Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi remote worker (unsplash.com/EFFYDESK)

Kerja dari rumah bukan lagi sekadar tren sementara. Sejak pandemi melanda, gaya hidup remote working justru berkembang jadi salah satu pola kerja yang diidamkan banyak orang. Namun, di balik kebebasan lokasi dan fleksibilitas jam kerja, para remote worker ternyata punya strategi produktivitas yang gak kalah solid dibanding pekerja kantoran. Bahkan, banyak kebiasaan mereka yang bisa ditiru siapa aja yang pengen lebih fokus dan efisien dalam menjalani hari.

Bekerja tanpa pengawasan langsung menuntut kedisiplinan tinggi, dan di sinilah para remote worker sering kali unggul. Dari cara mengelola waktu, mengatur ruang kerja, sampai menjaga kesehatan mental, semuanya dilakukan dengan sadar dan terstruktur. Gak heran kalau banyak dari mereka justru bisa menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam waktu lebih singkat. Yuk, intip lima kebiasaan produktif yang bisa banget ditiru!

1. Membuat rutinitas pagi yang sakral

ilustrasi journaling (unsplash.com/lilartsy)

Banyak remote worker memulai hari dengan rutinitas pagi yang konsisten, bahkan sebelum menyentuh laptop. Bangun di jam yang sama, bikin kopi favorit, olahraga ringan, atau sekadar duduk tenang sambil journaling. Rutinitas ini bukan cuma bikin tubuh siap bekerja, tapi juga jadi transisi lembut dari mode santai ke mode produktif. Rasanya kayak ngasih sinyal ke otak, “Waktunya kerja nih!”

Rutinitas pagi yang sakral juga bantu meminimalisir chaos di awal hari. Ketika tubuh dan pikiran udah dipersiapkan dengan baik, fokus jadi lebih tajam. Gak cuma bikin hari lebih terstruktur, tapi juga ngurangin stres yang biasanya muncul karena buru-buru atau langsung diserbu tugas. Ini kebiasaan kecil yang berdampak besar buat kualitas kerja seharian.

2. Menyusun to-do list yang realistis

ilustrasi membuat to-do list (unsplash.com/Glenn Carstens-Peters)

Remote worker biasanya terbiasa kerja tanpa supervisi langsung, jadi mereka mengandalkan to-do list sebagai navigasi harian. Bukan sekadar daftar panjang yang ambisius, tapi to-do list yang realistis dan bisa dikerjakan dalam satu hari. Mereka tahu mana yang prioritas, mana yang bisa ditunda. Ini bukan soal banyaknya tugas, tapi tentang menyelesaikan yang penting dulu.

Dengan punya daftar kerja yang jelas, waktu gak terbuang cuma buat mikir “Abis ini ngapain ya?” Energi jadi lebih terarah, dan kepuasan setelah nyoret satu demi satu tugas pun terasa nyata. To-do list juga ngurangin beban mental karena semua hal udah tercatat, tinggal dikerjain satu per satu. Kebiasaan ini bikin kerja jadi lebih fokus dan tenang.

3. Menerapkan teknik kerja berjeda

ilustrasi beristirahat (unsplash.com/Kanwardeep Kaur)

Teknik Pomodoro jadi andalan banyak remote worker karena membantu menjaga fokus tanpa bikin otak keburu lelah. Biasanya kerja 25 menit, istirahat 5 menit, lalu ulangi. Setelah 4 siklus, ambil jeda lebih panjang. Pola ini ngasih ritme kerja yang sehat dan natural, kayak simulasi jam kerja kantor tapi lebih fleksibel. Fokus tinggi di waktu singkat sering kali lebih efektif daripada duduk berjam-jam tanpa henti.

Berjeda bukan berarti males, tapi strategi buat recharge otak. Saat otak dapet waktu buat istirahat, ide jadi lebih segar, dan kesalahan kerja bisa diminimalisir. Remote worker tahu banget pentingnya menghindari burnout, dan teknik ini bantu menjaga produktivitas tetap stabil sepanjang hari. Kalau lagi stuck, kadang jeda 5 menit justru bikin ide mengalir deras lagi.

4. Menjaga kebersihan dan kenyamanan ruang kerja

ilustrasi remote worker (unsplash.com/EFFYDESK)

Ruang kerja yang nyaman dan rapi bukan soal estetika doang, tapi juga soal produktivitas. Remote worker biasanya punya sudut kerja yang udah disesuaikan dengan gaya kerja mereka seperti meja bersih, kursi ergonomis, pencahayaan cukup. Mereka sadar kalau ruang kerja yang berantakan bisa bikin mood turun dan konsentrasi buyar. Jadi, menjaga kebersihan ruang kerja itu bagian dari strategi kerja cerdas.

Selain rapi, ruang kerja juga harus personal. Beberapa orang suka nambah tanaman kecil, aromaterapi, atau playlist favorit biar makin semangat. Remote worker tahu banget pentingnya bikin suasana kerja yang menyenangkan, karena ini tempat mereka menghabiskan sebagian besar waktu. Nyaman secara visual dan emosional bikin otak lebih siap buat produktif seharian.

5. Memisahkan waktu kerja dan waktu santai

ilustrasi tertutup (unsplash.com/An Hoang)

Salah satu tantangan kerja dari rumah adalah garis antara kerja dan istirahat jadi kabur. Remote worker sukses biasanya punya jadwal kerja yang jelas, dan mereka patuh. Begitu jam kerja selesai, laptop ditutup, notifikasi dimatikan, dan waktu pribadi dimulai. Mereka ngerti banget pentingnya clock out demi jaga kesehatan mental dan keseimbangan hidup.

Memisahkan dua dunia ini bikin otak bisa istirahat total setelah kerja keras. Gak ada lagi rasa bersalah karena rebahan di sore hari, karena pekerjaan udah selesai sesuai jadwal. Remote worker paham bahwa istirahat bukan bentuk kemalasan, tapi bagian penting dari produktivitas jangka panjang. Dan yang paling penting, mereka belajar bilang “Cukup” saat waktunya berhenti bekerja.

Kerja dari rumah bukan alasan buat jadi sembarangan. Justru dari para remote worker, banyak hal keren dan produktif yang bisa ditiru siapa aja, apapun profesinya. Kebiasaan-kebiasaan kecil yang mereka lakukan ternyata punya efek besar dalam menjaga fokus, energi, dan keseimbangan hidup. Mulai dari rutinitas pagi sampai disiplin waktu kerja, semua bisa dilatih dan diterapkan.

Gak perlu nunggu kerja remote buat mulai menerapkan kebiasaan produktif ini. Coba satu per satu, dan rasain sendiri dampaknya. Kadang perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang konsisten.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team