Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi karyawan (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi karyawan (pexels.com/cottonbro studio)

Intinya sih...

  • Keseriusan dalam bekerja tercermin dari antusiasme dan fokus dalam menyelesaikan tugas, terlepas dari pengalaman kerja.
  • Menolak pekerjaan tanpa alasan yang jelas menunjukkan rendahnya niat untuk bekerja, bahkan saat ditawari kesempatan dan pelatihan.
  • Keluhan berlebihan, sikap santai yang tidak tepat, dan kesalahan yang sering terjadi dapat menandakan kurangnya niat dalam bekerja.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kamu bisa saja sudah bekerja cukup lama. Namun, ini tidak menjamin dirimu sungguh-sungguh berniat melakukannya. Meski kebenarannya cuma kamu yang tahu, orang lain dapat merasakan tanda rendahnya niatmu dalam bekerja. Caramu menghadapi tugas-tugas menunjukkan tingkat antusiasmemu.

Demikian pula jika dirimu belum bekerja. Jangan berpikir orang lain menjadi gak tahu tentang betapa malas kamu sebetulnya setiap membayangkan menjadi karyawan. Bahkan menjadi bos bagi diri sendiri pun barangkali tidak menarik minatmu. Walau tentu saja, kamu tetap menginginkan uangnya.

Jaga sikapmu supaya orang tak menangkap kesan kamu enggan membanting tulang demi sesuap nasi. Sadari bahwa bekerja penting untukmu dan bukan sekadar pengorbananmu buat memperkaya orang lain. Gak salah orang menilaimu tidak suka bekerja apabila dirimu menunjukkan enam perilaku berikut. Kamu sedang menutup pintu bagi kemajuan hidupmu.

1. Ditawari pekerjaan apa pun menolak dengan berbagai alasan

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Untukmu yang lama belum bekerja, terlihat sekali gak niat kerja apabila ditawari pekerjaan apa pun selalu menggeleng. Baik tawaran berupa lowongan kerja yang membutuhkan aksimu buat melamar maupun langsung diberi posisi di suatu kantor, kamu tak mau. Ada saja alasan yang dikemukakan olehmu.

Seperti penempatannya jauh, gajinya kurang besar, atau dirimu tak punya pengalaman di bidang itu. Padahal, kamu memang belum memiliki pengalaman kerja di bidang apa pun. Orang lain telah berbaik hati menawarkan pekerjaan secara langsung. Dia juga tahu dirimu belum berpengalaman.

Artinya, ia siap memberimu kesempatan bahkan melatihmu dengan sabar. Akan tetapi lantaran kamu tetap menolak walau sudah dibujuk, siapa pun gak bisa memaksamu. Kalau dirimu ingin memperbaiki nasib, keputusan ada di tanganmu. Orang-orang sudah mencoba membantu.

2. Bekerja, tapi penuh keluhan

ilustrasi bekerja (pexels.com/RDNE Stock project)

Jangan sembarangan mengeluhkan pekerjaan sebab menandakan niatmu dalam bekerja lemah. Apabila niat bekerja tinggi, sebanyak apa pun tugas dengan berbagai tingkat kesulitan akan dihadapi dengan fokus dan tetap bersyukur. Setidaknya, kamu memiliki pekerjaan dan gak menganggur.

Bekerja yang dipenuhi kebiasaan mengeluh akan menurunkan produktivitasmu. Meski dirimu mengelak dari penilaian orang tentang kurangnya niatmu dalam bekerja, kamu memang tak menunjukkan totalitas. Akibatnya, rekan kerja ragu hendak mengajakmu mengerjakan berbagai proyek.

Mereka capek jika harus terus mendengarkan keluhanmu. Kebiasaanmu mengeluh juga menurunkan energi orang-orang di sekitarmu. Tunjukkan bahwa kamu bersemangat dalam bekerja dengan berhenti berkeluh kesah. Gunakan prinsip lakukan pekerjaan dengan tenang atau mundur saja kalau memang tak betah.

3. Terlalu banyak bercanda saat bekerja

ilustrasi bercanda (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Bercanda dengan teman memang menyenangkan. Namun, lihat-lihat dulu tempat dan situasinya. Selama kamu bekerja tidak tepat untukmu terus tertawa-tawa. Mau orang lain menanggapi candaanmu atau cuek, tetap saja sikapmu keliru. 

Dirimu gak perlu tegang sekali selama bekerja. Akan tetapi, cobalah lebih berkonsentrasi pada tugas. Bangun interaksi yang sopan dan menggambarkan profesionalitasmu. Suasana dalam kantor berbeda dengan ketika waktu istirahat atau setelah jam kerja berakhir.

Di kedua waktu itu, dirimu bebas bercanda bersama teman-teman. Jangan membawa sikap santaimu yang berlebihan ketika di luar ke dalam kantor. Pekerjaanmu bukan pelawak. Bila kamu bercanda terus, dirimu juga menyerupai remaja yang lagi senang-senangnya bermain dan mengobrol dengan kawan sebaya. Bukan karyawan yang serius bekerja.

4. Sering sekali melakukan kesalahan dan enggan memperbaiki

ilustrasi karyawan (pexels.com/RDNE Stock project)

Semua pekerja tentu pernah melakukan kesalahan. Khususnya karyawan baru yang masih kurang pengalaman dan pelatihan. Tapi seharusnya kesalahan makin sedikit seiring lama masa kerjamu. Kamu dinilai gak niat dalam bekerja apabila kesalahan terus saja terjadi bahkan ada pola pengulangan.

Itu artinya, kamu tidak cermat serta mengabaikan evaluasi yang diberikan atasan. Setiap dirimu diminta memperbaiki hasil kerja, sikapmu gak hanya lamban. Namun, dirimu bahkan menunjukkan kekesalan. Seakan-akan atasan atau rekan kerja hanya menambahi kesibukanmu.

Padahal, semua itu juga tak perlu terjadi apabila kamu mencurahkan perhatianmu pada pekerjaan. Bila kinerjamu terus seperti ini, awas kalau-kalau dirimu dipecat. Siapa yang mau membayar gaji penuh buat pekerja yang terus saja melakukan kesalahan? Atasan yakin dapat menemukan penggantimu yang lebih baik dalam waktu singkat. 

5. Rendahnya kedisiplinan

ilustrasi karyawan (pexels.com/cottonbro studio)

Contoh perilaku yang tidak disiplin ialah datang terlambat dan pulang lebih awal. Juga mencuri-curi jam kerja untuk keperluan pribadi. Cara berpakaian yang gak sesuai dengan aturan pun bagian dari sikap tak disiplin. Kamu tidak bisa berdalih itulah gaya fesyenmu atau dirimu ada urusan di luar kantor sehingga kabur begitu saja di jam kerja.

Peraturan di kantor dibuat untuk dipatuhi semua orang tanpa terkecuali. Hanya situasi darurat seperti musibah yang membuat peraturan dapat dinegosiasikan ulang. Setelah kondisi genting berlalu, dirimu pun harus kembali tunduk pada peraturan. 

Biasakan bersikap disiplin sesuai aturan yang ada supaya orang tahu betapa kamu menyukai pekerjaanmu dan punya komitmen tinggi. Makin sikapmu semaunya sendiri, makin dirimu terlihat memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang tidak penting. Seolah-olah pekerjaan lebih membutuhkanmu ketimbang kamu memerlukan pekerjaan.

6. Gak mau upgrade diri walaupun difasilitasi

ilustrasi karyawan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kantor tak akan repot-repot mengeluarkan dana lebih buat meningkatkan skill karyawannya kalau itu gak penting bagi mereka. Upgrade  diri pekerja membawa dampak besar bagi kemajuan tempat kerjamu. Kamu diharapkan bisa membuat kantor lebih kompetitif.

Kalau semua pekerja ogah-ogahan dalam pengembangan diri, kantor yang rugi. Kalian semua kalah bersaing dengan kompetitor. Padahal, kantor sudah menyiapkan alat transportasi sampai akomodasi yang nyaman seandainya kamu ikut pelatihan di tempat yang jauh.

Bahkan uang saku serta janji kenaikan posisi pun diberikan. Akan tetapi, tampaknya dirimu terlalu nyaman dengan posisimu sekarang sehingga menolaknya. Kamu seperti tidak peduli mengenai usaha memberikan kemampuan terbaik pada tempat kerjamu. Dirimu hanya mementingkan dapat gaji serta gak mau tahu tentang maju atau mundurnya perusahaan.

Semua niat memang tersimpan dalam hati. Akan tetapi, niat juga dapat terlihat dari sikapmu sehari-hari. Apalagi niat dalam bekerja. Kamu setiap hari bekerja sehingga akan terlihat jelas oleh orang lain sebetulnya dirimu serius atau gak dalam menjalankannya. Setiap tingkahmu diperhatikan, lho.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team