Saling menasihati memang kebiasaan yang baik untuk mengingatkan sesama manusia yang mudah khilaf. Namun dalam penerapannya, diperlukan kehati-hatian agar pihak yang dinasihati tak justru merasa terganggu.
Bila hal tersebut diabaikan, dia dapat tersinggung bahkan menjawab nasihatmu dengan pedas. Sebelum kamu menyebutnya keras kepala lantaran menolak nasihatmu, coba pahami dulu uraian di bawah ini.
Contoh, kamu suka menasihati orang terkait agama atau pernikahan. Buatmu, ini hal yang wajar bahkan penting untuk disampaikan pada siapa saja. Akan tetapi menurut orang lain kan, belum tentu begitu.
Berkebalikan darimu, baginya kedua hal tersebut adalah perkara yang sangat pribadi. Oleh sebab itu, sedikit saja nasihatmu dapat seketika membuatnya tak nyaman bahkan kesal.
Sebagian orang tak keberatan menerima nasihat dari siapa saja asalkan isinya sesuai dengan kebutuhannya. Namun, hak orang pula seandainya dia hanya mau dinasihati oleh orang-orang terdekatnya.
Seperti orangtua, pasangan, atau gurunya. Di luar itu, dia tak akan menggubrisnya. Bahkan dengan ketus menjawab, "Memangnya kamu siapaku? Berani-beraninya sok menasihati. Kamu tidak berhak!"
Contoh, kamu menasihati seseorang tentang pekerjaannya. Masalahnya, dia lebih senior daripada kamu. Pengalamannya tentu jauh lebih banyak.
Terlepas dari tujuanmu menasihatinya, dia justru dapat menganggapmu sebagai junior yang kurang ajar terhadap seniornya. Hubungan kalian bisa selamanya menjadi kurang baik, lho.
Saat berhadapan dengan orang yang lebih berpengalaman, kamu sebaiknya mengawali dengan pertanyaan, "Apakah aku boleh memberi masukan?" Jika sudah dipersilakan, barulah kamu menasihatinya secara halus.
Mau sebagus apa pun nasihatmu, kalau waktunya tidak tepat niscaya tak akan diterima dengan baik oleh orang lain. Misalnya, ketika seseorang masih dalam keadaan sangat marah.
Apabila kamu coba menasihatinya, dia justru hanya akan tambah jengkel. Maka dari itu, pilihlah waktu saat kira-kira dia sudah lebih tenang kalau kamu ingin menasihatinya. Daripada kamu menjadi pelampiasan seluruh emosinya, kan?
Dia sebenarnya suka dinasihati. Hanya saja, jangan tiba-tiba menasihatinya. Tunggulah sampai dia menanyakan pendapatmu tentang masalah yang tengah dihadapinya.
Biasanya, orang yang seperti ini ialah pribadi yang mandiri. Dia baru akan meminta nasihat kalau sudah tidak tahu lagi harus melakukan apa. Jika kamu terlalu cepat menasihatinya, kamu terasa mencederai kemandiriannya selama ini.
Dari uraian di atas, telah jelas bahwa di samping isi nasihat, cara menasihati serta pemilihan waktunya juga penting untuk diperhatikan agar orang dapat menerima nasihatmu dengan baik. Sebelum dia belajar menerima nasihat, kamulah yang harus terlebih dahulu mempelajari etika dalam menasihati. Sudah siap?