Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Fakta Budaya Kerja di Jepang yang Jarang Dibahas

ilustrasi warga Jepang jalan kaki (pexels.com/Hafeisi)

Bekerja di Jepang sering kali dikaitkan dengan disiplin tinggi, etos kerja yang kuat, dan lingkungan profesional yang sangat terstruktur. Namun, ada banyak hal di balik layar yang jarang diungkapkan oleh para pekerja, terutama ekspatriat yang mencoba menyesuaikan diri dengan budaya kerja di Negeri Sakura ini.

Banyak ekspatriat yang bekerja di Jepang mengalami hal-hal mengejutkan, tapi enggan mengungkapkannya karena takut terdengar negatif. Setelah tinggal dan bekerja di Tokyo selama setahun, seorang jurnalis asal Korea Selatan, Lee Ji-hye, membagikan pengalamannya tentang budaya kerja Jepang yang jarang diakui. Yuk, kita simak enam fakta tak terduga tentang budaya kerja di Jepang yang jarang dibahas.

1. Harmoni kelompok lebih penting dari pendapat pribadi

ilustrasi meeting (pexels.com/RDNE Stock project)

Dalam budaya kerja Jepang, konsep “wa” atau harmoni sangat dijunjung tinggi. Ini berarti karyawan sering kali menghindari konfrontasi langsung atau mengutarakan pendapat yang berlawanan dengan mayoritas.

Dalam sebuah rapat, mungkin kamu akan melihat rekan kerja Jepang hanya mengangguk setuju, meskipun sebenarnya mereka memiliki pendapat yang berbeda. Sebagian besar lebih memilih menyuarakan kekhawatirannya secara pribadi setelah rapat selesai, daripada merusak harmoni kelompok dengan debat terbuka.

2. Hierarki di kantor sangat kaku

ilustrasi pekerja sedang ngobrol (pexels.com/RDNE Stock project)

Struktur hierarki dalam perusahaan Jepang sangatlah kuat. Posisi dan senioritas menentukan bagaimana seseorang berinteraksi dengan rekan kerja lainnya. Misalnya, karyawan junior jarang berbicara terlebih dahulu dalam diskusi dan sering kali menunggu arahan dari atasan.

Bahkan dalam situasi santai, penggunaan bahasa formal (keigo) tetap digunakan untuk menunjukkan rasa hormat. Hal ini bisa terasa membatasi bagi orang asing yang terbiasa dengan lingkungan kerja yang lebih fleksibel.

3. Lembur adalah hal biasa dan terkadang gak dibayar

ilustrasi kerja lembur (pexels.com/cottonbro)

Jepang dikenal dengan budaya kerja lemburnya yang ekstrem. Banyak karyawan merasa tertekan untuk tetap bekerja meskipun jam kantor sudah berakhir karena takut dianggapkurang dedikasi.

Meskipun sudah ada perusahaan mulai menerapkan kebijakan kerja yang lebih fleksibel, praktik ini masih umum ditemukan, terutama di perusahaan tradisional Jepang. Gak sedikit yang bekerja hingga larut malam hanya untuk memastikan bahwa mereka terlihat berdedikasi terhadap pekerjaannya.

4. Keharusan ikut acara minum setelah kerja

ilustrasi suasana Tokyo, Jepang saat malam (pexels.com/Bjorn Pierre)

Budaya kerja Jepang bukan hanya berlangsung di kantor, tapi juga meluas ke kehidupan sosial. Acara minum bersama rekan kerja atau atasan, yang dikenal sebagai “nomikai”, sering kali dianggap sebagai bagian dari pekerjaan itu sendiri.

Karyawan yang gak ikut serta bisa dianggap kurang bersemangat dalam membangun hubungan dengan tim. Meskipun terkadang menyenangkan, bagi mereka yang lebih menyukai batasan antara kehidupan kerja dan pribadi, hal ini bisa menjadi beban.

5. Konsep "tatemae" dan "honne" dalam komunikasi

ilustrasi pekerja Jepang (pexels.com/Chen Te)

Dalam dunia kerja Jepang, ada perbedaan antara “tatemae” (apa yang dikatakan secara terbuka) dan “honne” (pendapat atau perasaan sebenarnya). Ini berarti kolega atau atasan mungkin akan memberikan tanggapan yang sopan dan positif dalam rapat, tapi bisa saja memiliki pendapat berbeda di balik layar.

Bagi orang asing, hal ini bisa membingungkan karena mereka mungkin menganggap bahwa segala sesuatu yang diucapkan secara langsung adalah apa yang benar-benar dimaksudkan.

6. Perubahan terjadi, tapi sangat lambat

ilustrasi meeting dengan leader (pexels.com/RDNE Stock project)

Meskipun budaya kerja di Jepang dikenal dengan nilai-nilai tradisionalnya, beberapa perusahaan mulai mengadopsi cara kerja yang lebih modern. Perusahaan-perusahaan startup dan internasional di Jepang mulai menerapkan jam kerja yang lebih fleksibel dan lingkungan kerja yang lebih santai. Namun, bagi perusahaan Jepang yang lebih tradisional, perubahan berjalan dengan sangat lambat, dan sering kali dibutuhkan bertahun-tahun untuk mengadopsi cara kerja yang lebih efisien dan seimbang.

Bekerja di Jepang bisa menjadi pengalaman yang menarik sekaligus penuh tantangan. Budaya kerja yang menekankan harmoni, hierarki yang kaku, serta tekanan untuk lembur dan bersosialisasi setelah jam kerja dapat menjadi kejutan bagi banyak orang asing.

Namun, dengan pemahaman yang lebih dalam mengenai bagaimana budaya ini bekerja, kamu bisa lebih siap dalam menghadapi tantangan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja di Jepang. Jika suatu hari kamu berencana bekerja di Jepang, penting untuk memahami realitas ini agar bisa menghadapi dunia kerja di sana dengan lebih bijak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us