Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Pertimbangan Sebelum Beri Rekomendasi Kerja ke Teman, Awas Menyesal

ilustrasi teman kerja (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi teman kerja (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Sebagai teman yang baik, tentu gak ingin melihat teman dekatnya terlarut dalam permasalahan hidupnya, ya. Apalagi, jika dirasa kamu punya kemampuan untuk membantu beri solusi kepadanya. 

Yakni dengan memberikan rekomendasi kerja di tempat kerjamu. Namun, sebelum memutuskannya, ada baiknya untuk menyimak ulasan terkait alasan tidak memberikan teman dekat rekomendasi kerja di lingkunganmu.

1. Asyik sebagai teman belum tentu asyik sebagai rekan kerja

ilustrasi teman kerja (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)
ilustrasi teman kerja (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Sadar atau tidak, level keasyikan dari satu orang yang sama itu belum tentu sama jika ditempatkan dalam dimensi kehidupan yang berbeda, lho. Jika kamu merasa teman dekatmu itu cukup asyik saat nongkrong bersama, maka belum tentu seasyik itu saat bekerja bersama.

Pahamilah bahwa jangkauan pertemanan dengan pekerjaan itu jauh berbeda. Sesederhana kamu saat bergaul dengan teman dekatmu tujuannya untuk berbagi hingga bersenang-senang bersama. Sedangkan, bergaul dengan rekan kerja ialah atas dasar profesionalitas kerja. Tentunya, dua dimensi tersebut cukup jauh berbeda bukan? Coba renungkan.

2. Beri rekomendasi kerja berdasarkan kemampuan, bukan sekadar kasihan karena jadi teman dekat

ilustrasi teman kerja (pexels.com/Los Muertos Crew)
ilustrasi teman kerja (pexels.com/Los Muertos Crew)

Alasan yang penting untuk dipertimbangkan sebelum memberikan rekomendasi kerja untuk teman ialah bagaimana kemampuannya. Sebutuh apa pun temanmu untuk bekerja demi hal darurat dalam hidupnya, jangan korbankan kualitas penilaianmu terhadap kemampuan kerja teman dekatmu itu. 

Jika memang temanmu punya kapabilitas untuk bekerja di tempat kerjamu, bagus untuk kamu membantu beri rekomendasi. Tapi, jika sekadar kasihan karena kalian teman dekat, coba pikirkan kembali, jangan sampai niat membantu jadi berbalik merugikan kamu sendiri, lho. 

Bagaimana tidak, banyangkan jika ia berhasil masuk atas jalur dalam rekomendasi darimu. Lalu, saat sudah masuk ia tak pernah bisa menyelesaikan tugasnya karena memang tak punya kemampuan di bidang terkait.

Bukankah kamu yang harus bertanggung jawab secara penuh? Jelas kamu yang membawanya masuk. Terlebih, bisa-bisa nama, wibawa, kepercayaan perusahaan bisa menurun drastis kepadamu saat teman dekatmu yang merasa tak mampu itu berujung resign begitu saja. 

3. Jadi punya kerjaan double, kamu harus siap jadi andalannya setiap saat di momen awal bekerja

ilustrasi teman kerja (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi teman kerja (pexels.com/Yan Krukau)

Secara lebih kompleks, di saat kamu memutuskan beri rekomendasi atas dasar kasihan karena sudah dekat, maka kamu harus siap untuk selalu direpotkan olehnya. Sebagai pemula yang punya kemampuan saja masih harus diajarkan bagaimana budaya kerjanya, apalagi yang pemula dan tak punya kemampuan khusus, ya. 

Tentunya, kamu mau tak mau harus membantu temanmu belajar dari awal, sampai bisa. Ibaratnya, kamu seperti mengajari anak TK (Taman Kanak-kanak) yang baru pertama kali mengenyam bangku pendidikan. Sayangnya, sang anak TK versi ini sudah dituntut harus langsung bisa kerja karena banyak target yang menunggu. 

Jika sudah begitu, bukankah kamu sendiri yang repot? Bahkan mungkin jadi kamu yang bantu mengerjakan secara langsung, bukan bantu mengajarkan saja. Memangnya mau dan mampu sampai kapan punya kerjaan double seperti itu? Stop membuat lelah dirimu sendiri, jangan mau merugi, ya!

4. Diselimuti rasa sungkan dalam setiap langkah profesionalitas kerja

ilustrasi teman kerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi teman kerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Oleh karena kamu dan temanmu tak terbiasa jadi rekan kerja dengan sistem profesionalitas, tentu kamu akan sering merasa sungkan di dalamnya. Sungkan untuk memberikan tugas lebih, bahkan mentuk menegur keras saat ia berbuat hal cukup fatal.

Kamu akan dibuat dilem sendiri, di satu sisi kamu ingin menjaga hati teman baikmu, terlebih pikirmu masih proses beradaptasi. Tapi, di sisi lainnya juga tak bisa sepenuhnya seperti itu lantaran ada profesional kerja yang harus disiplin dalam kemampuan bekerja.

5. Berpeluang menghancurkan pertemanan yang adem ayem jika tak dicampuri urusan pekerjaan

ilustrasi teman kerja (pexels.com/Thirdman)
ilustrasi teman kerja (pexels.com/Thirdman)

Pada akhirnya, pertemanan yang semula adem ayem saja karena interaksinya berfokus hal bahagia bisa jadi rusak saat dicampuri urusan kerjaan. Saat kamu tegas karena merasa salah beri kesempatan kerja ke temanmu, bisa jadi temanmu sakit hati hingga tak terima dan berujung pertemanan kalian rusak begitu saja.

Belum lagi saat dihadapkan dengan kamu dan teman yang jadi lawan kerja, persaingan itu tentu memengaruhi perasaan pertemanan yang semula terasa nyaman dan aman. Jadi, jika tak ingin merasakan itu semua, ada baiknya untuk dipertimbangkan matang-matang terlebih dahulu, ya. 

Membantu teman yang butuh pekerjaan itu tak melulu harus diberikan rekomendasi kerja di lingkunganmu, lho. Kamu masih bisa membantu dalam aspek lainnya. Termasuk, sesederhana menyemangati serta menemaninya saat butuh juga sudah cukup jika beri rekomendasi kerja terlalu menghawatirkan secara jangka panjang. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Melinda Fujiana
EditorMelinda Fujiana
Follow Us