Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Work Habit yang Membuat Depresi, namun Kamu Tidak Menyadarinya

Ilustrasi work habit yang membuat depresi (pexels.com/cottonbro studio)

Semua orang pasti mengalami pasang surut dalam pekerjaan. Namun, jika hari-hari sulit mulai menjadi hal yang biasa, mungkin kamu sedang mengalami sesuatu yang dialami oleh hampir semua orang di dunia, yaitu depresi. 

Depresi adalah kondisi kesehatan mental yang dapat muncul dalam bentuk kesedihan dan kelelahan yang terlihat. Namun, gejala depresi biasanya muncul dengan cara yang tidak terduga. Berikut kebiasaan kerja yang seringkali menjadi tanda depresi, namun kamu tidak menyadarinya. Keep scrolling!

1. Bekerja lebih keras dari biasanya untuk menghindari pulang ke rumah

Ilustrasi work habit yang membuat depresi (pexels.com/cottonbro studio)

Depresi bisa terlihat berbeda pada setiap orang. Beberapa rekan kerja mungkin tidak menyadari bahwa kamu sedang berjuang dengan depresi, karena kamu tetap terlihat sebagai karyawan yang rajin dan dapat diandalkan.

Alicia Velez, pekerja sosial klinis berlisensi yang berbasis di Brooklyn, New York, menjelaskan bahwa bagi para profesional sukses yang terbiasa mencapai prestasi dan mendapatkan validasi dari pekerjaan, depresi bisa tampak lebih aktif.

Ia memberikan contoh seorang karyawan yang sedang mengalami perceraian atau merawat anggota keluarga yang sakit.

"Seseorang mungkin mulai bekerja lebih banyak dari biasanya, menawarkan diri untuk perjalanan bisnis yang panjang, atau ingin menangani kasus dan tantangan yang sulit. Mendapatkan validasi dan pengakuan di tempat kerja sering terasa lebih baik dibandingkan menghadapi kenyataan bahwa pernikahan sedang berakhir atau anggota keluarga berada di ujung hidupnya," jelasnya melansir HuffPost. 

2. Dulu suka bersosialisasi dan sekarang menghindari rekan kerja

Ilustrasi work habit yang membuat depresi (pexels.com/Monstera Production)

Cara berinteraksi dengan rekan kerja bisa menjadi petunjuk apakah kamu hanya mengalami hari yang buruk atau sedang menghadapi sesuatu yang lebih dalam. Menarik diri dari kolega dan mengisolasi diri adalah dua tanda umum depresi.

“Mungkin karyawan tersebut tidak lagi ikut serta dalam acara di luar kantor setelah jam kerja. Ia mungkin mencari cara untuk menghindari interaksi dengan rekan kerja atau manajer. Panggilan telepon dibiarkan masuk ke voicemail, atau mereka lambat merespons email, bahkan tidak merespons sama sekali," tambah Valez.

Dalam kasus yang lebih ekstrem, perilaku ini bisa menyebabkan masalah di tempat kerja dan berisiko membuat seseorang kehilangan pekerjaannya. Ini kemudian dapat memicu siklus rasa malu dan bersalah.

3. Terus melewatkan tenggat waktu dan rapat

Ilustrasi work habit yang membuat depresi (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Jika menyelesaikan pekerjaan tepat waktu atau bahkan sekadar hadir di kantor menjadi tantangan sehari-hari, ini bisa menjadi gejala depresi.

“Saya mengenal seseorang yang awalnya sangat menikmati pekerjaannya, aktif dalam proyeknya, dan memiliki banyak interaksi dengan rekan kerja. Namun, ketika ia mengalami depresi, ia mulai sering tertidur hingga melewati alarm, datang terlambat ke kantor, melewatkan tenggat waktu, berhenti makan siang bersama kolega, dan menjadi sangat kritis terhadap kinerjanya sendiri maupun kinerja rekan kerja,” ungkap Ryan Howes, psikolog yang berbasis di Pasadena, California, mengutip HuffPost. 

Howes menambahkan, perubahan orang tersebut diperhatikan oleh kolega dan atasan, yang kemudian menghubunginya dan mendorongnya untuk mencari bantuan. Lalu, orang tersebut mulai mengubah pola makan, meningkatkan istirahat, terapi, serta penggunaan antidepresan, dan mulai merasa lebih baik dalam beberapa bulan.

4. Sering melampiaskan kemarahan di tempat kerja

Ilustrasi work habit yang membuat depresi (pexels.com/Yan Krukau)

Depresi bukan hanya tentang merasa sedih atau terpuruk. Hal ini juga bisa membuat seseorang menjadi sangat mudah tersinggung. Jika setiap hal kecil di kantor mudah membuatmu marah, itu bisa menjadi tanda untuk menggali lebih dalam penyebabnya.

Orang dengan depresi sering mengalami gejala kemarahan yang terlihat jelas atau justru terpendam, yang bisa membuat rekan kerja menjadi sasaran luapan emosinya.

"Saat menunggu, bersantai bersama teman, atau mencoba rileks, mereka mungkin menggenggam erat tangan mereka dengan tegang atau mengetukkan jari-jari mereka dengan gelisah. Hal-hal kecil dapat dengan mudah memicu emosi mereka. Mereka cepat merasa kesal dan cenderung meluapkan amarah jika anggota tim memperlambat proyek atau menghambat kemajuan mereka," ujar psikolog Bryan Robinson, Ph.D, melansir Forbes.

5. Tidak termotivasi seperti dulu

Ilustrasi work habit yang membuat depresi (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Perhatikan perubahan dalam perasaanmu terhadap pekerjaan yang dulu memberikan kepuasan. Kamu mungkin menyadari bahwa kamu hanya menatap layar, berpura-pura sibuk, atau melakukan apa saja selain mengerjakan tugas utama. Kehilangan minat yang disebabkan oleh depresi dapat memancing pemikiran seperti: ‘Saya sudah tidak peduli lagi dengan pekerjaan ini.’

"Kehilangan minat terhadap aktivitas ditandai dengan ketidaktarikan pada aktivitas yang biasanya mereka nikmati," kata ahli psikoterapis, Amy Morin, LCSW, mengutip laman Very Well Mind. 

Jika tanda-tanda di atas telah muncul, lalu mengganggu produktivitasmu, bahkan berdampak pada kesehatan, sadarilah bahwa kamu perlu mencari bantuan. Ini bisa dimulai dari berbicara pada orang terdekat, kolega, atasan di kantor, bagian HR, hingga bantuan profesional. Yuk, tetap semangat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aliya
EditorAliya
Follow Us