5 Penyebab di Balik Victim Mentality, Kenapa Merasa Paling Menderita?

Bukan berarti seseorang pandai memanipulasi

Kita semua pasti pernah mengalami masa-masa sulit dalam hidup. Namun, jika hal buruk terjadi secara terus-menerus, mental akan terguncang dan letih. Pada akhirnya, timbul perasaan tidak berdaya yang disertai dengan victim mentality di dalam diri. 

Victim mentality atau mentalitas korban adalah kondisi psikologis di mana seseorang merasa paling menderita. Dia bersikap seolah dirinya korban dalam setiap permasalahan yang dialami. Salah satu tandanya kerap mencari sesuatu atau orang lain untuk disalahkan sebagai pelampiasan.

Meski tampak menyebalkan, victim mentality kerap terjadi tanpa disadari. Kelelahan batin memicu pola pikir tersebut muncul secara spontan. Bukan tanpa alasan, tentu ada beberapa faktor penyebab di balik victim mentality. Apa saja? 

1. Tumbuh di lingkungan yang kurang sehat

5 Penyebab di Balik Victim Mentality, Kenapa Merasa Paling Menderita?ilustrasi keluarga tidak harmonis (pexels.com/Monstera Production)

Lingkungan tempat dibesarkan berperan penting dalam membentuk pola pikir, terutama keluarga. Peran orang tua yang seharusnya memberi dampak positif tak jarang malah sebaliknya. Ditambah lagi lingkungan kurang sehat dari orang-orang sekitar.

Pola pikir victim mentality akhirnya tertanam dalam diri anak yang tumbuh dari lingkungan toksik. Tekanan berat menyulitkannya untuk mengendalikan perasaan. Sebagai bentuk pertahanan diri, dia pun bersikap sebagai korban untuk mendapatkan dukungan.

Baca Juga: 5 Tipe Komunikasi yang Menghancurkan Hubungan, Suka Playing Victim?

2. Pengalaman traumatis di masa lalu

5 Penyebab di Balik Victim Mentality, Kenapa Merasa Paling Menderita?ilustrasi seorang wanita cemberut (unsplash.com/Joshua Rawson-Harris)

Kejadian di masa lalu, seperti pelecehan, dikucilkan, perundungan, hingga kekerasan fisik dapat membekas dan sulit hilang. Kejadian-kejadian tersebut merupakan pengalaman traumatis yang membuat seseorang hidup dalam kecemasan. Dari sanalah pola pikir mentalitas korban bermula dan lama-lama jadi melekat.

Si Mentalitas Korban tidak selayaknya dihakimi secara berlebihan. Bisa jadi, pengalaman traumatis itulah yang membuat seseorang merasa tidak memiliki kendali atas hidupnya. Memahami keadaannya adalah cara terbaik untuk membantu mempercepat pemulihan trauma. 

3. Luka emosional yang berkepanjangan

dm-player
5 Penyebab di Balik Victim Mentality, Kenapa Merasa Paling Menderita?ilustrasi seseorang sedang merenung di dalam kamarnya (pexels.com/cottonbro studio)

Hampir serupa dengan pengalaman traumatis, luka emosional yang berkepanjangan erat kaitannya dengan victim mentality. Luka yang dimaksud lebih karena rasa sedih yang tak kunjung terlampiaskan. Alhasil, orang yang mengalami merasa tidak ada yang memedulikan keadaannya.

Timbul rasa sepi yang membuat seseorang cenderung mengidentifikasi diri sebagai korban. Ia merasa penuh penderitaan dan tidak berdaya melakukan perubahan seorang diri. Tak heran, orang yang sedang stres kemungkinan besar memiliki mentalitas korban.

4. Kurangnya value dan pemahaman diri

5 Penyebab di Balik Victim Mentality, Kenapa Merasa Paling Menderita?ilustrasi seseorang sedang melamun (unsplash.com/Ethan Sykes)

Sekali lagi, ketidakberdayaan paling mungkin memicu mentalitas korban muncul dalam diri seseorang. Ada perasaan tidak layak sehingga mencari konfirmasi dari orang lain. Kurangnya value diri menjadi salah satu penyebabnya.

Faktor satu ini bisa menjadi masalah serius jika seseorang terus merasa rendah diri. Itulah alasan mengapa meningkatkan nilai diri sangat penting. Seseorang harus memahami potensi dirinya dan apa yang bisa diperbuat tanpa merasa jadi korban dari perbuatan orang lain. 

5. Ketergantungan diri pada orang lain

5 Penyebab di Balik Victim Mentality, Kenapa Merasa Paling Menderita?ilustrasi dua wanita sedang bertengkar (pexels.com/Liza Summer)

Beban hidup pada dasarnya ditanggung masing-masing individu. Meski manusia makhluk sosial, tiap masalah pribadi harus dihadapi dengan berani secara mandiri. Namun, ada segelintir orang yang punya ketergantungan besar kepada orang lain.

Tidak ada salahnya meminta bantuan, tetapi jangan terlalu menggantungkan diri. Sebab, hal tersebut lama-lama malah menimbulkan rasa nyaman semu. Ketika orang lain sedang tidak bisa membantu, munculah mentalitas korban untuk mencari dukungan secara berlebihan. 

Victim mentality tidak sepenuhnya dilakukan secara sadar. Tentu ada alasan yang mendasari pola pikir tersebut. Jika kamu atau orang terdekatmu terindikasi memiliki mentalitas korban, sadari penyebabnya agar bisa segera diatasi dengan baik.

Baca Juga: 7 Alasan Segera Jauhi Orang Gemar Playing Victim

Akromah Zonic Photo Verified Writer Akromah Zonic

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya