6 Tips Cegah Mood Rusak saat Menulis, Perlu First Reader atau Gak?

Keberhasilan menyelesaikan tulisan ternyata bukan hanya dipengaruhi oleh skill menulis dan riset yang dilakukan. Namun juga didukung oleh mood yang terjaga. Apabila suasana hatimu sudah kacau, tulisan yang awalnya baik bisa berhenti di tengah-tengah.
Padahal kalau telanjur macet begini, melanjutkannya kembali juga gak gampang. Lebih baik menjaga suasana hatimu agar proses menulis berjalan lancar hingga satu karya selesai dibuat. Bersiaplah menaikkan produktivitasmu dalam menulis dengan enam tips berikut. Mood kamu akan lebih stabil hingga titik terakhir.
1. Jauhi sumber-sumber gangguan

Berkonsentrasi penuh selama 1 sampai 2 jam lebih baik daripada kamu setengah hari di depan laptop dengan perhatian terpecah. Ini sebabnya kamu perlu jeli memilih waktu dan tempat untuk mulai menulis. Pastikan kamu aman dari hal-hal yang merusak konsentrasimu dalam menulis.
Kalau suasana rumahmu cukup ramai sepanjang siang, menulislah di pagi hari. Bahkan saat hari masih cukup gelap dan orang-orang masih nyenyak. Jauhi juga media sosial ketika kamu menulis karena kabar di dunia maya gak ada habisnya menyedot perhatianmu.
2. Fokus menyelesaikan satu tulisan

Mengerjakan beberapa tulisan sekaligus tidak disarankan. Selain fokusmu terpecah, suasana hatimu juga bisa memburuk. Pikiran dan perasaanmu masih terikat di satu tema tulisan, tetapi kamu sudah harus pindah ke tema yang lain.
Nanti materi yang akan ditulis malah jadi campur aduk. Pindah-pindah tulisan hanya cocok untuk penulis yang telah sangat ahli. Buat kamu yang masih dalam tahap belajar konsisten dan produktif dalam menulis mending menggarap karyamu satu per satu.
3. Edit belakangan

Semua tulisan perlu diedit dulu oleh penulis sebelum dikirimkan ke editor. Akan tetapi, jangan menyia-nyiakan mood-mu yang sedang bagus buat menulis dengan mengedit. Nanti ada waktunya sendiri buat mengecek tulisanmu.
Yaitu, ketika kamu sudah menyelesaikan satu naskah utuh. Kamu bisa kehilangan kepercayaan diri dan ketertarikan pada tulisan sendiri kalau terlalu cepat menemukan berbagai kekurangannya. Dapat muncul perasaan naskahmu sangat jelek, padahal selesai saja belum.
4. Pakai first reader hanya jika mentalmu siap

First reader atau pembaca pertama untuk naskahmu sebelum dikirimkan ke editor atau dipublikasikan berguna untuk membantumu melakukan perbaikan. Namun, ini juga kembali pada dirimu. Apakah mentalmu cukup kuat buat mendengar pandangan mereka?
Atau, kamu lebih suka naskahmu langsung dibaca oleh editor profesional? Penilaian dari first reader yang tidak sesuai harapan bisa bikin kamu menunda bahkan membatalkan rencana pengiriman naskah.
Apalagi bila kamu memberikan naskahmu yang belum jadi pada first reader. Begitu tulisanmu dihujani kritik, dirimu mungkin tak punya energi lagi buat melanjutkan naskah itu.
5. Jangan overthinking dengan nasib tulisan nantinya

Banyak penulis menganggap karyanya seperti anak sendiri. Segala tentang tentang tulisannya dipikirkan secara mendalam. Terlebih perihal nasibnya nanti.
Apakah naskah itu akan diterima media massa atau penerbit? Kalaupun berhasil terbit, apakah sambutan pembaca bakal baik? Bagaimana jika karya itu malah menuai kecaman atau gak laku?
Stop berlebihan memikirkan masa depan karyamu. Tidak ada yang bisa memastikannya sampai betul-betul terjadi. Buat apa memikirkannya sekarang yang cuma bikin mood kamu dalam menulis jadi berantakan?
6. Membaca buku yang sesuai dengan materi tulisan

Membaca buku apa pun sebetulnya bisa membantu mempertahankan mood kamu dalam menulis. Akan tetapi, buku yang materinya sesuai dengan tema tulisanmu bakal lebih bermanfaat.
Selain sekalian buat riset, kepercayaan dirimu akan mampu membuat tulisan yang bagus dengan tema tersebut juga terdongkrak. Namun ingat, jangan membaca buku buat memplagiat sebagian atau seluruh isinya. Kalau kamu mengutip dari buku tersebut, sumbernya harus dicantumkan.
Sayang bila secara materi tulisan sebetulnya kamu sudah sangat siap, tetapi eksekusinya berantakan gara-gara mood tidak terjaga. Kenali hal-hal yang bikin suasana hatimu ketika menulis mudah terusik. Jika kamu berhasil merawat suasana hati hingga satu tulisan selesai, dirimu bakal makin semangat untuk terus berkarya.