan benang merahnya. Ekspresi bingung tersebut pun terlihat dari beberapa orang yang menghadiri screening pada hari itu.
Namun yang jelas, lebih dari sekadar film horor, Ghost Train juga membawa kritik sosial tentang perilaku manusia yang tidak pernah merasa puas hingga nekat melakukan apa saja demi mencapai tujuan.