Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tanda Lingkungan Kerja Punya Budaya Toxic, Wajib Dihindari!

ilustrasi orang kerja kantoran (unsplash.com/Sebastian Herrmann)

Pekerjaan menjadi hal wajib yang harus dimiliki setiap orang. Tanpanya, seseorang tidak akan mendapatkan pendapatan untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Walaupun jadi suatu keharusan, ada beberapa lingkungan pekerjaan yang toxic dan gak sehat banget, lho. Kamu harus bisa memilih-milih pekerjaan yang baik untuk kesehatan mentalmu. Yuk, simak tanda-tandanya yang bisa kamu sadari mulai sekarang!

1. Tidak boleh ada kesalahan

Ilustrasi marah (pexels.com/Moose Photos)

Dalam hidup, kesalahan menjadi hal yang lumrah dan wajar dilakukan oleh setiap manusia. Tidak ada manusia yang bisa luput dari kesalahan, begitu pun dalam pekerjaan. Sebaik apa pun kemampuanmu, pasti akan menemui kesalahan baik kecil maupun besar.

Nah, lingkungan kerja yang tidak sehat sering kali membuat suatu kesalahan menjadi hal yang tidak boleh terjadi. Semuanya dirasa harus sempurna. Hal ini bisa membuat beberapa orang takut akan mencoba dan mengembangkan kemampuannya karena takut disalahkan.

Dilansir Tech Target, Amanda Hetler, seorang senior editor, menjelaskan, bahwa tidak ada seorang pun yang ingin melakukan kesalahan, namun ketika ketakutan akan kesalahan bisa melumpuhkan karyawan dan ini pertanda lingkungan yang mengancam. Lingkungan yang mengancam, sering kali penuh dengan kesalahan, hingga menyebabkan karyawan takut akan hukuman atas kegagalan atau kesalahan. Orang-orang takut untuk keluar dari zona nyamannya yang dapat membuat seluruh tim menderita.

2. Pekerjaan yang membingungkan

ilustrasi perempuan bekerja (pexels.com/Sora Shimazaki)

Deskripsi pekerjaan yang jelas menjadi salah satu faktor kelancaran suatu pekerjaan. Tanpa mengetahui deskripsi pekerjaanmu dengan detail, hal ini bisa menimbulkan kebingungan dan ketidakjelasan akan peranmu dalam suatu perusahaan. Nah, hal ini bisa jadi salah satu tanda lingkungan kerjamu kurang sehat karena kurang profesional, lho.

"Tanpa kejelasan mengenai peran dan tanggung jawab, karyawan mungkin akan merasa khawatir terhadap ekspektasinya. Hal ini dapat menyebabkan disfungsi di tempat kerja. Konflik juga dapat muncul di antara rekan kerja mengenai tanggung jawab dan siapa yang perlu melakukan apa. Komunikasi yang jelas mengenai ekspektasi peran dapat mencegah konflik ini," ungkap Hetler.

3. Suka menggosip

ilustrasi ngobrol (pexels.com/Artem Podrez)

Beberapa gosip kantor mungkin normal. Namun, gosip biasanya lebih ekstrem di tempat kerja yang kurang sehat. Alih-alih berkomunikasi secara jelas, orang malah berbisik, menatap, dan melontarkan komentar sinis. Hal ini terbilang cukup berbahaya karena penindasan di tempat kerja dapat menyebabkan depresi, kelelahan, dan kecemasan.

"Ketika karyawan bergosip tentang satu sama lain, komunikasi negatif menyebabkan drama, gangguan, ketidakpercayaan, dan perasaan terluka. Gosip memicu lingkungan yang beracun karena karyawan dapat saling bermusuhan dan menyebarkan rumor yang menyakitkan," kata Hetler.

4. Tidak ada batasan dalam pekerjaan

ilustrasi perempuan bekerja (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Budaya beracun sering kali menormalisasi dan mengagung-agungkan kurangnya batasan yang sehat yang mendorongmu untuk memprioritaskan pekerjaan di atas segalanya. Manajemen mungkin memaksakan diri hingga kelelahan dan mengharapkan timnya melakukan hal yang sama, baik mereka bekerja di kantor atau secara virtual. 

Mungkin mereka mengharapkan karyawan untuk bekerja sampai larut malam seperti yang mereka lakukan di kantor. Misalnya, membalas pesan dan email wajib dilakukan sepanjang waktu di akhir pekan.

"Jika manajer perekrutan memberimu tugas pada hari Jumat sore dan menginginkannya kembali pada Senin pagi, atau mengharapkan kamu membalas email dengan penyelesaian cepat di pagi hari atau larut malam, itu adalah tanda bahaya," ungkap Eli Bohemond, seorang career coach, dilansir The Muse.

5. Tidak ada dukungan untuk perkembangan karyawan

ilustrasi perempuan bekerja (pexels.com/Anna Shvets)

Banyak orang di tempat kerja yang tidak sehat harus 'mencari tahu' sendiri karena tidak ada bimbingan atau dukungan untuk membantu mereka berkembang. Bohemond memperingatkan, bahwa hal ini menjadi lebih buruk karena jauh lebih mudah untuk terputus dari manajer atau timmu.

Hal ini bahkan berdampak buruk, khususnya pada karyawan tingkat pemula yang dibiarkan sendiri di tempat kerja. Sehingga, perlakuan tersebut bisa menyebabkan demotivasi dan kekecewaan, serta karyawan dari komunitas yang terpinggirkan, yang cenderung hanya mendapat sedikit dukungan untuk mewujudkan potensi mereka.

"Mereka tidak tahu peluang apa lagi yang mungkin ada bagi mereka di perusahaan mereka. Sering kali, tidak ada orang lain yang memperjuangkan mereka, sehingga menyebabkan stagnasi karier dibandingkan dengan rekan-rekan mereka," ungkap Whitney Simon, seorang konsultan komunikasi dan pakar inklusi.

Lingkungan kerja yang tidak sehat sudah sepatutnya dihindari. Alih-alih merasa tertekan setiap hari demi mendapatkan upah, kamu bisa mencari pekerjaan lain yang dirasa lebih pas untukmu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Alma S
EditorAlma S
Follow Us