7 Hal yang Membuat Sosok Selfish Tidak Cocok Menjadi Atasan

Pernahkah kamu mendengar tentang istilah selfish? Sebutan ini artinya adalah egois, ditujukan bagi orang yang hanya mementingkan diri sendiri. Sosok selfish tidak mau memikirkan mereka yang ada di lingkungan sekitar. Bahkan sikapnya cenderung memancing kontroversi.
Jika kita membicarakan tentang sosok selfish, ternyata ada fakta menarik yang bisa diketahui. Sosok seperti mereka biasanya kurang fit untuk menempati posisi kepemimpinan. Apalagi memegang kendali kerjasama tim dalam skala besar. Setidaknya, terdapat tujuh hal yang membuat sosok selfish tidak cocok menempati posisi tersebut.
1. Kurangnya sikap profesional

Memilih atasan tidak bisa sembarangan. Karena mereka yang memegang kendali penuh atas visi-misi suatu organisasi. Menjadi kekeliruan besar ketika organisasi dipimpin oleh mereka yang memiliki karakter selfish.
Pastinya ada beberapa alasan mengapa sosok selfish tidak cocok menjadi atasan. Mereka ini dikenal dengan sikap profesional yang kurang. Sosok selfish kesulitan memisahkan antara tujuan pribadi dan tujuan bersama. Ini turut mempengaruhi keputusan yang diambil dalam menghadapi tantangan.
2. Tidak mampu mengedepankan sudut pandang objektif

Jalannya suatu organisasi tidak selalu mulus. Di tengah perjalanan bisa saja persoalan muncul. Mereka yang memegang kendali sebagai atasan harus mampu menerapkan sudut pandang objektif.
Tapi apa jadinya saat organisasi dipimpin oleh sosok selfish? Bisa dipastikan mereka mengedepankan sudut pandang subjektif. Inilah yang membuat sosok selfish tidak cocok menjadi atasan. Karena sudut pandang yang bersifat subjektif rawan menimbulkan pro dan kontra.
3. Kurangnya empati

Menjadi seorang atasan bukan sekadar menempati jabatan hierarkis tertinggi. Juga bukan tentang sikap bangga karena bisa memerintah sesuka hati. Terutama bagi orang-orang yang memiliki karakter selfish, sungguh tidak pantas untuk menempati posisi sebagai atasan.
Penjelasan ini bukan tanpa sebab. Karena orang-orang yang memiliki karakter selfish cenderung minim empati. Karena terpaku pada diri sendiri secara berlebihan, mereka kurang memahami perspektif orang lain. Dalam menempati posisi kepemimpinan selalu merasa menjadi orang paling sempurna.
4. Kesulitan berkoordinasi dan kerjasama

Untuk meraih visi misi bersama tidak bisa berjalan masing-masing. Dalam hal ini, dibutuhkan koordinasi dan kerjasama. Mulai dari persiapan, sampai dengan koordinasi mengenai strategi yang diterapkan. Tapi menjadi persoalan rumit saat organisasi dipimpin oleh mereka yang memiliki sifat selfish.
Mengapa demikian? Karena sosok selfish kesulitan berkoordinasi dan bekerjasama. Seseorang yang terpaku pada diri sendiri tidak terbuka terhadap opini orang lain. Mereka bertindak hanya menuruti keinginan pribadi. Namun tidak mempertimbangkan kepentingan bersama.
5. Kurangnya kepemimpinan yang efektif

Sudahkah kamu mengetahui ciri kepemimpinan yang efektif dan efisien? Salah satunya penggunaan waktu dan sumber daya secara tepat sasaran. Hal ini bisa dilakukan ketika seorang pemimpin memprioritaskan kepentingan bersama.
Namun berbeda ketika seorang pemimpin memiliki karakter selfish. Pola kepemimpinannya cenderung tidak efektif dan efisien. Waktu dan sumber daya yang tersedia tidak difungsikan secara tepat. Bahkan, sumber daya untuk kepentingan organisasi justru digunakan sebagai keuntungan pribadi.
6. Hanya berfokus pada ambisi pribadi

Setiap orang pasti memiliki ambisi yang ingin dicapai. Baik ambisi dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Tapi ketika menjadi seorang pemimpin, seseorang seharusnya memikirkan ambisi bersama.
Di sinilah alasan mengapa sosok selfish tidak cocok menjadi atasan. Mereka hanya berfokus pada ambisi pribadi. Bahkan rela mengorbankan orang lain agar keberhasilannya tercapai. Jika tim dipimpin orang seperti ini, maka solidaritas akan terpecah.
7. Kesulitan dalam menerima umpan balik

Menjadi seorang pemimpin bukan sekadar bangga menempati jabatan tertinggi. Tapi ini menyangkut tanggung jawab besar yang harus dipegang. Termasuk bersedia mendengarkan masukan orang lain untuk kinerja yang lebih baik.
Sayangnya, kemampuan ini tidak dimiliki oleh mereka yang memiliki karakter selfish. Orang-orang tersebut cenderung kesulitan dalam menerima umpan balik. Bahkan saran yang bersifat mendukung tidak dilaksanakan sama sekali.
Bukan hal yang asing lagi jika sosok selfish tidak cocok menjadi atasan. Hal ini dipengaruhi oleh sikap dan tingkah lakunya yang jauh dari kata bijak. Jika memang diri sendiri masih didominasi oleh sikap selfish, tentu harus memiliki kesadaran berbenah. Jangan sampai memaksakan sifat selfish tersebut ke dalam ambisi kepemimpinan.