Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Nikmat Bekerja yang Kerap Dilupakan, Cintai Sepenuh Hati

ilustrasi bekerja (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi bekerja (pexels.com/Antoni Shkraba)

Menurutmu, bekerja itu kenikmatan atau justru siksaan? Apabila bagimu pekerjaan tidak lebih dari sumber penderitaan, pasti setiap hari kamu mengeluhkannya. Bahkan di hari dirimu menerima gaji tetap saja ada hal-hal terkait tugasmu yang dikeluhkan. Kamu bahkan bisa memiliki perasaan negatif pada semua orang di lingkungan kerja.

Seakan-akan baik atasan, teman satu level, maupun anak buahmu hanya menimbulkan kesusahan untukmu. Sikap memandang buruk pekerjaan seperti ini tidak boleh dilanjutkan. Bagaimanapun juga, seandainya kamu sampai kehilangan pekerjaan pasti akan terasa nelangsa sekali. Mencari pekerjaan bukan cuma gak mudah.

Andai pun dirimu mendapatkan pekerjaan baru, belum tentu beban kerjanya lebih ringan dari sebelumnya. Orang-orangnya boleh jadi juga kurang menyenangkan atau penghasilannya lebih kecil. Cintailah pekerjaanmu hari ini sekalipun terkadang kamu merasa lelah menjalaninya. Gak usah bersaing keluhan dengan kawan sebab sesungguhnya pekerjaan memberimu lima nikmat di bawah ini. Kamu hanya kadang kurang menyadari nikmat bekerja tersebut.

1. Setiap hari gak perlu bingung mau ngapain

ilustrasi bekerja (pexels.com/Matheus Bertelli)
ilustrasi bekerja (pexels.com/Matheus Bertelli)

Bingung hendak melakukan apa barangkali terlihat sepele. Namun, kebingungan ini justru tanpa ujung. Kalau kamu tidak tahu apa yang harus dilakukan dari hari ke hari selama sekian bulan bahkan tahun, dirimu akan mengalami depresi. Awalnya, kamu bakal mencari-cari kegiatan selain keharusan bekerja.

Seperti main sepanjang waktu. Akan tetapi, makin lama makin sedikit teman yang mau diajak main. Hingga akhirnya tak tersisa seorang pun karena mereka mesti bekerja. Kamu mencoba menikmati masa menganggur di rumah dengan main game atau menonton film seharian pun lambat laun tidak lagi menyenangkan.

Dengan kebingungan akan aktivitas yang dapat dilakukan secara rutin, dirimu menjadi uring-uringan. Jauh lebih enak bekerja, kan? Lelahnya membuatmu langsung tertidur begitu menyentuh bantal. Keesokannya sejumlah agenda penting telah menanti. Tiba akhir pekan, kamu sangat tahu hendak menggunakannya untuk refreshing. 

2. Punya banyak teman yang berkualitas

ilustrasi teman-teman kerja (pexels.com/Kindel Media)
ilustrasi teman-teman kerja (pexels.com/Kindel Media)

Kenapa teman-temanmu di lingkungan kerja disebut berkualitas? Ada beberapa alasannya. Pertama, kalian dipertemukan dalam kegiatan yang positif. Bahkan aktivitas kerja kalian tak cuma berlangsung sehari melainkan sudah bertahun-tahun. Orang yang gak memiliki kualitas diri cukup tinggi tentu tidak akan tahan berlama-lama menjalaninya.

Kedua, bekerja baik untuk menafkahi keluarga maupun diri sendiri juga bernilai ibadah. Orang-orang yang tekun beribadah tak bisa disebut berkualitas diri rendah. Alasan berikutnya, untuk mereka diterima bekerja di kantor yang sama denganmu harus memenuhi sejumlah persyaratan dan menggugurkan begitu banyak kandidat lain.

Mereka sama sepertimu, orang-orang yang terpilih dari sekian tahapan seleksi. Maka berada di tengah mereka lebih utama dan bermanfaat daripada seandainya dirimu bersama orang-orang yang sepanjang hari cuma nongkrong apalagi berbuat keburukan. Ingat bahwa siapa temanmu juga amat memengaruhimu. Syukuri nikmat kamu dipertemukan dengan orang-orang yang berkualitas melalui pekerjaanmu sekarang.

3. Update wawasan menjadi jauh lebih mudah

ilustrasi teman-teman kerja (pexels.com/olia danilevich)
ilustrasi teman-teman kerja (pexels.com/olia danilevich)

Pekerjaan seperti jembatan yang menghubungkanmu dengan dunia luar. Tidak masalah kamu bekerja sepenuhnya dari kantor atau rumah, update wawasan akan selalu terjadi dengan sendirinya. Sampai-sampai dirimu mungkin kurang menyadarinya. Ini terjadi karena dunia kerja sendiri amat dinamis.

Kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi melalui pekerjaanmu terus berubah seiring waktu. Kamu dituntut untuk tahu apa yang sekarang paling diinginkan oleh mereka dan berlomba dengan kompetitor buat memenuhinya. Ada pula penggunaan teknologi, pertukaran informasi antara kamu dengan teman-teman, dan sebagainya.

Bekerja adalah cara yang paling mudah untukmu terus mengembangkan diri selepas pendidikan formal terselesaikan. Sekalipun rasanya tugas pokokmu sama saja dari tahun ke tahun, tantangan baru selalu muncul. Ini mendorongmu senantiasa belajar dan gak kaget dengan berbagai perubahan dalam hidup. Pengetahuan bikin kamu lebih cepat mengerti cara terbaik untuk mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan itu.

4. Punya uang sendiri dan kompetensi bikin percaya diri

ilustrasi bekerja (pexels.com/emre alagöz)
ilustrasi bekerja (pexels.com/emre alagöz)

Coba ingat-ingat lagi saat kamu belum bekerja. Meski ketika itu dirimu masih berkuliah sehingga rutin memperoleh uang saku, lama-lama ada perasaan kurang nyaman. Kamu mulai ingin menghasilkan uang saku sendiri. Setelah kuliah selesai, rasa malu karena masih menggantungkan diri pada uang pemberian orangtua kian besar.

Namun bila orangtua langsung menghentikan jatah uang saku, dirimu juga bingung akan cara bertahan hidup. Terlebih kalau kamu hidup sendiri di luar kota dan belum juga diterima bekerja. Sekarang dirimu telah memiliki pekerjaan dan uang. Tentu tidak ada lagi rasa malu saat kamu berhadapan dengan orang-orang.

Begitu pula pekerjaan menjadi ajang pembuktian kompetensimu. Kemampuan terbaikmu diuji dan terus meningkat oleh tugas-tugas yang diemban. Kamu menjadi tahu bahwa dirimu bisa melakukan berbagai hal dengan baik. Bahkan beberapa di antara kerja kerasmu dinilai di atas rata-rata sehingga diberi pujian, bonus, hingga kenaikan jabatan. Rasa minder sudah berubah menjadi bangga terhadap diri.

5. Bisa bantu orang lain dengan segala bentuk jerih payahmu

ilustrasi bekerja (pexels.com/Aathif Aarifeen)
ilustrasi bekerja (pexels.com/Aathif Aarifeen)

Bekerja juga bernilai sosial karena dalam setiap hal yang dikerjakan pasti ditujukan untuk orang lain. Bahwa pengguna jasa atau barang mesti membayar sejumlah biaya, ini merupakan hal yang wajar untuk ganti ongkos produksi hingga distribusi. Namun, secara umum apa yang dirimu lakukan berguna bagi banyak orang.

Belum lagi aksi sosial yang sengaja dibiayai dengan pendapatanmu. Kamu mungkin mengalokasikan beberapa persen dari penghasilanmu setiap bulan untuk bederma. Meski bantuan buat orang lain tak harus berupa materi, adanya uang hasil bekerja memudahmu buat beramal. Pendapatan tidak berhenti hanya di kamu.

Jika dirimu tak mempunyai pekerjaan, malah kamu yang harus hidup dari bantuan orang lain. Boro-boro kamu beramal dengan sebagian hartamu, menafkahi diri sendiri pun tidak mampu. Maka lihatlah pekerjaan secara lebih positif sekalipun kerap muncul berbagai masalah yang bikin kamu pusing. Tidak ada pekerjaan yang hanya menguntungkan satu orang. Apalagi dengan tambahan keikhlasanmu menyedekahkan sebagian penghasilan.

Rasa nikmat bekerja dapat perlahan-lahan berkurang apabila kamu lebih fokus ke sisi tidak enaknya. Seperti sisi capek dari bekerja, menghadapi macam-macam kemauan atasan, keharusan serba tepat waktu, dan sebagainya. Alihkan pikiranmu ke sisi manfaatnya supaya bekerja kembali bahkan terasa kian nikmat dari tahun ke tahun.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us