Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bekerja di kantor (unsplash.com/Arlington Research)
ilustrasi bekerja di kantor (unsplash.com/Arlington Research)

Dunia kerja tentu sangat berbeda dengan dunia sekolah, kuliah, atau bahkan magang. Selain persaingan ketat, dunia kerja juga bakal menuntutmu untuk memenuhi target atau pencapaian tertentu yang nantinya bakal memengaruhi jenjang karier yang kamu rintis. Namun, tak jarang orang yang bekerja juga mengalami perasaan tertekan, terutama di kantor tempat di mana ia melakukan tugas-tugasnya.

Sebetulnya tak hanya pegawai kantoran yang mengalami tekanan di dunia kerja. Di sisi lain, pengusaha dan para profesional pun juga menghadapi beban yang sama atau mungkin jauh lebih berat.

Jadi, sebetulnya kenapa ada banyak orang merasa begitu tertekan dengan pekerjaannya? Ternyata ini alasannya!

1. Tugas yang dilakukan tidak sesuai dengan kapasitas dan kemampuan

ilustrasi bekerja di lapangan (unsplash.com/Jeriden Villegas)

Berdasarkan studi yang dicatat dalam Eurofound, stres atau rasa tertekan yang intens bisa dirasakan semua orang yang bekerja ketika menemukan fakta bahwa pekerjaan yang mereka lakukan ada di luar kemampuan. Nah, pekerjaan atau tugas yang tidak sesuai dengan kapasitas dan kemampuan pekerja inilah yang membuat mereka ada di kondisi tidak ideal.

Coba cek lagi pekerjaanmu secara detail dan cocokkan dengan kapasitas atau kemampuan yang kamu miliki. Mungkin saja jenis pekerjaan yang berada di atas ambang kemampuanmu itulah yang membuatmu selalu tertekan.

Well, sisi baiknya adalah kesempatan adaptasi atau proses di dunia kerja akan membentukmu sebagai sosok yang memiliki wawasan dan pengalaman lebih tinggi.

2. Lingkungan kerja yang toksik

ilustrasi pimpinan kantor yang selalu marah dan menuntut pekerjaan sempurna (unsplash.com/Artur Voznenko)

Lingkungan kantor yang toksik atau tidak sehat bisa membuat pekerja merasa stres atau tertekan. Dilansir Healthline, lingkungan kantor yang tidak sehat bisa menyebabkan kondisi tekanan mental yang serius bagi karyawan dan semua orang di dalamnya.

Kondisi tersebut mencakup perundungan, tugas berat di luar jam kerja, pimpinan yang temperamental, rekan kerja menjengkelkan, dan lingkungan kerja yang tidak mendukung kesehatan mental karyawan. Nah, kalau sudah tidak kuat dengan lingkungan kerja yang toksik, mungkin ada baiknya kamu memikirkan untuk berkarier di tempat lain.

3. Tak ada hari libur

ilustrasi bekerja di kantor ketika hari libur (unsplash.com/Israel Andrade)

Setiap pekerja, entah itu karyawan, pengusaha, atau profesional, pastinya menginginkan waktu yang ideal untuk bekerja. Pada umumnya, Sabtu dan Minggu adalah hari libur bagi pekerja (di luar tanggal merah dan cuti bersama). Namun, kenyataan di dunia kerja terkadang tidak sesuai dengan harapan yang kamu idam-idamkan.

Ada beberapa kantor yang malah mengharuskan pekerjanya melakukan lembur dan bekerja pada saat Sabtu atau Minggu. Perasaan jenuh dan tertekan bisa timbul karena hal ini.

Nah, sebetulnya kamu pun juga harus memahami apakah pekerjaanmu berkaitan langsung dengan layanan publik atau tidak. Jika iya, maka bekerja di saat hari libur memang sebuah kewajiban. Hal ini bisa diatasi dengan sistem shift kerja di perusahaan tempatmu bekerja.

4. Potensi diri yang tidak berkembang

ilustrasi jenuh dalam bekerja (unsplash.com/Crew)

Faktor yang membuat pekerja merasa tertekan atau stres di dunia kerja adalah kenyataan bahwa ia merasa mentok dalam hal karier. Hal ini bisa terjadi karena potensi atau keahlian yang ia miliki tidak terasah dan jauh dari perkembangan seharusnya. Ada beberapa alasan kenapa kamu merasakan hal ini.

  • Perusahaan tempatmu bekerja menerapkan jam kerja yang sangat longgar atau santai.
  • Tidak ada target yang jelas dalam pekerjaan.
  • Jenis pekerjaan yang monoton dan tidak mengasah kemampuan individu.
  • Karier mentok dan kamu tidak bisa pindah ke divisi lain.
  • Kamu merasa tidak tertantang dalam melakukan semua aktivitas kerja.
  • Ada kekhawatiran besar tentang masa depanmu di perusahaan tersebut.
  • Ilmu dan keahlianmu makin tumpul karena tidak digunakan secara maksimal di dunia kerja.
  • Bertahun-tahun bekerja di tempat yang sama dan tidak ada kenaikan karier.

Jika sudah seperti ini, bisa jadi karier dan potensi dirimu bakal mentok di perusahaan tersebut. Laman Forbes menjelaskan bahwa ketika berada di posisi ini, kamu wajib memiliki dan membangun target atau tujuan. Setelah itu, bicarakan secara profesional kepada atasan untuk mendapatkan informasi yang jelas.

Jika suka dengan dunia kerja yang santai, tapi tidak masalah dengan mentoknya karier, kamu mungkin bakal betah untuk bertahan di sana sampai pensiun. Namun, kalau suka dengan pengalaman baru dan jenjang karier tinggi, pilihan resign dan masuk ke dunia kerja yang baru barangkali bisa dijadikan solusi tepat.

5. Faktor internal dari dalam diri sendiri

ilustrasi lingkungan kerja yang nyaman (unsplash.com/Jason Goodman)

Ketika kondisi kantormu sudah positif, gaji cukup, porsi pekerjaan wajar, hari libur diberikan, dan kemampuan makin terasah, tapi kamu tetap merasa tertekan atau stres berlebih, bisa jadi ada yang salah dengan kondisi mentalmu. Mungkin depresi atau stres yang kamu alami tidak disadari dan itu terbawa pada semua aktivitas kerja sehari-hari.

Melakukan konsultasi dan pemeriksaan medis terkait mental yang depresi sangat penting untuk dilakukan. Pasalnya, ada banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya tengah mengalami depresi dan hal itu justru berdampak buruk pada lingkungan di sekitarnya. Jadi, pahami hal ini dengan pikiran jernih dan jangan sampai kamu yang malah menjadi pihak toksik bagi lingkungan kerja.

Dengan memahami dan menyadari akan posisi, jenis pekerjaan, hak, kewajiban, dan lingkungan kerja, kamu juga bakal tahu hal-hal apa saja yang selama ini membuatmu betah atau tidak betah dalam dunia kerja. Nah, semoga artikel ini bisa mengembalikan semangatmu dalam bekerja, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team