Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi suasana rapat (pexels.com/Rebrand Cities)
ilustrasi suasana rapat (pexels.com/Rebrand Cities)

Setiap orang sejatinya adalah pemimpin. Ada yang cukup memimpin dirinya sendiri dan bertanggung jawab untuk membawa nasib pribadi menuju kondisi yang lebih baik, ada pula yang punya kemampuan untuk menjadi pemimpin bagi diri sendiri dan juga orang lain. Nah, khusus untuk kondisi kedua, tentu ada syarat-syarat yang harus dipenuhi karena sosok tersebut mengemban tugas berat untuk menentukan nasib banyak orang.

Menjadi pemimpin bagi suatu kelompok bukanlah perkara yang remeh. Modalnya tidak hanya cukup berani saja, tetapi juga kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan berbagai permasalahan serta aksi nyata untuk dijadikan sebagai panutan. Sayangnya, tidak semua orang yang mengajukan dirinya untuk memimpin orang lain punya integritas demikian. Nyatanya, masih banyak kamu temukan pemimpin melakukan kesalahan besar yang seharusnya kesalahan itu bisa mereka hindari, bukan?

1.Tidak punya ketegasan

ilustrasi seseorang yang sedang mengalami burnout (pexels.com/Gustavo Fring)

Seorang pemimpin wajib memiliki ketegasan dalam dirinya. Pasalnya, dia harus mampu mengatur, mengarahkan, dan memberikan komando yang jelas bagi orang-orang yang dipimpinnya sehingga tidak menimbulkan kebingungan atau ketidakadilan. Namun, realitas yang ditemui bisa sangat berbeda.

Sebagian sosok pemimpin tidak bisa tegas sama sekali, bahkan cenderung begitu lunak dan malah balik dikendalikan oleh bawahannya. Akibatnya bisa sangat buruk. Anak buah hanya main-main dalam bertugas merasa aman karena tidak pernah mendapatkan teguran atau hukuman. Di sisi lain, mereka yang bekerja dengan serius hanya akan tertekan oleh keadaan yang tidak menguntungkan.

2.Terlalu mementingkan perihal pencitraan

ilustrasi seseorang yang sedang menjelaskan sesuatu (pexels.com/Christina Morillo)

Tidak dapat dimungkiri bahwa citra baik memang sangat penting bagi seorang pemimpin. Ini akan memberikan gambaran menarik dan kesan positif bagi siapa saja yang melihatnya. Oleh sebab itu, bukan hal yang aneh apabila mereka yang menjadi pucuk pimpinan berusaha untuk mempertahankan hal ini dengan sebaik-baiknya.

Namun, jangan sampai lengah! Pencitraan bukan masalah, tetapi ini bukan sesuatu yang jadi tugas utama. Kalau seorang pemimpin terlalu sibuk untuk menciptakan kesan baik, biasanya mereka sering lupa diri dan malah tidak melaksanakan pekerjaannya dengan semestinya. Akhirnya, kejadian seperti ini hanya akan menyulut kekacauan yang sebenarnya bisa dihindari.

3.Tidak mampu memberikan teladan nyata

ilustrasi seorang perempuan yang sedang memandang orang lain (pexels.com/Christina Morillo)

Pemimpin yang memang punya kemampuan untuk memimpin selalu memiliki cara jitu untuk menggerakkan anak buahnya agar bisa menjalankan arahan secara maksimal. Salah satu hal yang akan dia lakukan adalah dengan memberikan contoh nyata. Dia bergerak untuk mengerjakan sesuatu yang riil sehingga bisa diikuti oleh orang-orang yang dipimpinnya.

Sayangnya, tidak semua orang yang mengaku dirinya pemimpin punya skill seperti ini. Masih banyak sosok bergaya seperti bos yang bisanya hanya menyuruh saja. Jika bawahan melakukan kesalahan, dia dengan mudahnya membentak atau menyalahkan. Kalau sudah begini, tentu siapa pun tidak akan nyaman bekerja bersamanya.

4.Mencari keuntungan pribadi

ilustrasi seseorang yang sedang memegang uang tunai (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Siapa pun yang mau memimpin artinya harus siap untuk memikirkan orang lain. Mereka perlu untuk lebih condong mengutamakan kepentingan khalayak di atas urusan pribadinya. Nah, di sinilah banyak godaan mulai bermunculan.

Banyak orang yang mengaku sebagai pemimpin malah sibuk untuk mencari keuntungan pribadi alih-alih memikirkan nasib orang lain. Mereka berani melakukan korupsi, menyuap sana-sini agar kejahatannya tidak terbongkar, dan tindakan-tindakan tidak pantas lainnya. Kalau sudah begini, kapan masa depan yang baik bisa dicapai?

Dibutuhkan keberanian, kecerdasan, dan integritas tinggi untuk menjadi seorang pemimpin agar mampu menghindari beberapa kesalahan besar seperti yang telah disebutkan di atas. Inilah alasan mengapa memang tidak semua orang cocok untuk memimpin orang lain. Jika tidak mampu, jangan memaksakan diri! Lebih baik belajarlah dengan giat dari pemimpin-pemimpin luar biasa hingga suatu hari nanti akhirnya pantas untuk berada di posisi tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team