Walaupun sudah berusaha bersabar dan menyesuaikan diri, kadang ada saja yang bikin kamu merasa gak nyaman di kantor. Membuatmu ingin lekas-lekas hengkang dari sana seandainya saja ada pekerjaan lain.
Tenang, kalau kamu merasakannya, gak berarti kamu malas bekerja atau terlalu manja kok. Beberapa masalah di kantor memang terasa amat mengganggu, seperti:
Semua berlomba-lomba mencari muka pada atasan. Sebenarnya gak masalah bagimu sejauh dilakukan dengan cara yang baik. Kamu juga tahu setiap orang pasti ingin kariernya cepat meningkat.
Namun yang terjadi di kantormu gak seperti itu. Semua justru saling sikut, termasuk berusaha menyikut kamu yang sudah berusaha berada di luar lingkaran. Kamu yang cuma ingin bekerja dengan tenang jadi merasa amat terganggu dan harus membangun pertahanan supaya kariermu tak terancam.
Yang ini membicarakan yang itu, yang itu membicarakan yang ini, bikin kamu pusing. Saking maraknya pergunjingan di kantor, kamu jadi bingung bagaimana hendak menempatkan diri.
Kalau kamu dekat dengan si A yang senang menggunjingkan si B, nanti si B mengira kamu sama saja dengan si A lalu membencimu. Demikian pula jika kamu dekat dengan si B. Namun kalau kamu memilih gak dekat dengan siapa pun, mengucilkan diri sendiri, kamu malah jadi bahan gosip semua orang. Serbasusah, kan?
Pemimpin selalu hanya memerintahmu melakukan ini itu tanpa menjelaskan lebih jauh kenapa kamu harus melakukannya. Jika kamu bertanya, ia bersikap tidak terbuka dan seperti mengabaikanmu. Aturan-aturan pun dibuat tanpa memberi kesempatan anak buah memberi masukan atau kritik.
Awalnya, kamu merasa oke-oke saja. Namun lama-kelamaan, gaya komunikasi seperti ini bisa bikin kamu merasa kurang dimanusiakan. Seolah-olah kamu hanya dijadikan alat untuk mencapai tujuan. Tak ada rasa kerja sama yang menempatkan kedua pihak dalam posisi setara.
Kamu paham bosmu berhak marah atas kinerja karyawan yang kurang baik. Di mana-mana, pimpinan pasti ingin anak buahnya bekerja lebih maksimal. Tetapi kalau marahnya tak terkendali, sering menggunakan kata-kata yang tak pantas, wajar bila kamu merasa harga dirimu compang-camping.
Kamu mungkin sampai sering menangis di hadapan bosmu. Bukan kamu yang cengeng melainkan bosmu yang keterlaluan. Kamu tahu kamu butuh pekerjaan dan penghidupan, tetapi seharusnya gak sampai seperti ini kamu diperlakukan.
Apalagi kalau bosmu menutup mata dari hal-hal lain yang di luar kendalimu dan seakan-akan menimpakan seluruh kesalahan padamu. Benar-benar bikin gak betah.
Banyak tingkah untuk menarik perhatianmu saja sudah bikin kamu merasa gak nyaman, apalagi kalau sampai terjadi pelecehan seksual. Kamu sudah berusaha tegas bersikap tetapi dia masih saja nekat.
Terlebih bila dia merasa lebih senior atau berkuasa di kantor. Sementara kamu karyawan baru, masih lajang, dan belum punya teman dekat yang bisa melindungimu. Sikapnya padamu bisa makin keterlaluan.
Terlalu sering lembur bikin kamu merasa amat lelah jiwa raga. Kondisi kesehatanmu terus menurun dan kamu jenuh sekali. Seolah-olah seluruh hidupmu hanyalah tentang pekerjaan.
Saat libur atau jam kerja sudah habis dan seharusnya kamu sedang beristirahat di rumah pun masih dihubungi untuk urusan pekerjaan. Masih bagus bila penghasilannya seimbang. Kalau tidak, lumrah bikin kamu berpikir untuk mulai mencari pekerjaan lain atau merintis usaha sendiri.
Sekalipun saat ini kamu masih mendapat penghasilan penuh, pengetahuan akan kondisi keuangan kantor yang gak sehat tentu bikin kamu ketar-ketir. Sepertinya hanya soal waktu kamu akan diberhentikan atau pembayaran gajimu tidak lancar.
Kondisi seperti ini bikin kamu sulit berkonsentrasi pada pekerjaan. Bagaimanapun, salah satu alasan utama kamu bekerja adalah untuk mendapatkan penghidupan.
Dari ketujuhnya, mana yang sedang kamu rasakan? Jika kamu merasakan hal di atas, kamu bisa berbincang langsung kepada atasan atau orang yang kamu percaya di kantor.